Asael 2

135 16 1
                                    

“Paman”

“Hm?”

“Jika seseorang ditinggalkan oleh orang yang dicintainya,apakah normal orang itu memohon untuk pergi menyusulnya?”

Paman tirin,paman ketiga asael,menatap keponakannya lebih dalam lagi.

“Kenapa kamu bisa tau tentang cinta?”

“Aku melihat seseorang seperti itu,dia memohon dan menangis agar bisa mendampingi orang yang dicintainya,hanya untuk memastikannya tidak lagi menangis”

Paman tirin tidak langsung menjawab pertanyaan keponakannya,ia mencari kata yang tepat dahulu agar keponakannya ini tidak langsung menelan mentah-mentah.

“Wajar dia menangis,bisa juga meraung-raung atas kepergian orang tercinta,memohon bisa menemaninya juga wajar,asal! Asal ga nekat mengakhiri hidupnya sendiri untuk menyusul orang yang di cintai,semua ada waktunya,sama seperti menunggu kelahiran seorang anak di sebuah keluarga. Kami manusia tidak bisa memaksa sesuatu pada takdir,kita hanya bisa menunggu dan berdoa,jika el menemui orang kaya gitu,peluk dia dan temani dia agar tidak melakukan hal-hal nekat”

“Mengerti?”

Asael mendengarkan dengan penuh perhatian,ia menatap pamannya,lalu mengangguk mengerti.

“Akan ku lakukan,terimakasih paman”

“Anak pintar”

Paman tirin mengelus kepala asael yang basah karna keringat,mereka sebenarnya sedang istirahat setelah pendinginan setelah olahraga panjang,tapi asael tiba-tiba bertanya mengenai hal yang ia mimpikan semalam.

“Paman,jika paman memiliki anak,apakah paman akan meninggalkanku?”

Pertanyaan itu membuat alis tirin mengerut,ia menatap keponakannya dengan lembut dan penuh kasih.

“Tidak tentu saja,paman dan tante sudah menganggap el sebagai putri kami. Kalau kami punya anak,tentu kamu akan jadi kakak dari anak kami”

“Paman berjanji?”

“Janji,sayang”

Tirin menarik keponakannya dalam pelukannya,ia mengecup kepala atas asael dengan lembut.

“Paman dan tante akan diberikan anak 2 tahun lagi,aku akan menjadi kakak yang baik untuknya nanti.”

“Hahaha..semoga perkataanmu di kabulkan oleh sang kuasa,sudah siang. Gimana kalau kita pulang?”

Asael hanya menganggukkan kepalanya,ia turun dari bangku taman tempat ia duduk bersama sang paman. Mereka berjalan menuju parkiran,masuk kedalam mobil pamannya dan melaju untuk kembali kerumah ayah asael.

“Kami pulang”

“Kaka?”

“Kaka eeellll!”

“Eon hati-hati! Jangan berlari,kakakmu nanti juga masuk”

Tap  Tap  Tap

Suara langkah kecil tapi cepat itu membuat asael harus berjalan cepat ke asal suara,sampai ia bisa melihat adik kecilnya yang sedang berlari kearahnya dengan senyum manis yang merekah,apalagi matanya berbinar ketika melihat sang kakak.

“Kakak el”

“Hati-hati adik”

Dukh

Asael memasang kuda-kuda kakinya sebelum menerima adiknya yang melompat memeluknya,si kecil bahkan tersenyum semakin lebar ketika sang kakak memeluknya dan menggendongnya.

“Kaka darimana?”

“Olahraga bersama paman”

Kepala si kecil menjauh dari bahu sang kakak,ia menatap kakak perempuannya dengan penasaran,binar itu menyentuh hati asael.

AsaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang