Kelopak 70 - Amarah Lintang

92 10 2
                                    

Sebelumnya telah terjadi pertengkaran antara Lintang & Indradhanu yang disebabkan oleh kekecewaan. Dhanu marah karena menganggap Lintang penghianat dan munafik, mengatakan cinta padanya tetapi malah melampiaskan nafsu pada Puspita bahkan sampai menikahi perempuan itu.

Lintang sendiri juga kecewa karena Dhanu tidak mempercayainya dan tak mau menerima penjelasan darinya. Terjadilah peristiwa yang membuat hubungan mereka menjadi semakin keruh, yaitu Lintang menodai Dhanu secara paksa. Keduanya pun berkelahi adu kesaktian, namun saat memiliki kesempatan Dhanu malah membatalkan niatnya buat menghabisi Lintang. Dhanu mengatakan hubungan mereka kandas. Lelaki yang sebelumnya bertopeng bunga itu kembali ke padepokan meninggalkan Lintang sendirian yang merutuki segala kebodohan dan kecerobohan yang telah diperbuatnya.
***
----

Lintang kembali ke padepokan Lingga Buana dengan hati menahan amarah terhadap Puspita. Maka begitu tiba di padepokan itu, orang yang pertama kali dia cari adalah sang istri, yaitu Puspita.

"Puspita sedang mencuci pakaian di sungai, Kakang," jawab seorang murid pada Lintang yang menanyakan Puspita.

Tanpa tunggu lebih lama, Lintang bergegas menuju sungai. Puspita yang sedang asyik mencuci merasa terkejut saat mendengar suara grasak-grusuk kaki yang melangkah di atas daun kering dan ranting. Puspita segera menoleh ke arah datangnya suara. Melihat yang datang adalah suaminya yang tercinta, maka tanpa malu-malu Puspita langsung tanggalkan kain basahan hingga tubuhnya bugil sempurna. Dia begitu yakin jika sang suami mencarinya karena ingin berhubungan badan seperti yang sudah-sudah.

Puspita meninggalkan cuciannya demi menyambut kehadiran sang suami, dengan gerakan menggoda dia memamerkan segala aurat di tubuhnya.
"Kakang Lintang datang dengan begitu bersemangat, pasti dia kangen akan kehangatan tubuhku ini." Begitulah yang ada di pikiran Puspita.

Puspita lekas ingin memeluk, namun hekkkk! Tanpa diduga olehnya, tangan kanan kokoh Lintang langsung mencekik batang lehernya. Pupsita lekas meronta-ronta.

"Ka-ka-kang, apa yang kau lakukan?" Tanya perempuan itu gelagapan.

"Aku mencekikmu, kenapa?" Bentak Lintang, sepasang matanya menatap penuh benci pada Puspita.

"Ta-tapi kenapa?" Gagap Puspita. Kakinya telah melejang-lejang.

"Karena gara-gara rayuanmu aku harus kehilangan orang yang paling aku cintai! Kau benar-benar lacur, Puspita. Aku akan mencekikmu sampai mampus!" Lintang tak hanya sekedar mengancam, tetapi dia benar-benar mencekik.

Puspita tak tinggal diam, dia menendang ulu hati Lintang hingga cekikan itu lepas dan Lintang meringkuk menahan sakit.

Selagi Lintang sibuk meredam sakit maka Pupsita lekas membaca mantera yang diajarkan Dewi Ular untuk memperkuat pengaruh Air Iblis Sorga Neraka di dalam diri Lintang. Namun perempuan ini terkejut bukan main saat melihat Lintang bukannya luluh tetapi mata suaminya itu justru semakin menatap benci.

"Puspita! Kau harus mampus!" Geram Lintang berlipat ganda. Nafasnya menggembor, saat itulah Puspita mencium aroma wangi mawar dihembusan nafas sang suami.

"Bau mawar, jangan-jangan Dhanu berhasil mematahkan ajian Air Iblis Sorga Neraka dengan mawar saktinya! Gawat jika kakang Lintang telah sadar, itu tidak boleh terjadi. Kakang Lintang hanya milikku." Batin Puspita, namun perempuan ini bukan main-main kagetnya ketika meihat Lintang telah menyerangnya dengan pukulan sakti, satu petir keluar dari telapak tangan kanan Lintang dan langsung menyambar kepadanya.

"Gila!" Kejut Puspita, perempuan ini langsung berkelit dengan melompat ke samping sejauh mungkin.

Tarrrr, pukulan berkekuatan halilintar itu menyambar ke sungai di mana tadi Puspita mencuci. Air meledak dan muncrat tinggi. Ikan-ikan yang terkena dampak juga berpentalan keluar dalam keadaan mati.  Puspita sendiri menjerit tatkala beberapa tetes air hasil dari muncratan mengenai kulit tubuhnya yang telanjang bulat. Puspita merasa seolah tersengat.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang