DUA PULUH SEMBILAN
❄❄❄Hari pertama berlibur, pikir Tassia hari ini adalah hari yang sangat cocok untuk Quality Time bersama Lio. Mungkin Dunia Fantasi bisa sebagai destinasi awalnya mengisi liburan di tahun ini. Oke, pertama kita bangunkan dulu si kebo nungging atau julukan Lio di rumah Omahnya. Lelaki yang satu ini susahnya minta ampun kalau di bangunkan. Kalau kata maminya Lio, Lio itu kalau tidur seperti orang mati. Lama banget.
Btw, jarak rumah Omahnya Lio sangat dekat dengan rumah Tassia, satu komplek juga dengan Nico dan tetanggan sama Tassia. Rumah bercat kuning terang yang paling mencoloklah menjadi rumah yang paling mudah di cari, yaitu rumah Omah Diah.
"Pak, Omah ada di dalam?" Tanya Tassia kepada penjaga rumah yang memang sudah di kenal lama oleh keluarga Tassia.
"Ada cha, perlu bapak antarkan?" Tawar bapak kumis yang memang sudah menjadi julukannya karena kumis yang berjengger antara hidung dan bibirnya itu memang lebat. Tassia menggeleng, menolak tawaran pak kumis. "Oh baik kalau begitu, paling jam segini Omah lagi bikin sarapan."
"Oke, terimakasih pak kumis," langkah Tassia seringan kapas yang di tiup angin pagi. Sesampainya di dalam rumah Omah, betul saja apa yang di bilang pak kumis, Omah sedang sibuk membuat sarapan untuk cucu kesayangannya.
"Selamat pagi, Omah." Omah Diah menoleh dan langsung menghampiri Tassia dengan senang tidak segan segan pipi Tassia langsung di cium. Memang seperti ini Omah kalau Tassia mengunjungi rumahnya walaupun hanya sebatas tembok saja. "Omah lagi bikin apa nih?"
"Pagi juga cha, ini sarapan buat Lio." Senyum Omah terlihat sangat tulus membuat sarapan untuk Cucu tersayanganya. "Kamu sudah sarapan?"
"Udah, tadi ibu bikin nasi goreng kari." Jawab Tassia dan melihat ke arah kamar Lio, "Omah, Tassia bantuin ya?"
"Nggak usah, kamu bangunkan Lio aja sana, Omah juga udah sangat berterimakasih," suruh Omah yang memang niat utama Tassia ke sini adalah bernyanyi rock di kamar Lio. Haha, bukan. Intinya ingin membangunkan singa di atas.
"Siap Omah," Tassia menaruh tangannya di kening berlaga seperti hormat dan siap meluncur menuju kamar Lio.
❄❄❄
Wajah tidur Lio mungkin masih saja di idam idamkan banyak wanita, tapi tidak berlaku untuk Tassia. Di mana Lio tidur seperti singa yang kalau di bangunkan akan mengamuk sejadi jadinya. Siap siap merasakan pukulan reflek dari Lio kalau begini sih.
Tassia mengambil Nafas yang banyak dan menghembuskan dengan pelan sambil mencari benda benda yang berukuran seperti tongkat. Ya, sapu!
"Lio bangun!!" Bentak Tassia, sambil memukul mukul tubuh lio menggunakan tongkat sapu tadi, "Li--"
Ptaak...
Mata Tassia membelalak melihat tongkat sapu yang telah menjadi dua. Gila nih anak, untung bukan tangan gue yang nyentuh dia. Pikir Tassia terlalu ngeri kalau di bayangkan lama lama. Dan sekarang harus pakai apa? Tongkat sapu telah patah menjadi dua. Mau tidak mau Tassia harus membangunkan Lio sendiri.
Oke, kalau ini bakal jadi hari terakhir tangan Tassia utuh, Tassia hanya minta. Cepet cepet tangannya kembali lagi. Ini salah satu kegiatan paling ekstrem, membangunkan Lio.
"Lio bangun dong, Omah udah nyiapin sarapan," Tassia menyentuh tubuh Lio dengan hati hati takut bernasib sama dengan tongkat sapu tadi. Lio mengerang membuat Tassia cepat cepat menarik tangannya menjauh dari tubuh Lio. Tapi Lio tetap tidak bangun juga.
Tassia mendengus pasrah, kalau sampe tangan gue kenapa kenapa, liat aja si Lio bakal gue tenggelemin di kolam renangnya. Mengingat Lio yang dulu selalu tenggelam kalau berenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Teen Fiction[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...