Dia sudah tahu akan seperti ini akhirnya. Bahkan di saat kepala yang berdenyut keras itu coba ditenangkan, dia tetap tak bisa berhenti mengingat. Usahanya memang sangat keras, memaksa diri untuk bangun dengan segala rasa sakit yang meradang. Dia merasa tak sanggup duduk dalam waktu lama. Hanya selang lima detik punggungnya lurus, dia kembali merehatkan kepala pada punggung sofa yang empuk.
Banyak keinginan untuk mencari tahu keadaan sekitar. Dia ingin tahu apakah hal terakhir yang ia coba lakukan sebelum dia pingsan itu berhasil atau tidak. Telinganya mencoba menerka, mengenali ruangan dengan gema suara yang terdengar. Tempat itu bukan apartemen Choi Bomin. Jawaban selain itu akan membuatnya lega.
"Yerim? Kau tidak apa-apa?"
Suara itu sangat familiar di telinganya. Dia merasa lega, dia berhasil sampai pada tujuannya.
Yerim membuka sedikit matanya untuk memastikan bahwa telinganya tak salah. Sebuah kaleng menjadi hal pertama yang ia lihat. Di balik benda itu, wajah tampan namun berekpresi khawatir menyambutnya.
Tidak tahu apakah itu karena pengaruh alkohol atau tindakan impulsif darinya sendiri, Yerim mengabaikan kaleng yang disodorkan dan balik memeluk pemuda itu. Nyaman sekali, dia bisa meletakkan kepalanya yang begitu pening pada tempat yang sangat selesa.
"Kau kenapa?"
Pertanyaan diulang lagi, pemuda itu balik mengelus pelan punggungnya.
"Di sini nyaman,"
"Apartemen?"
"Pelukanmu."
Pipi mengembang tidak bisa dikendalikan, senyuman merekah bersamaan dengan telinga yang memerah. "Aduh, aku malu kalau kau bicara begitu."
Yerim malah merengkuh tubuh Kai lebih erat.
"Yerim ... kau masih mabuk, ya? Minum dulu ini agar kepalamu tidak sakit."
Yerim tidak bergerak dan malah semakin nyaman, Kai tidak berani melakukan apa-apa.
"Kau tidak sedang mencari kesempatan, kan?"
Jake mendekat dengan makanan pesanan yang dia letakkan di meja. Dengan segera Kai meminta pertolongan.
"Nikmati saja. Kapan lagi kau dipeluk Yerim."
"Aduh ... aku bukan orang yang seperti itu." Dengan terpaksa, Kai menggunakan sedikit kekuatan untuk melepaskan pelukan Yerim. "Kau saja yang memeluknya."
"Oh, tentu saja aku mau! Minggir kau!"
"Kalian ini sedang apa?" Jay bergabung dengan aura negatif, Jake dan Kai otomatis menciut. Pemuda itu kemudian merebut minuman kaleng yang disodorkan Kai. Dia membantu Yerim untuk duduk dan meneguk isi kaleng sampai habis. Tanpa banyak bicara, gadis itu kembali dia baringkan ke sofa. Setelahnya, dia membuang kaleng kosong itu ke tempat sampah. Sangat garang, setiap dia bertukar pandangan dengan kedua kawannya, dia terlihat seperti seekor singa.
"Posesif," komentar Jake pelan-pelan.
"Kau memang keterlaluan Jake."
"Aku tidak mencuri kesempatan seperti kau, ya? Yerim yang memelukku lebih dulu."
"Aku juga! Kau pikir aku yang lebih dulu mencium?"
Heeseung bergabung di sofa tunggal sebelah Yerim yang berbaring, namun dia tidak bicara apapun. Sunghoon juga ikut dan mereka semua berkumpul di sana.
"Kita akan makan di sini?" tegur Sunghoon. "Kenapa tidak di dalam saja?"
"Mungkin aroma makanan akan cepat membuatnya sadar," balas Jay dengan santai, tanpa rasa bersalah justru menyesap bir kaleng. "Dia sangat payah bahkan pada minuman kaleng. Entah apa yang dia lakukan sampai dia berakhir seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-
Fanfiction🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 HOTTER, BADDER, BRAVER Kim Yerim bersama kawan-kawan barunya memutuskan untuk membalas dendam pada orang-orang jahat di masa lalu. Namun, akankah semua berjalan sesuai rencana? .Kim Yerim (OC) .Lee Heeseung (ENHY...