5.1 | Tassia Devicaly (1)

8.7K 335 2
                                    

L I M A . S A T U
❄❄❄

Pagi ini memang terlihat sedikit cerah. Cahaya matahari jatuh kedasar bumi. Menyentuh permukaan tanah membuat embun cantik. Aku taruh tas punggungku di tempat seperti biasanya. Samping jendela kelas. Memang tempat duduku disana.

Masih sedikit yang datang kekelas. Bisa dihitung oleh jari. Kali ini Fachri, datang lebih awal dan tidur dikelas. Wajah tidurnya terlihat lebih menarik. Stop, Ngapain aku melihat ke arah dia? Jelas jelas kelakuannya menginstruksikanku untuk menjauh.

Satu persatu, ataupun dengan grombolannya murid dapat mengisi kelas. Aku pergi keluar kelas hanya untuk melihat wajah wajah pagi. Satu nama yang ada dipikiranku saat melihat gerbang sekolah.

Nico Devano.

Sampai jam 6.35 dia belum menampakan wajahnya masuk kedalam lingkungan sekolah. Karna guru yang masih berada dikantor. Dan aku masih tetap ingin menunggu kedatangannya.

Akhirnya yang di tunggu datang. Walaupun sudah lewat 10menit. Tapi kali ini dia beruntung. Karna bukan pak Mulyo yang menjaga gerbang hari ini. Nico bisa masuk dengan leluasa. Tas yang tersampir di bahu. Rambut yang tertata rapih. Dan dia tidak menyadari pesonanya sudah membutakan mata ini.


Tadinya tidak ada niatan untuk sekedar mengnge-chat nya tapi tanganku meraih ponsel lalu mengetik pesan.

Tassia : baru dateng ka?

Dari atas sini aku melihat Nico mengambil ponselnya dari kantong celana. Nico sedang membuka pesan dariku.

Nico : iya

Tassia : macet ya ka?

Nico : nggak

Tassia : udah sarapan?

Sebentar, Kok aku jadi agresif begini? Aku tidak menyadari jariku mengetik diluar dugaan. Aku langsung me-lock screen ponselku dan ku taruh lagi di saku. Aku harap dia tidak berfikiran yang aneh aneh. Jantungku terasa beritme lebih cepat, ah kelakuanku sendiri.

Bel pelajaran sudah berbunyi keras mengenai seantero sekolah. Aku masuk kekelas dan menemui suasana yang sama seperti biasanya.

Diatambah guru matematika, pak mulyo. Galaknya minta ampun. Suka bercanda sih, tapi garing. Mau tidak mau kita menjadi penonton bayaran yang tertawa pada saat cerita garing pak mulyo.

"Han, anterin gue ke toilet." Teriaku sedikit dengan wajah mengarah ke Hani. Hani mengangguk mengerti dari sebrang sana lalu dia berdiri untuk meminta izin.

"Pak saya ke toilet ya sama tassia."

"MAU GUE ANTERIN GAK?" Darren berteriak dari tempat duduk belakang. Dia anak buah fachri, basis belakang.

"JANGAN! TASSIA UDAH PUNYA FACHRI."

"CIE FACHRI!"

"BRISIK!" Omel pak mulyo kesal, karena kelas seketika menjadi ramai hanya gara gara aku ingin ke toilet saja. Ayolah pak cepat izinin saya sudah kebelet.

Akhirnya pak mulyo mengangguk mengizinkan kami. Aku langsung berlari menuju toilet wanita.

"Tungguin gue disini." Ucapku sedikit menahannya.

Coldest Senior✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang