13.1 | Nico Devano (3)

5.7K 222 3
                                    

TIGA BELAS . SATU
❄❄❄

Setelah kejadian tadi yang tiba tiba Maya datang dan langsung menarik rambut Tassia yang terurai sampai ke bawah, aku langsung menarik tangan Maya untuk melepaskan dan membawanya ke luar rumah Kemal.

Disinilah aku mulai meluapkan kekesalanku dengan Maya dan bukan hanya aku saja yang kesal, namun Maya juga beradu argumen dengan ku.

"Kamu ngapain coba sok sok baik sama perusak kayak Tassia?" Warna merah padam memenuhi wajah Maya, "dia tuh suka sama kamu!"

"Nggak usah nyakitin dia kayak begitu, dia udah tersiksa ngeliat kita pacaran. Jangan bikin dia tambah sakit," jawabku polos dan meraih tangannya.

"Kamu ngebelain dia? Sadar, kamu tuh pacar aku bukan pacar dia!"

Di sela sela keributan antara aku dan Maya, Alfi keluar dan di ekori oleh Tassia. Sejenak Tassia menatapku dan juga Maya. Aku tahu apa yang di rasa dia ketika matanya bertemu dengan bola mata Maya yang sinis. Mungkin ada rasa bersalah. Lalu tatapan itu berpindah ke arahku, aku menatapnya dingin.

Maaf Tassia, saya gak bermaksud buat kamu tersiksa kayak gini. Ucapku dalam hati. Tentu saja Tassia tidak bisa mendengar kecuali dia punya indra ke enam.

"Tuh, liat kan! Dia tuh ke gatelan. Emang nyantol sama siapa aja, dan kamu masih mau belain dia?!" Omel Maya lagi.

Ya, sebenarnya aku tahu kalau Maya teramat sayang denganku. Buktinya dia rela nangis nangis hanya karena postingan sosial media milik Tassia yang bermaksud untuk ku. Setiap hari bawakan aku bekal karna dia tahu aku tidak akan pernah kekantin kecuali ada urusan. Btw, tapi itu semua tidak bisa membuatku nyaman. Aku tidak bisa jatuh cinta dengan Maya.

"Maaf May, hubungan kita cuman sebatas status." Pernyataanku begitu bodoh di depannya dan langsung saja Maya menangis tidak percaya.

Maya langsung meneteskan airmata yang sekarang melewati pipinya. "Maksud kamu apa?"

"Gue gak pernah ada perasaan sama lo,"

Terulang lagi sifat Monsterku yang suka menyakiti hati perempuan. Kalau aku punya permintaan, aku akan menghilangkan sifat monsterku ini. Aku tahu setiap cewe yang mendekatiku selalu merasa sakit, tapi kenapa cewe cewe itu selalu mendekat? Padahal resikonya mempertaruhkan hati mereka.

"Kamu mau kita udahan?" Maya masih nangis sek sekan.

Monster macam apa aku ini? Putus karena hal yang tidak jelas sama sekali.

"Belum saatnya,"

Aku mengambil nafas dan menghembuskannya lega, mungkin memang belum saatnya aku berubah jadi monster jahat seperti apa yang mereka pikirkan. Bahwa aku tidak punya hati, itu salah besar.

"Kak, gue harus ngapain?" Suara itu berasal dari panggung kecil yang berada di pesta Kemal saat ini. Membuat aku dan Maya, mungkin juga penonton lain menoleh ke arahnya. Gadis kecil yang tadi terjatuh nyatanya sudah berdiri walaupun belum tegap, membuatku tersenyum tipis.

Sepertinya Tassia akan membawakan sebuah lagu.

Dalam hitungan beberapa detik, Tassia sudah mengeluarkan suaranya. Tidak terlalu buruk dan enak di dengar. Di susul dengan petikan gitar dari jemari Alfi yang duduk serong di belakangnya.

Coldest Senior✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang