66. Parents

14 2 0
                                    

Keesokan harinya, mansion Marvel terlihat ramai. Di jam ini, semuanya tengah bersiap-siap untuk sarapan bersama di ruang makan besar mansion. Sementara itu, Ella terlihat baru saja turun dari kamarnya dan menuju dapur. Sekilas, ia melihat Deanne sedang memotong buah-buahan dan Ella berjalan menuju lemari pendingin.

"Ella, beberapa hari ini kau sering ke Miami. Bagaimana kalau kau menyewa apartemen disana? Atau sekalian rumah? Bilang saja pada Mom, Mom akan mengaturnya." seru Deanne tiba-tiba saja saat Ella sedang mengambil minuman dingin.

"Tidak perlu, Mom," jawab Ella sembari tersenyum gemas menghampiri Deanne.

"Apa kau yakin?" Deanne menatap Ella memastikan. "Perjalanan Miami-New Jersey itu jauh, Sayang. Kau bepergian kesana kemari dengan helikopter, apa tidak lelah?"

"Tidak apa-apa, jangan khawatir," ujar Ella meyakinkan Deanne.

Deanne terkekeh kecil sembari mengangguk. "Baiklah kalau begitu."

Ella tahu sudah biasa untuknya setiap saat Deanne selalu menawarkannya dan memberikannya banyak hal tanpa Ella minta. Ia sadar begitu perhatiannya Deanne padanya. Lalu, apa ia tega untuk menyakiti anggota keluarganya? Tidak mungkin. Seketika, Ella jadi merasa bersalah.

"Mom," panggil Ella lirih.

"Hm?" Deanne menoleh dan mendapati Ella menatapnya lurus-lurus.

"Aku minta maaf."

Dahi Deanne sedikit berkerut heran. "Kenapa tiba-tiba?"

"Maaf, karena membuatmu khawatir." Ella tidak mungkin menyebutkan alasan lainnya kenapa ia minta maaf pada Deanne. Tapi, ia tetap tersenyum.

"Tidak perlu minta maaf, Sayang. Itu hanya tugasku sebagai ibu untuk selalu memperhatikanmu."

Jujur, Ella merasa tersentuh setelah mendengarnya. Sudah 12 tahun yang lalu ibu kandungnya meninggal, tapi tiga tahun kemudian ia mendapatkan ibu asuh lainnya yang memperhatikannya layaknya seorang anak kandung.

Ya Tuhan. Ella semakin merasa bersalah dan tidak tega atas apa yang sudah ia lakukan.

"Mom," panggil Ella lagi dan Deanne kembali menatapnya juga. Detik berikutnya, Ella memeluk Deanne dari samping seolah-olah dia masih anak perempuan berusia belasan tahun.

"Aku tidak akan menyewa tempat tinggal di tempat selain rumah ini. Aku tinggal bersama Mom dan Dad saja. Punya kerja di New Jersey, menikah di New Jersey, dan membawa suamiku kemari. Aku tidak ingin keluar."

Mendengar itu, Deanne terkekeh geli. Awalnya, ia merasa aneh karena tiba-tiba Ella mengaakan itu semua. Tapi, di lain sisi tentu saja ia merasa senang mendengarnya.

"Kalau itu maumu, aku tidak akan melarang," sahut Deanne sembari mengusap kedua lengan Ella penuh sayang.

***

Sambil berjalan, Laura yang sedang melihat jam tangannya terlihat memasuki ruang kantornya. Baru saja ia sampai di kantor setelah Keanu mengantarnya dan sekarang sudah jam sembilan. Ia memang sedikit terlambat, karena ia bangun kesiangan tadi pagi setelah semalam ia menonton film marathon bersama Keanu.

Namun, baru saja Laura masuk, ia sudah disambut oleh sebuah bingkisan tipis. Tidak. Ia tidak ingin membukanya kalau tidak ada Keanu di sampingnya. Sudah cukup ia membuka bingkisan berisi teror. Ia tidak ingin hal itu terjadi lagi, apalagi saat ia sedang sendirian. Jadi, ia membiarkan bingkisan itu.

Sementara itu, ponsel Laura berdering tepat saat ia duduk di kursi kerjanya. Ternyata dari Anna.

"Halo," sapa Laura sembari menghidupkan komputernya.

Married to a Playboy - HBS #4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang