ENAM BELAS
❄❄❄Lantunan musik what do you mean milik Justin Bieber menggema menyusuri setiap sudut ruangan aula yang terbilang cukup besar untuk kalangan sekolah. Tassia bernyanyi beda lagu dengan menggunakan aerphone miliknya yang terpasang dengan ponselnya. membuat sebagian anggota OSIS yang sedang mempersiapkan hari guru untuk besokpun melirik kearahnya aneh, sesekali terkekeh melihat sedikit gerakan dari tubuh gadis itu.
Mungkin hari ini Tassia sedang berbunga bunga. Karena hari ini Nico --cowo yang di suka ingin berbicara dengannya. Berdua! Tapi aneh, kemungkinan besar, Nico tidak akan menembak perasaan karena Nico masih punya Maya.
Tassia masih bernyanyi sesuai lantunan musik yang dia dengar melalui Aerphone-nya sesekali menganggukan kepala mengikuti hentakan musik. Posisinya sekarang sedang duduk di sisi panggung sambil memainkan ponselnya. Tassia tidak ada kerjaan hari ini, karena dia bertugas sebagai MC. Jadi tugas dia di mulai dari besok bersama Nico.
"hai?"
Gadis itu masih asik mendengarkan lagu milik yellow claw yang masuk kedalam indra pendengarannya tanpa menoleh sedikitpun ke arah samping.
Tangan jahil Fachri mencabut sambungan aerphone dan langsung di balas tatapan horor dari Tassia. "kenapa sih?"
"makan siangnya udah gue beliin," ucap Fachri manis sambil menatapnya dengan tatapan datar. Tapi tetap saja tidak mencoret namanya sebagai ketua geng basis belakang.
Tassia langsung memasang raut wajah kaget dan senang, "aaa.. Baik pisan. Tapi maaf, gue udah makan. Coba lo tawarin ke Hani tuh."
pandangan Fachri mengikuti jari telunjuk Tassia yang mengarah ke Hani yang sedang sibuk menyiapkan alat alat untuk besok. Lalu kembali lagi menatap mata Tassia yang teduh.
"kan gue beliinnya buat lo--,"
"dari pada kebuang? Liat tuh Hani kayak paus terdampar," potong Tassia.
"oh, yaudah. Gue bawa lagi ya,"
Tassia hanya mengacungkan jempolnya dan kembali lagi asik dengan ponsel pintarnya. Tapi kali ini dia tidak menggunakan aerphone takut ada panggilan dari ketua osis nanti kalau tidak terdengar malah diomelin habis habisan.
"Tassia?"
"Fachri, gue gak laper. Kasih Hani tuh," Tassia masih asik melihat lihat akun sosial medianya. Tanpa menoleh sedikitpun.
"nanti pulang dari sini, saya tunggu di taman komplek ya," ucap Nico santai.
"yaampun, Ri. Kalau mau ngomong ya dis--" sahut Tassia terpotong karena ingatannya tentang taman komplek. Dan dia yakin di sebelahnya bukan jelaman setan Fachri.
Taman komplek?
Saya? Fachrikan ngomongnya gue-elo
"saya, mau ngomong berdua dengan kamu. Besok saya tunggu di taman komplek,"
Pikiran tassia terus mengingat tentang taman komplek dan berakhir dengan ajakan Nico kemarin sehabis rapat. Suasana dingin langsung menusuk tulang Tassia, atmosfer di ruang aula ini tambah dingin.
Mampus, ini ka Nico bukan Fachri batinnya ngedumel. Andai gue bisa menghilang.
Tassia diam, menghela nafas tipis lalu mencoba berani untuk menoleh ke sumber suara tadi.
"oh nanti ya, a-a-bis selesai ini kan?" benar saja Tassia gugup sehingga terbatah batah.
Nico mengangguk lalu langsung pergi. Tassia hanya bisa memandangi punggungnya yang lama lama menghilang. Mungkin Nico keluar dari aula hanya untuk menghirup udara tidak berAc di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Teen Fiction[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...