Peri Kasih, perempuan cantik jelita berpakaian putih bersih ini melayang-layang terbang di udara, di kejauhan mulai tampak megahnya gerbang masuk Megapura. Dia harus segera menemui Raja Peri guna memberi kabar mengenai direbutnya Bunga Pahit Lidah.
"Aneh, mengapa gerbang kali ini terlihat sepi?" Heran Peri Kasih saat melihat gerbang Megapura begitu hening, tak kelihatan seorang penjaga pun. Padahal biasanya selalu penuh oleh puluhan peri pemanah api.
Tubuh Peri Kasih mendarat enteng laksana kapas, sepasang kakinya yang jenjang menapak di tanah Megapura, negeri ghaib yang menggantung di antara barisan awan.
Peri Kasih memandang sekeliling, benar-benar sepi. Hatinya sedikit gelisah, namun dia mencoba tetap tenang. Dia melangkah juga ingin segera menuju istana. Namun baru beberapa langkah tiba-tiba dari dekapan penjuru melesat dahsyat puluhan bahkan ratusan anak panah api.
"Hah, apa maksudnya ini?" Peri Kasih terkejut bukan main. Lekas dia pasang jurus, sehelai selendang yang melekat di pakaiannya lekas berkelebat membentuk bola raksasa yang melingkar dan melindunginya, jurus Selendang Angin Menolak Bala. Seluruh panah api menderu ke arah buntalan selendang itu dengan ganas, namun hebatnya hanya sejengkal lagi panah-panah itu menancap, justru panah-panah itu bermentalan dalam keadaan hancur dengan api yang padam. Di dalam lindungan buntalan selendang sakti Peri Kasih memusatkan tenaga dalam untuk memperkuat daya tahan jurusnya.
"Cukup!" Terdengar suara seseorang memberi aba-aba.
Peri Kasih langsung tercekat, "Bukankah itu suara Raja Peri?" Peri Kasih langsung berdebar menebak sebenarnya apa yang telah terjadi.
Dari beberapa penjuru para parajurit peri langsung muncul, termasuk Raja Peri, Ratu Peri, Pangeran Chandra, Putri Rembulan, juga para petinggi Megapura lainnya. Mereka semua membentuk formasi melingkar seolah sedang mengurung penjahat.
Raja Peri menyentilkan jarinya seolah sedang menjentik sesuatu ke arah buntalan kain yang melindungi Peri Kasih. Itu adalah jurus Jari Pemetik Bintang. Kekuatan dahsyat berbentuk sinar keemasan melabrak buntalan kain.
Selendang yang melindungi Peri Kasih langsung pecah cerai berai. Peri Kasih sendiri langsung terlempar jauh dan terbanting di atas tanah. Darah langsung menyembur keras.
"Raja, apa maksud semua ini?" Tanya Peri Kasih dengan suara sember, tangannya menyeka darah di mulutnya.
"Tidak usah berpura-pura, Peri Kasih! Kami semua sudah tahu kebusukanmu!" Ucap Raja Peri.
Wajah Peri Kasih langsung memucat, ada yang tidak beres ternyata.
"Yang Mulia, hamba benar-benar tidak mengerti."Ratu Peri tersenyum sinis, "Tidak usah sok manis, Kasih! Kami sudah tahu dan punya bukti kuat jika yang membunuh Peri Cahaya Wangi di Puri Rembulan sekaligus yang mencuri Kunci Gerbang Tebung Hantu itu adalah kau." Tuding Ratu Peri yang bernama asli Murti.
"Fitnah keji! Demi Segala Dewa, saya bersumpah tidak melakukannya!" Bantah Peri Kasih, dengan sempoyongan dia bangkit berdiri, namun dengan jurus Jari Pemetik Bintang, lagi-lagi Raja Peri menjatuhkannya.
"Bukti sudah nyata! Dari dalam mayat Peri Cahaya Wangi telah ditemukan Jarum Pemintal Awan, jarum itu adalah senjatamu, bukan?" Raja Peri berkata sambil lemparkan sebuah jarum yang langsung menancap di sebuah batu tak jauh dari posisi Peri Kasih terjerembab.
Peri Kasih melihat benda itu sebentar. Benar, itu memang senjatanya.
"Tidak, Yang Mulai! Pasti ada yang mencuri senjata itu dan menyalah gunakan untuk memfitnahku.""Aku sendiri yang memeriksa mayat Peri Cahaya Wangi, apa kau menuduhku yang telah memfitnahmu?" Ucap Ratu peri dengan keras sambil berkacak pinggang. Padahal memang sebenarnya dialah pelakunya. Sejak lama dia tak suka pada Peri Kasih, salah seorang peri yang bisa mengacaukan rencananya yang harus disingkirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...