Saat Edwin dan Bisma datang ke kediaman Louis, keduanya disambut dengan wajah datar Ron di pintu masuk.
Lima menit kemudian, Edwin dan Bisma sudah berdiri di depan pintu kamar yang tertutup. Ron di sampingnya mulai mengetuk pintu.
Tok. Tok. Tok
Suara pria itu pun terdengar begitu sopan. "Tuan muda, teman-teman anda berkunjung."
Cara Ron berbicara berbeda sekali saat dia berbicara dengan begitu datar dan angkuh pada Edwin sebelumnya.
Tidak perlu memikirkan hal-hal seperti itu, Edwin mengabaikan Ron dan hanya berharap secepatnya dia melihat keberadaan Aldrean.
Karena ada hal-hal yang terjadi, Edwin terus saja menunda niatnya untuk menemui Aldrean. Besok sekolah sudah resmi akan dimulai kembali dan karena Edwin tidak ingin merasa canggung saat bertemu di sekolah, Edwin pun memutuskan datang malam ini.
Edwin menatap pintu berwarna cokelat di depannya dengan ketidaksabaran dimatanya.
Di sampungnya Bisma terlihat lebih tenang tapi tidak dengan isi pikirannya. Bisma mengingat kembali perkataan Ron beberapa saat lalu.
Tuan muda Aldrean mengalami syok berat saat kejadian, beruntung kami selalu mengutus orang kami untuk mengawasinya. Karena orang kami mencemaskan kondisi tuan muda, dia pun membawa tuan muda menjauh dari tempat kejadian.
Itu adalah sebagian fakta dan sebagian kebohongan yang Ron ciptakan. Tidak mungkin pria itu mengatakan yang sebenarnya karena dia sudah menerima perintah untuk merahasiakan kejadian yang sebenarnya.
Setelah beberapa saat pintu itu akhirnya bergerak terbuka.
Cklek.
Aldrean muncul dengan raut wajah tenang dan tatapan acuh tak acuhnya.
Melihat Aldrean sudah keluar, Ron pun pamit untuk kembali ke bawah.
Setelah kepergian Ron, Aldrean lebih memusatkan perhatiannya pada Edwin dan Bisma.
Keduanya saat ini menatap Aldrean dengan tatapan rumit yang tidak bisa Aldrean pahami.
"Ada apa?"
Tidak ada yang menjawab, Edwin dan Bisma malah saling berbagi pandangan.
Ekspresi mereka terlihat semakin buruk dari waktu ke waktu.
Terutama tatapan mereka yang seperti mengasihani seekor anak kucing yang tenggelam di air.
Aldrean mengernyit. Perasaannya tidak nyaman karena terus ditatap dengan tatapan seolah-olah dia adalah anak yang hilang. "Kenapa?" Tanyanya lagi.
"Al... lo baik-baik aja?" Bukannya menjawab, Bisma malah balik bertanya. Tatapan pemuda itu tertuju pada tubuh Aldrean yang terlihat lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu.
Dibalik kaos putih yang Aldrean kenakan, tulang selangka pemuda itu terlihat begitu menonjol di kulit putihnya.
Aldrean benar-benar kehilangan banyak berat badannya hanya dalam waktu dua minggu.
Kondisi Aldrean terasa memprihatinkan menurut Bisma dan pemuda itu merasa sangat bersalah karena tidak berusaha mencaritahu lebih awal.
Aldrean sendiri tidak tahu apa yang Bisma pikirkan tentangnya dan dia hanya bisa membalas Bisma dengan deheman pelan.
Sebenarnya, jika bukan karena Aldrean yang tertidur selama seminggu, pemuda itu tidak mungkin akan kehilangan banyak berat badan.
Intinya saat ini, secara keseluruhan, Aldrean memang sedang dalam kondisi baik-baik saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/345633113-288-k260736.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO
Teen FictionDia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]