Kana berlari kecil keluar dari kelasnya. Langit masih terlihat kebiruan, bisingnya murid masih belum kentara terdengar. Suara langkah kakinya menggema di koridor menandakan hanya ada dirinya di sana.
Hari ini Kana—sebagai anggota Osis yang baru—akan melaksanakan jaga gerbang pertamanya. Ia dan keenam siswa yang terpilih lainnya diperintahkan untuk datang ke sekolah lebih awal.
Kana memasang topi abu-abunya saat ia sudah hampir sampai di lapangan. Sesekali ia mengusap lengannya untuk menghangatkan diri saat angin pagi berhembus menyentuh pori-pori kulit. Entah mengapa pagi ini terasa lebih dingin daripada hari biasanya.
"Hai, Kana!"
Kana menolehkan kepala saat sautan seseorang memasuki gendang telinganya.
Ia menghentikan langkahnya dan terdiam untuk beberapa saat, sebelum menarik kedua bibirnya ke atas saat sudah mengetahui siapa pemilik suara itu."Hai, Lisa!"
Kana baru ingat bahwa nama Lisa juga tercetak di atas lembaran putih tepat setelah namanya disebut.
Lisa membalas balik senyuman itu ketika ia sudah berada tepat di hadapan Kana,
"Lo mau ke gerbang, kan? Yuk bareng!"Kana mengangguk setuju menerima tawarannya. Ia mensejajarkan laju kakinya dengan langkah Lisa.
"Gak nyangka ya, kita beneran kepilih."
Lisa merogoh karet rambut berwarna magenta dari saku seragamnya dan mulai mengucir helaian rambutnya."Iya hehe, padahal kemarin yang daftar banyak juga."
Kana mendongakkan wajahnya saat membalas ucapan Lisa.Ketika sedang berdampingan seperti ini, Kana baru menyadari bahwa perempuan itu memang jauh lebih tinggi darinya. Mungkin setara dengan Leni, sekitar seratus tujuh puluh senti.
Dan dari jarak yang dekat seperti ini, Kana bisa merasakan dengan lebih jelas aura kecantikannya yang terpancar.
Lisa memiliki rambut yang tebal, hidung yang runcing, dan lekuk rahang yang harmonis. Jika dalam dunia permodelan, Lisa sudah dipastikan akan mengantongi dua gelar sekaligus—photo model dan juga runaway model.
Kakinya yang jenjang dapat membantunya bersinar lebih terang saat mengenakan pakaian mewah di atas karpet merah. Lalu karakteristik wajahnya yang kuat juga pasti akan tetap stand out dari berbagai angle.
Lisa mengingatkan Kana dengan aktris Julie Estelle dan model-model dari Majalah Gadis pada tahun 2000-an. Jika dikategorikan, mungkin Lisa termasuk kedalam classic beauty seperti Monica Bellucci.
Dari aroma pewangi yang saat ini bisa Kana ciumpun, sepertinya ia memakai Gardenia scented parfume.
Sangat selaras dengan keanggunannya."Kenapa, Na?"
Lisa mengernyitkan dahi saat ia mendapati Kana tengah memandanginya."Enggak, hehe..."
Kana terkekeh dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya.
Setelah itu, ia kembali mengarahkan pandangannya ke depan.Sembari mengenakan topi miliknya, kini giliran Lisa yang berbalik memandangi Kana.
Entah bagaimana menjelaskannya, tetapi senyuman Kana terlihat berbeda dari milik orang-orang pada umumnya. Kedua manik hazelnya ikut bercahaya saat kedua ujung bibir itu terangkat.
Kana mengingatkan Lisa dengan lukisan-lukisan pada Renaissance era. Jika Kana hidup beberapa abad yang lalu, Lisa yakin bahwa ia akan menjadi muse para pelukis terkenal seperti Michelangelo atau Sandro Botticelli.
Wajahnya sudah pasti akan dipajang dalam musium-musium ternama di dunia dan ditandai sebagai harta bersejarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana dan Albara
RomanceSurat cinta untuk masa remaja, simfoni pahit dan manisnya cinta pertama, senandung kosong berdebu dari sebuah duka. . . . Arkana memutuskan untuk kembali melanjutkan hidupnya setelah sempat terjatuh ke jurang depresi. Rumah baru, sekolah baru, kota...