DUA PULUH
❄❄❄Engkau Patriot pahlawan bangsa...
Tanpa tanda ja.. Saa..Selesai menyanyikan lagu dari semua murid diikuti oleh guru. Hari ini bertepatan oleh perayaan hari ulang tahun guru seindonesia, dan SMA Rajawali juga ikut merayakannya.
Ada yang berbeda hari ini, sosok dingin dengan rahang yang kokoh dan mata yang selalu menatap dingin tidak muncul dari mulainya upacara sampai penutupan acara. Apa Nico sengaja menghindar untuk bertugas dengan Tassia? Jadi, yang menggantikan dia bertugas kali ini adalah Rifqi -ketua osis mereka. Dalam pemikiran Tassia sangat berbeda. Di satu sisi dia cukup tenang karena tidak melihat sosok monster dingin itu yang baru saja menimbulkan sembab di matanya dan disisi lain, dia sangat khawatir akan ke adaan Nico.
Semua anggota osis yang telah selesai bertugas beristirahat diruangan. Semuanya terlihat lelah dan bercucuran keringat karena acara yang sebagian diadakan di lapangan dan sebagian lagi di dalam aula dengan jumlah murid yang terbilang sangat banyak.
"huaaah gerah," Fachri mengipas ngipaskan kertas ke arah wajahnya.
"lo manusia apaan sih? Udah ada pendingin ruangan masih aja gerah?" langkah Hani mendekati kursi yang kosong. Matanya menatap Tassia sebentar lalu kembali lagi tidak perduli. "gak usah ngeliatin gue begitu,"
Tassia langsung membalikan tubuhnya memunggungi Hani. Aneh, ada yang aneh dengan Hani. Kenapa dia tiba tiba berubah begitu? Jadi dingin? Oh please, Hani bukan keturunan Nico yang dingin.
"Terimakasih atas kerja keras kalian Hari ini dan pada acara ini. Terimakasih banyak atas kerja samanya. Sukses terus!" Rifqi sebagai ketua osis memberikan ucapan terimakasih lalu kembali lagi menyibuki diri.
Hening, hanya ada suara kertas yang di gibas gibaskan. Mungkin suhu ruangan disini tidak mendukung keringat kita.
Tassia menghela nafas, dan terus memikirkan sosok dingin yang sama sekali tidak muncul. Kira kira kemana dia? Ah, tapi ngapain juga Tassia mencari cowo itu. Lagian dia juga sudah menyuruh Tassia untuk melangkah mundur melalui kejadian semalam.
"Dorrr!!" siapa lagi yang iseng di sini kalau bukan Fachri. Fachri mengagetkan Tassia yang terus berputar pikiran tentang keberadaan Nico. Tassia khawatir.
Tubuh Tassia bereaksi terkejut lalu lanjut menatap dengan pandangan tajam ke arah Fachri. "apaan sih lo."
"ehm, orang jahat kemana?" pandangan mata Fachri beredar ke sekeliling ruangan setelah duduk di kursi depan Tassia. "sori. maksud gue, anu anu siapa sih namanya?"
Melihat Fachri yang menggaruk kepalanya kebingungan Tassia memberi pernyataan. "ka Nico maksudnya?"
"Nah iya Nico!" semua orang yang ada di ruangan langsung menoleh ke arah sumber suara dengan wajah bingung. Tassia langsung melotot ke arah Fachri "ya ampun, salah apa lagi gue."
"banyak!" Tassia langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar ruangan. Karena ketua osis sudah membolehkan pulang, jadi lebih baik Tassia pulang ke rumah dari pada bertemu terus terusan dengan rivalnya ini.
"sialan malah ngambek," mengusap diri sendiri dan matanya terpaku melihat wajah Hani yang terlihat cukup kesal. "eh kenapa lo? Mau ngambek juga kayak Tassia?"
Hani langsung mengalihkan pandangannya. Lalu, tidak menunggu lama Hani juga keluar ruangan.
"dua orang aja yang ngambek sama gue. Cowo ganteng banyak banget di ambekinnya," dengan pedenya Fachri berucap dan malah membangkitkan gelak tawa orang yang mendengar di dalam ruangan ini. "senior senior ku, gue balik duluan ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Fiksi Remaja[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...