Tuhan sepertinya sedang dalam suasana yang baik. Langit terlihat menunjukkan senyum cerahnya hari ini. Matahari menyembunyikan dirinya malu-malu di balik awan. Angin menari-narikan sayapnya ke permukaan kulit yang berkeringat.
Sepertinya semesta tahu, hari ini adalah hari kembalinya Kana menapakkan kaki di bumi.Kana kini sedang termenung menatapi pemandangan di luar jendela mobil. Sepertinya mereka sudah keluar dari area jalan tol, ia sudah bisa melihat pemukiman warga dan bangunan-bangunan sekarang.
Suasana hatinya sudah jauh lebih baik. Saat menangis tadi, Elian dan Belinda segera menghentikan mobil mereka dan bertanya mengenai keadaan Kana. Ia bilang, ia baik-baik saja. Dan sekarang, mereka sudah melanjutkan perjalanan sesuai rencana.
Kana sesekali melirik buku yang masih ada digenggamannya. Sesekali pula ia tersenyum geli memandangnya.
Secara perlahan, ia mulai bisa mengingat masa lalunya sebagai miliknya.
Ia sudah mulai mengenal kembali dirinya yang dulu.
Ia sudah tak asing lagi."Na, masuk sekolah kan masih satu minggu lebih, gimana kalau kita jalan-jalan?"
Kana mengalihkan perhatiannya kepada kakaknya itu. Arga menunjukkan beberapa gambar destinasi untuk dikunjungi dari ponselnya.
Taman wahana, kebun binatang, water boom, street food, dan art gallery."Ayo aja, tapi aku mau ke art gallery dulu ya. Aku udah pernah liat juga tempatnya di internet, katanya bisa lukis sama bikin kerajinan tanah liat juga di sana."
Kana terlihat antusias melihat tempat yang memang sudah menjadi wishlist destinasinya, diusulkan oleh Arga."Okey dokey, tapi abis itu kita ke street food ini, ya. Dari reviewnya, pada bilang kalau makanannya enak-enak. Beuh, surga dunia gak tuh."
Arga mengusap-usap perutnya hiperbola."Makan trus yang dipikirin!"
Kana tertawa renyah dan menoyor kepala kakaknya itu.
Sementara Arga hanya menggaruk kepalanya sembari menatap Kana gemas.Kata tak cukup untuk menggambarkan betapa bahagianya Arga. Ia sudah bisa kembali melihat Kana seperti semula. Ia sungguh merindukan kecerewetan dan keceriaan adiknya itu.
Melihat Kana yang tersenyum seperti ini, rasanya sangat pahit dan manis bagi Arga. Bagaimana bisa ada sosok di dunia ini yang tega melukai manusia selembut Kana?
"Iya tuh, Kakak kamu. Di jakarta selain cari kerja, Cari juga 'temen' yang bisa dibawa ke rumah dong!"
Elian ikut menanggapi obrolan kedua anaknya."Aduh, Yah. Gak usah Arga cari juga, pasti udah pada ngantri kali!"
Arga memperagakan gaya sok cool nya yang dihadiahi tatapan geli oleh orang-orang yang berada di mobil itu."Ngantri apaan, orang kamu sendiri yang masih jadi bujang lapuk diantara temen-temen kamu."
Sangkalan penuh fakta Belinda membuat Arga merengut sebal dan mengerucutkan bibirnya.
Sementara Kana dan Elian kembali menertawakan kelakuan udiknya.Ucapan Elian dan Belinda hanya sebatas gurauan belaka. Walaupun usia Arga sudah menginjak 22 tahun, mereka tak pernah memberikan anak sulungnya itu beban untuk segera mencari tambatan hati.
Mereka memberikan anak-anaknya kebebasan untuk memilih jalan hidup masing-masing.
Mau Arga memiliki pasangan, ingin segera berjalan ke jenjang pernikahan, atau bahkan tak menikah sama sekali, mereka tak keberatan.
Mereka akan tetap mencintai anak-anaknya apa adanya.Selepas tertawa, Tatapan Kana kepada Arga berubah menjadi nanar.
Ia teringat akan sesuatu sekarang.Kana ingat, Arga pernah memiliki kekasih saat ia masih berkuliah.
Kalau tak salah, namanya Rini.
Arga pernah sekali membawanya ke rumah. Namun pada saat itu, ia masih belum mengaku bahwa mereka memiliki hubungan lebih dari sekedar teman.
![](https://img.wattpad.com/cover/358382790-288-k592779.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana dan Albara
RomanceSurat cinta untuk masa remaja, simfoni pahit dan manisnya cinta pertama, senandung kosong berdebu dari sebuah duka. . . . Arkana memutuskan untuk kembali melanjutkan hidupnya setelah sempat terjatuh ke jurang depresi. Rumah baru, sekolah baru, kota...