24. If Only...

38 2 0
                                    

Tak terasa, hari sudah malam. Sudah setengah hari Laura dan Keanu menghabiskan waktu mereka di luar hotel. Mereka sudah menpatkan banyak pengalaman dan tentu saja foto-foto yang bagus.

Kini, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tadi keduanya sudah makan malam bersama di restoran hotel setelah membersihkan badan mereka. Setelah sarapan, keduanya melihat foto mereka tadi siang sembari mengedit beberapa sebelum akhirnya Laura mengantuk dan Keanu juga memutuskan untuk beranjak tidur saja.

Karena hanya ada satu ranjang yang cukup besar di kamar itu, Laura membiarkan Keanu untuk tidur satu ranjang bersamanya. Tak mungkin ia tega membiarkan Keanu tidur di lantai atau di sofa. Tapi, tentu saja ia sudah memberikan peringatan supaya Keanu tak macam-macam padanya sebelum ia tidur memunggungi Keanu.

Saat Laura hampir saja jatuh tertidup lelap, tiba-tiba saja ia seperti merasakan lengan kekar memeluk pinggangnya dari belakang. Tentu saja ia tahu itu Keanu.

"Apa yang kau pikir sedang kau lakukan, Keanu?" tanya Laura dengan tajam.

"Apa?" tanya Keanu balik dengan nada rendahnya.

"Singkirkan tanganmu sekarang juga atau aku akan membunuhmu," ujar Laura masih dengan nada bicara tajamnya.

Laura tidak tahu. Tapi, Keanu benar-benar memanyunkan bibirnya saat ia dengan terpaksa menarik kembali tangannya.

Laura kembali memejamkan kedua matanya. Ia berusaha untuk kembali tidur.

"Anna," panggil Keanu dan Laura dengar, tapi ia rasanya malas untuk menyahutinya karena ia sudah mengantuk. "Anna, apa kau sudah tidur?" tanya Keanu lagi dengan lembut.

Laura membuka kedua matanya kembali dengan terpaksa. "Apa lagi?" tanyanya sambil menghela napas panjang, namun tak menoleh ke belakang.

"Aku tidak bisa tidur," ujar Keanu seperti anak kecil.

"Ini sudah larut malam. Pejamkan kedua matamu dan kau pasti akan tertidur," sahut Laura yang berusaha untuk kembali tidur.

"Tidak bisa," ujar Keanu kemudian. "Bisakah kau lakukan sesuatu untukku, Anna? Kumohon?"

"Apa?" Laura menghela napas panjangnya lagi.

"Panggil namaku."

Dahi Laura mengernyit tak mengerti maksud Keanu barusan. Panggil namanya? Untuk apa?

"Kau mabuk sebelum tidur, ya?" tanya Laura dengan aneh.

"Katakan saja. Panggil namaku," ujar Keanu lagi meminta.

Laura berdecak kecil. "Keanu?" ujarnya kemudian dengan sedikit ragu-ragu.

"Bukan itu. Tapi yang lainnya," sahut Keanu.

"Yang mana maksudmu? Almaro? Marvel?" tanya Laura menyebut nama panjang Keanu.

"Bukan," sahut Keanu. "Tapi, yang pernah kau panggil untukku."

Laura berusaha untuk mengingat-ingat nama yang pernah ia sebut untuk memanggil Keanu. Sampai akhirnya terbersit sebuah nama. Tapi, ia tak yakin dengan sebutan itu.

"Anna," panggil Keanu lagi dengan lembut.

"K?" ujar Laura kemudian masih sedikit ragu-ragu.

Mendengar itu, kedua mata Keanu melebar. Tanpa ia sadari, senyum terlukis di wajahnya. Ia puas dan senang mendengar sebutan itu.

"Selamat malam," ujar Keanu masih dengan tersenyum.

"Selamat malam," balas Laura.

Dalam hati Laura, ia pikir sepertinya sebutan yang baru saja ia sebut itu memang benar. Tapi, ia tak mengerti memangnya ada apa dengan sebutan itu?

Married to a Playboy - HBS #4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang