Kana sibuk mengibaskan tangannya agar air yang masih menempel bisa segera mengering. Matanya sesekali menyipit saat sinar surya masuk mengintimidasi. Kakinya kembali ia langkahkan menuju arah kantin yang tadi sempat ia kunjungi.
Sehabis menghabiskan waktu istirahat di sana, Kana meminta izin untuk pergi ke kamar kecil. Dafa dan Izal sudah menawarkan untuk mengantarnya, tetapi ia tetap menolak. Ia memerintahkan mereka untuk berlalu terlebih dahulu saja ke kelas.
Karena waktu istirahat masih tersisa, Kana akhirnya memutuskan untuk kembali ke kantin.
"Hallo, Kana!~"
Kana menolehkan kepalanya saat seseorang memanggil namanya. Dua perempuan—yang Kana rasa adalah murid kelas sebelah—tengah melambaikan tangan mereka ke arahnya sembari tersenyum.
"H-hai!"
Walaupun merasa sedikit kikuk, Kana tetap membalas lambaian tangan itu.
Ia pun menerbitkan senyum ramahnya.Saat Kana sudah melewati mereka, tiga orang laki-laki dengan perawakan besar ikut menyauti namanya.
"Hai, Na!!~"
"Haii!"
Kana tetap berusaha membalas sehumble mungkin, walau nyatanya ia masih merasa canggung.Ketiga murid laki-laki itu bahkan memanggilnya dengan sebutan yang biasa orang-orang terdekatnya pakai. Dan untuk yang kali ini, Kana bahkan tak mengenali siapa ketiga siswa dengan seragam yang berantakan itu.
Hal seperti ini juga terjadi tadi pagi. Saat baru saja menginjakkan kaki di depan gerbang, orang-orang yang berjalan searah dengannya tiba-tiba mengajaknya berbicara. Ia sedikit tersentak dan beringsut, walau pada akhirnya ia tetap berusaha menanggapi.
Saat sampai ke kelas pun, teman-teman sekelasnya bertingkah dengan gelagat yang sama. Mereka tak lagi hanya memandanginya dari jauh. Mereka bahkan mendatangi bangkunya dan membicarakan hal yang cukup asal seperti, 'lo udah ngerjain PR?'
Perubahan sikap orang-orang kepadanya membuat Kana keheranan. Apa yang salah dengan dunia hari ini?
Kana menceritakan hal itu kepada Lintang. Perempuan dengan kucir itu pun hanya terkekeh menanggapinya.
Ia berakata bahwa Kana sedang viral di sekolah saat ini.
Kana yang mendengar itu sontak terkejut, ia langsung bertanya kesalahan apa yang sudah ia buat sampai orang-orang mulai mengenalinya.
Lintang yang mendapat reaksi tak biasa itu pun menautkan alisnya, ia lalu meyakinkan Kana bahwa dirinya tak melakukan kesalahan apapun.Lintang membuka ponselnya dan menunjukkan video dimana dirinya tengah mencetak skor terakhir di hari jumat lalu. Dimana ia berhasil mengalahkan Daniel dengan telak.
Kana yang melihat dirinya sendiri dalam layar biru itu hanya bisa meringis. Ia terlihat sangat konyol dalam video ini.
Saat sudah sampai menuju warung yang tadi ingin ia singgahi. Kana menjatuhkan pilihannya kepada sebotol toples berisikan coklat koin. Penjual itu pun memberikannya satu bungkus plastik dan Kana mulai meraup beberapa coklat koin itu dari tempat asalnya.
Ia berniat untuk membagikan makanan ini kepada teman-temannya di kelas juga.Setelah merasa cukup, ia memberikan selembar uang kepada wanita paruh baya itu.
"Makasih, Bi!"
Kana hendak berpaling dan kembali melangkahkan kakinya, tetapi seorang lelaki tiba-tiba sudah berdiri dihadapannya entah sejak kapan.Kana terkesiap untuk sejenak, lalu ia mendongakkan kepalanya untuk melihat dengan jelas siapa sosok itu.
Oh, ternyata dia. Ada apa?
Kana mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana. Ia masih tetap berdiri di hadapannya, memastikan jika sosok itu memang sengaja sedang mendatanginya atau tidak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana dan Albara
RomanceSurat cinta untuk masa remaja, simfoni pahit dan manisnya cinta pertama, senandung kosong berdebu dari sebuah duka. . . . Arkana memutuskan untuk kembali melanjutkan hidupnya setelah sempat terjatuh ke jurang depresi. Rumah baru, sekolah baru, kota...