22 | Holiday

4.3K 179 1
                                    

DUA PULUH DUA
❄❄❄

Liburan semester sudah tiba, mungkin ini saatnya untuk meluruskan otak dari pelajaran yang menyebalkan. Melupakan semua omelan guru. Bersandar di kursi idaman didampingi oleh angin pagi, ini bangun pagi yang menyenangkan. Dimana masih bisa berlehaleha.

"NICO?!" suara teriakan yang mencurigakan. Sepertinya Nico mengenal suara ini. "NICO MAIN YUK, AKU PUNYA BERBI BARU NIH, HAHA."

tidak, bukan hanya satu orang yang menunggu di gerbang sana, Nico rasa ada dua. Tapi.. yasudah kita lihat saja dan membuka gerbang itu. Pikir Nico berjalan menuju gerbang hitam tinggi membuka dibagian pintu kecil dan melihat dua orang cowo berpakaian biasa dan tentu saja Nico mengenali dua duanya. Tapi dalam pikiran Nico, kenapa cowo yang di samping Alfi juga datang kesini? Bukankah itu Fachri?

"Najis, belom mandi!" Ledek Alfi dengan tangannya yang menutup hidung. Alfi menyerobot masuk kedalam seperti biasanya masih dengan tangan yang menutupi hidung.

"Segitu baunya ya gua?" Tanya Nico sinis disambut dengan cengiran Alfi yang memang sepertinya tadi terlihat bercanda. Nico devano mana pernah bau? Dia selalu menyediakan berbagai macam parfum di kamarnya. Parfum beraroma Acqua menjadi favoritnya. Sampai sampai kalau tinggal setengah pasti selalu di minta dengan Alfi. Memang, temannya yang satu ini tidak tahu diri.

Fachri berdehem, membuat Nico dan Alfi yang hampir melupakan keberadaan Fachri, menengok. "Gue boleh ikut masuk kakak kakak senior?"

"Ah," Alfi menepuk jidatnya sendiri. "Gue lupa kalau ada lo. Sini sini masuk, anggap aja rumah sendiri."

"Yang punya rumah sebenernya siapa sih?" Tanya Fachri melemparkan tatapan satu per satu. Nico malah mengidikan kedua bahunya bersika tidak perduli dan langsung masuk ke dalam rumah yang terlihat sangat besar dipandangan Fachri.

"Maklumin aja, Ri. Orang gagu gak bisa ngomong." Alfi merangkul bahu Fachri mengajak untuk masuk kedalam rumah Nico.

Dalam hati Fachri, ngapain gue dateng kesini kalau bukan mau nonjokin cowo brengsek kayak Nico. Niat Fachri memang jahat, seperti ingin balas dendam karena tempo hari dia melihat sendiri gimana monster es itu bisa meremukan hati seorang perempuan yang benar benar jungkir balik untuk mendapatkan dia. Fachri menghela nafas dan mengikuti langkah Alfi.

Fachri duduk di sofa bernuansa hitam tepat beberapa meter di depan televisi besar seperti berasa di dalam ruang teater milik sendiri. Alfi duduk tidak jauh dari tempat Fachri, gaya duduk Alfi terbilang tidak sopan dan sembarangan dengan batang rokok yang selalu mengisi di sela jari telunjuk dan tengahnya. Sedangkan tuan rumah sendiri sibuk menyiapkan suguhan untuk tamu kurang ajar seperti Alfi. Tapi tidak apa juga, Alfi juga sering main kesini dan di dalam rumah ini hanya ada Nico yang tinggal.

"Gue mau kopi, koh." Nico menatap datar Alfi yang emang dasarnya tidak tahu diri. Sudah dibuatkan sirup malah minta yang lain.

"Bikin sendiri ah, gue males!" Pekik Nico seraya mengambil remot televisi dan mencari tayangan kesukaannya. Alfi langsung berdiri dan melangkah menuju dapur. "Kopinya ada di rak atas deket kompor."

"Koh, ada kue nih. Buat gue ya,"

"Monyet, kelaperan!" Bentak Nico tetap tidak peduli. Disisi lain Fachri sedikit ketawa melihat perang antar sahabat seperti ini. Dan mendengar secara langsung suara Nico dengan dekat. Jelas saja, di sekolah Nico hanya ngomong seperlunya tanpa dengan embel embel 'monyet' seperti tadi.

Tinggal Nico dan Fachri di ruang tamu. Alfi? Alfi sedang sibuk menggeratak isi dapur Nico yang seperti gudang makanan. Iya itu, stock makanan Nico dalam sebulan yang setiap bulan dikirim orang tuanya. Hanya suara televisi yang mengisi ruangan dengan ukuran terbilang luas ini. Televisi yang tertanam di tembok terlihat lebih datar dari sebelumnya.

Coldest Senior✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang