Aryan menjelaskan nama-nama setiap ruangan saat mereka berdua melewatinya. Dengan sigap, ia pula membeberkan nama-nama guru dan pengurus sekolah yang sebenarnya tak terlalu penting. Satpam depan pun, ia jelaskan asal usulnya mengapa bisa sampai bekerja disini.
Kana tertawa kecil sesekali melihat tingkah Ryan yang baginya sangat lucu.
Beberapa kali, ada siswa-siswi lain yang menyapa Ryan di perjalanan.
Ternyata ia populer.Masuk akal untuk Kana.
Ryan memiliki postur tubuh yang cukup ideal untuk menjadi idola sekolah.
Tubuhnya tinggi, wajahnya tampan, ditambah ia juga seorang osis."Lo pindahan dari sekolah mana, Na?"
"Gue homeschool."
Ryan menghentikan langkahnya.
"Wah serius? kenapa?"
Kana tersenyum kikuk entah harus menjawab apa. Tak mungkin kan, ia trauma dumping kepada orang yang baru saja ia temui.
"Euhm, gue ngerasa lebih nyaman aja sih."
"Sejak kapan?"
"Kelas 3 SMP."
Ryan mengangguk paham. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan orang yang bersekolah mandiri seperti itu. Ia bertanya lebih lanjut mengenai sistem pembelajarannya, apakah lebih mudah dari sekolah biasa atau malah lebih rumit.
Kana menjawab seadanya. Lagi pula, ia tak memiliki pengalaman banyak belajar di sekolah formal sederajat, ia tak begitu tahu perbedaannya.
"Isn't it lonely, though?"
Kana sedikit terkesiap mendengar pertanyaan itu.
"Nah, i love being alone. People are annoying anyways."
Mereka berdua menertawakan sarkasme Kana dan Ryan kembali memandu perjalanan.
Kana berbohong.
Apa yang Ryan katakan benar adanya. Ia memang lebih nyaman sendirian, tapi bukan berarti ia mau setiap saat.Ryan tahu Kana berbohong.
Ia sempat menangkap rona nanar dari matanya saat menceritakan pengalamannya homeschooling.
Dari kesan pertama yang ia dapat, Kana terlihat sangat easy going dan mudah berbaur. Ia rasa ada alasan lain yang ia sembunyikan.Tapi Ryan juga tak berani bertanya.
Ia tak ingin melewati batas.Setelah mengunjungi beberapa sudut sekolah yang Ryan rasa penting bagi Kana ketahui, ia memutuskan untuk membawanya ke suatu tempat.
"Wah, sekolah ini punya taman?"
Kana terlihat takjub melihat beberapa pohon yang menjuntai dan beberapa jenis bunga yang tumbuh disekitarnya.
Penampilan taman yang cukup asri juga dihiasi dengan kursi taman yang bisa bebas siswa gunakan.Ryan mengajak Kana untuk duduk di salah satu kursi itu.
"Maaf ya, Yan."
Ryan yang sedang mengibaskan topi ke area wajahnya yang berkeringat, mengerutkan dahinya mendengar ucapan Kana.
"Maaf kenapa?"
"Lo jadi harus anter gue keliling sekolah, padahal kan lo osis. Lo lagi sibuk-sibuknya sekarang, jadi waktu istirahat lo malah kebuang gara-gara gue."
Ryan menggelengkan kepalanya tak setuju.
"Udah ah, gak usah minta maaf. Kegiatan gue juga gak banyak, kok. Kalau soal istirahat, bisalah sortir bagian sama anak osis yang lain. Gak usah ngerasa bersalah gitu, santai aja kaya di pantai."
![](https://img.wattpad.com/cover/358382790-288-k592779.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana dan Albara
Lãng mạnSurat cinta untuk masa remaja, simfoni pahit dan manisnya cinta pertama, senandung kosong berdebu dari sebuah duka. . . . Arkana memutuskan untuk kembali melanjutkan hidupnya setelah sempat terjatuh ke jurang depresi. Rumah baru, sekolah baru, kota...