Kana mengusap keringat yang mulai membasahi dahinya. Kegiatan hari ini hanya sebatas melakukan berbagai macam olahraga ketahanan seperti push up, sit up, dan squat jump.
Tetapi untuk seseorang yang jarang berolahraga sepertinya, ia cukup merasa kelelahan."Na, sini!" Leni melambaikan tangannya dari pinggir lapangan. Murid perempuan kelasnya yang lain juga ikut merehatkan diri di sana, karena telah menyelesaikan tugas terlebih dahulu daripada murid laki-laki.
Kana menganggukkan kepalanya dan melangkahkan kakinya menuju tempat tujuan.
Dalam perjalanan, Izal merangkul pundak Kana berniat untuk bergabung bersama mereka.Saat sudah sampai, Wulan langsung meyodorkan botol minum yang tadi Kana titipkan kepadanya.
Setelah berucap terimakasih, Kana ikut duduk di sebelah Lintang dan mulai meneguk air dari botolnya.
Sementara Izal yang juga duduk di sampingnya memperhatikan Kana dengan seksama. Ia lupa membawa botol minum.
Kana yang menyadari itu membalas balik tatapan Izal,
"Mau?"Izal menggaruk tengkuknya dengan sumringah. Sebenarnya ia sedikit malu, tapi yasudah lah daripada ia harus pergi ke kantin yang berada di belakang sekolah. Malas.
"Boleh?"
Kana menganggukkan kepalanya sembari menyerahkan botol minuman berwarna lilac itu, "Nih."
Izal menerima sodoran itu dengan senang hati dan mulai membasuh dahaganya dengan aliran air.
Setelah merasa cukup, ia mengelap bibirnya yang basah dan kembali memberikan botol itu dengan cengiran."Makasih, Na!"
Kana hendak mengambil alih botolnya, sampai Wulan tiba-tiba merebutnya secara sepihak.
"KANA JANGAN DI MINUM!"
Ia segera mengeluarkan selembar tisu dari bungkusannya—ya, Wulan selalu membawa tisu kemana saja untuk jaga-jaga—lalu ia mengelap lubang botol itu dengan menyeluruh.Kana menyatukan alisnya,
"Emang kenapa?..."Setelah berhasil menghapus sesuatu yang Wulan sebut noda, ia kembali menyerahkan botol itu kepada Kana.
"Jiji abis kena bibir Izal."
Kesabaran Izal sudah sangat menipis, jika Wulan tidak memiliki teriakan yang sangat berisik, Izal pasti sudah membekap hidungnya dengan ketiaknya yang sedang basah saat ini.
Lintang dan Leni sudah tertawa tak karuan, sementara Kana hanya bisa terkekeh kecil. Tak enak jika ia juga ikut tertawa setelah melihat wajah Izal yang masam. Padahal ia tak keberatan jika tadi bibir Izal menyentuh botol minumannya.
"Apaan nih, seru amat kayanya..."
Dafa ikut bergabung dengan kawanannya setelah selesai menghitung push up partnernya yang tadi belum selesai.
"E-eh tapi tunggu deh..."
Lintang dan Leni meredakan tawanya dan kembali menaruh atensi kepada Izal.
Izal menyentuh bibirnya secara lembut lalu berkata,
"Berarti gue sama Kana udah ciuman dong,"Suasana menjadi hening untuk beberapa saat. Kana mengerjapkan matanya, Lintang dan Leni membeku di tempat, Wulan tak bisa berkata-kata, dan Dafa tercengang.
Ditambah Bara yang sedang bermain bola basket ikut membalikkan tubuhnya saat samar-samar mendengar kalimat itu.
Apa-apaan?!?!
Wulan yang pertama memecahkan kesunyian dengan menimpuk kepala Izal dengan botolnya,
"NGOMONG APA LO BARUSAN?!"Keadaan di sana pun semakin tak kondusif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana dan Albara
RomanceSurat cinta untuk masa remaja, simfoni pahit dan manisnya cinta pertama, senandung kosong berdebu dari sebuah duka. . . . Arkana memutuskan untuk kembali melanjutkan hidupnya setelah sempat terjatuh ke jurang depresi. Rumah baru, sekolah baru, kota...