"Kana!"
Kana sedang berjalan menuju kelas bersama teman-temannya setelah dari kantin, ia membalikkan tubuhnya saat suara yang mulai tak asing menggema di koridor.
Ryan berlari kecil menghampiri orang yang memang sedang ia cari.
"Ada apa, Yan?"
Lintang, Leni, Wulan, Dafa dan Izal ikut menghentikan langkah mereka.
"Eum, kira-kira lo minat ikut osis, gak?"
Kana menaikkan alisnya,
"Emang kenapa?"Ryan berusaha untuk menutupi rasa semangatnya,
"Osis lagi buka pendaftaran buat kelas 11 yang mau ikut, kuotanya cuman 6 orang. Kalau lo mau, lo bisa ikut. Pendaftarannya dibuka sampai rabu minggu depan!"Kana terlihat berpikir untuk sejenak,
Baru kali ini ia mendengar osis membuka pendaftaran bagi siswa kelas 11. Kana tak terlalu paham dengan cara bekerja anggota osis, yang ia tahu saat SMP, mereka memiliki tanggung jawab yang cukup rumit. Memakan waktu dan tenaga yang banyak. Entahlah jika Kana bisa kukuh menerima tekanannya. Tapi, ia sudah dua tahun tak melakukan apapun. Rasanya tak salah jika ia ingin mencoba untuk lebih produktif."Yaudah deh, gue pikir-pikir dulu ya."
Ryan tak kentara kan? Jika ia benar-benar ingin Kana untuk bisa masuk satu organisasi dengannya?
"Eh, kalo gue bisa ikut?"
Ryan mengalihkan perhatinnya kepada Lintang, teman sekelasnya satu tahun yang lalu.
"Ohh, boleh kok Lin. Lo kan emang mau masuk osis dari taun lalu. Ajak aja juga temen-temen lo yang lain."
Lintang mengangguk dan mengacungkan jempolnya.
"Gue juga bakal ikut kok, Yan."
Sahut Wulan sembari menyelipkan rambutnya ke telinga. Mulutnya hendak terbuka kembali, sampai Izal dan Leni menariknya dengan paksa menuju kelas.
Mereka sudah tahu perempuan itu akan meluncurkan gombalannya.Ryan terkekeh melihat perilaku teman Kana,
"Yaudah, kalau gitu gue duluan ya, Na. Lagi ada kumpul osis."Kana mengulum bibirnya sembari melambaikan tangan,
"Yaudah, semangat ya!"Ryan membalikkan tubuhnya dan berjalan kembali ke arah tadi ia berasal, dengan senyum yang tak bisa ia bendung. Senang sekali rasanya disemangati.
Kana, Lintang, dan Dafa berjalan menyusul teman-temannya yang sudah hengkang terlebih dahulu.
Sesampainya di kelas, Kana langsung diserang dengan seribu pertanyaan oleh Wulan.
"Kok lo bisa deket sama Ryan sih? Kalian temenan? Bukannya lo murid pindahan, ya? Atau jangan-jangan lo tetanggan juga sama dia? Atau bahkan kalian itu temen masa kecil yang kepisah terus ketemu lagi disini? Kenalin gue dong!"
Mulut Wulan sudah disumpel oleh Lintang dengan cilok. Wulan yang tadinya hendak marah, terbawa oleh rasa makanan favoritnya itu sehingga ia menjadi jinak kembali sekarang.
Kana menggelengkan kepalanya, sepertinya ia harus mulai terbiasa dengan sifat teman-temannya yang sangat unik ini.
Kana meneguk setengah botol air mineral yang ia bawa dari rumah.
Matanya tak sengaja menangkap sosok di sebrang sana yang sedang menyembunyikan wajahnya di dalam lipatan tangan.Semenjak kejadian di kantin, Kana benar-benar tak pernah sekalipun berpas-pasan dengannya. Jika bel berbunyi, Bara akan berada di kelas. Tetapi tepat saat pelajaran habis, dia akan segera pergi entah kemana.
Bahkan kali ini saat mereka berada di satu ruangan pun, Bara sangat enggan untuk meliriknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana dan Albara
RomanceSurat cinta untuk masa remaja, simfoni pahit dan manisnya cinta pertama, senandung kosong berdebu dari sebuah duka. . . . Arkana memutuskan untuk kembali melanjutkan hidupnya setelah sempat terjatuh ke jurang depresi. Rumah baru, sekolah baru, kota...