17. Jealous? Not Sure

46 5 2
                                    

Hari ini Laura bisa dibilang sedang sibuk. Karena dari kemarin ia tak menyentuh pekerjaannya sama sekali, kini ia masih ada beberapa desain yang belum ia kerjakan, belum mengecek kesiapan untuk acara besok, dan yang lainnya.

Kini, Laura tengah mengunjungi pabrik tekstil untuk mengecek bahan pembuatan desain pakaian yang dipesan kemarin lusa. Ia juga hendak mengambil pesanan pribadinya yang harusnya sampai di rumahnya dua atau tiga hari yang lalu, tapi tidak ada siapapun di rumah Miami, jadi ia memilih untuk datang mengambilnya kesini saja.

"Bagaimana? Apa bagimu ada yang kurang?" tanya Mr. Landen.

Laura tersenyum puas. "Tidak ada," sahutnya. "Terima kasih untuk pesanannya, Mr. Landen."

"Tidak masalah," sahut Mr. Landen sambil terkekeh kecil dan mengantar Laura keluar pabrik menuju pelataran parkir.

"Oh, ya. Anda tidak lupa dengan undangan besok malam, kan?" tanya Laura.

"Tentu saja tidak. Aku akan datang bersama istri dan anakku," jawab Mr. Landen mantap. "Kalau begitu, aku tinggal masuk dulu. Hati-hati di jalan."

"Okay." Laura tersenyum lebar dan detik berikutnya Mr. Landen kembali masuk ke pabrik.

Laura pun hendak masuk ke mobilnya. Ia sudah sangat lapar sekarang, jadi ia pikir ia akan ke kafe sebentar untuk makan siang. Namun, saat ia hendak mengendarai mobilnya, ponselnya berdering. Saat dilihat, ternyata itu adalah Reino.

"Halo," sapa Laura mengangkat teleponnya.

"Kau ada dimana sekarang?" tanya Reino. "Bagaimana kalau kita makan siang bersama?"

"Dimana?"

"Aku sedang di Aventura. Kau mau makan apa?"

"Ya sudah, aku kesana setelah ini, karena aku juga sedang lapar. Tunggu aku di Tap 42 saja," ujar Laura dan Reino mengiyakan. Detik berikutnya, Laura pun meletakkan ponselnya ke dalam tas untuk kemudian mengendarainya menuju Aventura.

***

Sampai di pelataran parkir Aventura, Laura keluar dari mobilnya sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 03.27 PM. Ya, jam makan siang sudah lewat. Sudah delapan jam lebih yang lalu terakhir kali ia sarapan dan dia banyak beraktivitas tadi, jadi ia benar-benar lapar sekarang.

Dari bawah, Laura dapat melihat Tap 42 yang cukup ramai. Tapi, untung saja tadi Reino sudah mengiriminya pesan kalau ia sudah menemukan tempat untuk mereka makan siang bersama. Laura sendiri juga sudah meminta tolong untuk memesankan makanan untuknya. Jadi, kini ia hanya tinggal mencarinya saja.

Sampai di Tap 42, Laura mencoba mencari sosok Reino setelah tadi Reino berkata kalau ia ada di teras dan menggunakan kemeja navy. Setelah mengedarkan pandangannya kesana kemari, akhirnya Laura pun menemukannya. Ia pun menghampiri Reino sembari tersenyum ramah.

"Kau sudah menunggu lama?" tanya Laura sambil duduk berhadapan dengan Reino.

"Baru lima menit yang lalu aku duduk," sahut Reino.

"Terima kasih karena sudah memesankan makanan untukku," ujar Laura dengan jujur.

"Tidak masalah." Reino terkekeh kecil. "Cepatlah makan, kau tadi berkata kalau kau sedang lapar."

Mendengar itu, Laura terkekeh dan kemudian langsung memakan pesanannya. Reino sendiri menahan kekehannya saat melihat Laura yang sedang makan dengan lahapnya. Bisa dibilang, Laura terlihat sangat menggemaskan.

"Apa kau tidak makan?" tanya Laura yang menyadari Reino tak makan pesanannya sendiri.

"Don't mind me," sahutnya hampir saja ketahuan memperhatikan Laura diam-diam.

Married to a Playboy - HBS #4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang