1 | The Scent

21.2K 616 7
                                    

S A T U

❄❄❄

Rumput hijau dengan sedikit percikan embun menyapa gadis berambut sebahu dengan warna hitam pekat. Pagi ini, langit masih belum sepenuhnya bercahaya. Matahari masih sedikit bersembunyi di balik awan dan menyemburkan jingga kebiruan. Langkah gadis manis itu santai dan ringan menghampiri ruang kelas yang berada di lantai dua.
Ini hari ketiga puluh ia belajar di SMA Rajawali.

"Selamat pagi, cantik banget lo hari ini, duduk deh sini." Ucap Vanny seraya menepuk kursi yang kosong di sampingnya. Senyum gadis berponi itu mencurigakan.

Omong-omong soal Vanny. Vanny Aulia dia teman duduk Tassia dari Masa Orientasi Siswa atau mos. Dia teman pertama yang Tassia kenal.

"Gue tau nih pasti ada maunya deh." Kata Tassia sembari duduk dan meletakan tas di atas meja. Tatapan Tassia menyudutkan Vanny seraya berkata, "kenapa?"

"Gue belom ngerjain tugas Pak Firman. Gue yakin lo udah." Vanny memasang puppy eyes-nya. Tassia mendesis kecil sembari mengeluarkan buku tugas kimia yang menjadi pelajaran pagi ini. sudah Tassia duga memang temannya yang satu ini tidak mengerjakan tugas.

"Terimakasih, Tassia." Senyum Vanny manis dan karena rengekannya tadi terwujud.

Kegiatan yang paling sering Tassia lakukan di pagi hari ialah, mendengarkan lantunan musik menggunakan aerphone dan sesekali berkomat kamit sendiri mengikuti lantunan musik favoritnya.

Lagu di ponselnya terhenti sejenak karena ada notifikasi chat masuk dari grup OSIS yang telah dia ikuti selama seminggu lalu. Alis kirinya terangkat setelah membaca isi pesan grup OSIS tadi.

Ternyata hanya pengumuman tentang rapat nanti.

Keajaiban dunia, sudah setengah jam berlalu setelah tanda bel masuk berbunyi seantero sekolah namun Pak Firman tidak datang kekelas. Entah mengapa Tassia merasakan seperti matanya berat dan ingin menutup lalu tidur dengan kepala yang ditaruh di atas meja. Tapi, keinginan Tassia tadi diurung lagi karena Pak Firman datang dengan buku cetak kimia yang tebal dan laptop yang memenuh kedua tanganya.

Suasana kelas yang tadi panas, heboh dan berisik sekarang berganti menjadi sunyi hening dan krik ketika Pak Firman memasuki kelas dengan santai. Semua murid mulai membaca doa dan setelah itu langsung mengeluarkan buku mata pelajaran dari pada terkena omelan Pak Firman. Sama saja bunuh diri.

Tok! Ketukan pintu terdengar membuat murid termasuk Pak Firman melirik ke arah daun pintu kelas. Lelaki dengan rambut spike itu masuk seperti biasa dengan wajah ngantuk yang masih terlihat jelas. Sepertinya lelaki itu habis bergadang semalaman.

Fachri Abraha namanya. Dengan dua kancing seragam paling atas terbuka sehingga terlihat sedikit kaus hitam, celana abu-abunya menyempit. Gaya Fachri slengean membuat Pak Firman tidak habis pikir, ada anggota OSIS seperti Fachri.

"Abis dari mana aja kamu, Fachri?" Tanya Pak Firman geleng geleng memperhatikan tampilan anak IPA yang satu ini.

Fachri mengusap-ngusap wajahnya yang masih ada keinginan untuk tidur. "Pak, saya masih ngantuk banget. Wawancaranya nanti aja ya?" tawarnya.

Pak Firman hanya mengangguk dan menghempaskan napasnya. Tidak ingin mengambil pusing lagi melihat kalakuan anak didiknya yang seperti itu. Setelah itu, Fachri meraih tangan Pak Firman dengan sopan dan bersalaman lalu duduk di posisi yang berada di bagian paling belakang.

Coldest Senior✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang