Asael 3

53 13 0
                                    

“Biarkan aku menemaninya,aku tidak akan membiarkannya sendiri dan menderita dalam hidupnya”

“Kau tau dia sudah memiliki takdir dan tali merahnya sendiri dengan perempuan itu,bukan?”

“Aku tau,aku tau itu! Tapi aku tetap mencintainya,aku akan tetap mencintainya meskipun ia mencintai perempuan lain,aku akan tetap mencintainya meskipun ia bahagia dengan orang yang dicintainya. Aku hanya akan memberinya cinta,menjaganya,dan memastikan ia terus bahagia”

Belum ada suara balasan lagi dalam mimpi itu,asael sekarang juga terdiam mendengar penuturan yang begitu tulus dirasanya dari asael dewasa itu.

“Asael anakku,ini ibu nak”

Suara kembali terdengar,asael hanya melihat siluet seorang wanita yang di tutupi kabut dan cahaya di belakangnya,wanita itu seperti membawa pedang di pinggangnya,busur dan anak panah di punggungnya.

“Ibu? Ibu yang mana?”

“Aku ibumu,nak. Hazel,sang dewi perang,yang telah mengandung dan melahirkan mu walaupun kamu harus di jauhkan dari ibu ketika pertama lahir. Maafkan ibu tidak bisa melindungi mu nak,maaf membuatmu menderita begitu banyak”

Tubuh asael dewasa terdiam kaku,asael sekarang juga bisa merasakan perasaan yang tidak bisa ia lukiskan. Dari haru,penasaran,marah,rindu,kecewa,dan juga keinginan ingin memeluknya,itulah perasaan yang mungkin bisa sedikit menggambarkan perasaan kedua asael.

“Bukan kamu yang salah,lelaki itu yang membuat kesalahan,tidak perlu meminta maaf.”

“Jangan membenci ayahmu nak,ia melakukan itu untuk melindungi kita dari ancaman dewi karma yang ingin membinasakan kita berdua,jika ayahmu tidak menjadi miliknya. Setelah memastikan kami selamat,aman,dan kamu lahir,ayahmu segera meninggalkan perempuan itu dengan luka yang tidak pernah bisa sembuh. Tapi kami tidak menyangka perempuan picik itu akan membuatmu dalam penderitaan seperti ini,maaf ibu tidak segera membinasakannya nak,maaf”

Sosok perempuan itu mendekati asael sampai muncullah seorang perempuan yang begitu cantik,cantiknya benar-benar tidak bisa di deskripsikan,rambut hitamnya yang panjang menjuntai ke atas awan di bawah kaki keduanya. Kornea matanya berwarna emas dengan gemerlap indah yang tak bisa di jelaskan,kulitnya putih,tubuhnya begitu indah dan bahkan otot ditangan dan pahanya tidak merusak keindahan tubuhnya. Hidungnya mancung dan sedikit bangir,alisnya setajam pedang yang ada di pinggangnya,tulang rahangnya begitu tajam,bibirnya tidak tipis dan juga tidak tebal,tulang pipinya begitu pas untuk wajahnya,ini seperti pahatan yang saat dibuat sang pembuat dalam suasana hati senang dan bahagia.

“Putriku”

Asael dewasa di peluk oleh dewi itu,tubuhnya membeku kaku,tidak membalas pelukan sang dewi sampai 10 menit baru ia membalas pelukannya.

“Akhirnya ibu bisa menemui mu nak,ibu sudah menunggu waktu ini begitu lama”

Mata si dewi perang memancarkan kebahagian,kelegaan,matanya sedikit berkaca ketika menatap mata emas samar di mata putrinya.

“Kamu tumbuh menjadi wanita cantik dan dewasa,anakku”

“Berkat lelaki itu”

Sang dewi tersenyum pahit mendengar nada itu,ia mengusap sebelah wajah asael dewasa dengan begitu penuh perhatian dan kehati-hatian.

“Apakah ada sesuatu yang perlu di katakan,sehingga ibu menemui ku langsung?”

“Apakah ibu harus memiliki alasan untuk menemui mu?”

AsaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang