lima lima

47 4 0
                                    

Kana menyiapkan tujuh mangkuk di atas meja dapur. Dengan perlahan ia mulai menuangkan es teler dengan aneka ragam buah ke dalamnya.
Belinda sudah membuat menu dessert itu sekitar satu jam sebelum kedatangan Kana. Tapi karena ada urusan mendadak, ia akhirnya harus pergi dan tak bisa bertemu secara langsung dengan orang-orang yang sudah beberapa hari ini Kana ceritakan.
Beruntungnya es itu sudah selesai dibuat, jadi Kana hanya perlu memindahkannya saja.

"Eh, Na. Sini gue bantu."

Bara yang memutuskan untuk memisahkan diri dari rombongan dan mencari Kana ke dalam dapur, segera mengambil alih nampan berisikan empat mangkuk es saat menemukan sosok itu yang terlihat sedang kesulitan membawanya.

"E-eh, gausah Bar. Lo nunggu aja sama yang lain."

"Udah ah, jangan suka bikin diri sendiri ribet. Minta tolong sama gue kalau ada apa-apa."

Kana hanya bisa mengangguk dan menerima pertolongan dari Bara.
Ia lalu mengambil tiga mangkuk lainnya dan menyimpannya ke atas nampan yang berbeda.

Kana dan Bara berjalan berdampingan menuju taman belakang di rumahnya.

Saat baru masuk tadi, Kana sudah menawarkan teman-temannya untuk bersantai di ruang tamu. Tapi setelah melihat pemandangan indah di halaman belakang rumah, mereka meminta untuk berkumpul di sana saja.

"Aduh yang bener dong Zal kalau motoin orang, gimana sih!"

Wulan mencebekkin bibirnya saat melihat hasil jepretan Izal yang baginya tak memuaskan. Wulan kembali menyerahkan ponselnya kepada Izal dan segera berdiri di dekat patung dengan pose candid yang dibuat-buat.

Setelah meminta izin dari Kana untuk berfoto ria, sepertinya Wulan sudah hampir menghabiskan setengah dari memori ponselnya saat ini.
Sayang sekali jika tak diabadikan, pikirnya. Pemandangan yang sangat instagramable ini harus ia manfaatkan baik-baik.

Izal sedari tadi memutar bola matanya jengah. Jika hasil fotonya sejelek itu, mengapa Wulan tetap meminta tolong kepadanya?

"Jangan norak!"

Wulan yang sedang berpura-pura melihat suatu objek, kembali menolehkan kepalanya dengan patah-patah kepada Izal dengan tatapan horror.

Berbeda dengan kedua temannya yang tengah melakukan photoshoot di pekarangan rumah orang, Leni, Lintang, dan Dafa memilih untuk merehatkan diri sembari menyelonjorkan kaki mereka di atas kain yang sudah tadi Kana berikan sebagai alas.

Enak sekali rasanya jika tinggal di rumah seperti ini. Mereka bisa melakukan piknik setiap hari.

Saat Kana dan Bara muncul dari dalam rumah, kelima remaja itu langsung beranjak dari tempat masing-masing dan bergegas membantu mereka.

"Ayo guys, pada ambil nih!"

"Wahh, sedep banget makan es teler siang-siang gini. Makasih, Na!"
Lintang menjadi orang terakhir yang mengucapkan rasa syukur. Kana hanya membalasnya dengan gelengan seperti mengisyaratkan jangan sungkan.

"Eh, kalau es itu disebutnya makan atau minum sih?"
Izal tiba-tiba menyaut di tengah acara santapan hidangannya.

"Gak tau tuh. Peduli lah, sama-sama masuk perut ini."
Leni terkekeh kecil sembari menguyah potongan buah alpukat di mulutnya.

Suasana hari ini terasa sangat menenangkan. Lingkungan yang sejuk, percakapan hangat diiringi oleh kicauan burung yang sesekali terbang melintas, aroma wewangian bunga yang juga mendominasi indra penciuman. Ah, sudah lama Kana tak merasakan ini.

Kana memperhatikan bagaimana kelima teman barunya itu berinteraksi, sampai sebuah pertanyaan muncul di dalam benaknya.

"Kalian udah temenan sejak kapan?"

Arkana dan AlbaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang