LIMA PULUH SATU . SATU
❄❄❄Lembaran putih dengan baris kalimat rapih dan perkata resmi. Matanya terus berjalan dari kiri ke kanan dengan serius. Dua sudut bibirnya kemudian terangkat lega. Ini yang sangat ia tunggu. Nico menunggu kertas perusaahaan ini yang membuat ia bahagia. Entah, hanya selembar kertas ini yang paling membuat senyum Nico tumbuh lagi dari lembaran kertas keja yang lain. Berkas ini resmi, tapi Nico anggap ini seperti kertas kebahagiaan.
Ketika pertama kali membaca, kalikat dengan huruf kapital besar berada di luar map cokelat.
INVITE THE COOPERATION OF GROUND TRANSPORTATION
cowok dengan berpakaian rapih itu tak henti hentinya menyebarkan seulas senyum bahagia. Ia ingin sekali ke Jakarta sekarang. Rasanya ada yang harus ia perbaiki di sana termasuk hati gadis itu. Walaupun jarak dari tempat rapat dengan alamat yang ingin ia kunjungi jaraknya jauh, tapi Nico rela kalau demi gadis itu.
Memang mereka sudah tidak ada hubungan lagi, tapi apa salahnya kalau masih menyimpan rasa? Apa salahnya saling menyayangi kembali?
❄❄❄
Gadis itu tengkurap di atas kasurnya. Jemarinya sibuk mengetik sesuatu untuk ia tonton hari ini. Matanya terus menjelajahi layar laptopnya serius, mencari hal hal terbaru hari ini.
Untuk menghilangkan kebosanannya, Tassia hanya bisa seperti ini. Menghabiskan waktu di kamar, bermain laptop, dan akhirnya memang tidak ada kerjaan. Ayahnya kembali lagi bekerja hari ini pulangnya sebulan dari sekarang. Padahal Tassia hanya berharap agar ayahnya dapat bekerja di Jakarta sehingga bisa bertemu dirinya setiap hari. Tapi itu pilihan ayahnya, mungkin memang yang terbaik untuk keluarga.
"Cha, ada Lio di bawah tuh nyariin kamu." teriak suara lembut dari wanita paruh baya yang paling Tassia sayang.
Tubuh Tassia mengejang seketika. Ia langsung bangun dari posisinya, matanya hampir melotot tidak percaya, kedatangan Lio memang tiba tiba. Padahal sebelumnya Lio mengirimkan pesan kalau liburan tahun ini ia ingin berlibur di luar negeri.
"Jinjja?" balas Tassia, reflek. Karena dirinya baru saja menonton drama korea.
Di luar pintu sana, Sovie hanya menggeleng tidak mengerti. "Itu Lio udah di bawah nungguin kamu."
Tassia langsung berlari keluar dari kamar. Mengampiri cowok yang sudah lama ia kenal itu. Sovie hanya bisa menghela nafasnya melihat kelakuan anak gadisnya sendiri.
"Hati hati turun tangganya!" teriak Sovie melihat anak gadisnya berlari ceoat untuk menuruni tangga.
"Iyaaaa."
Gadis itu berdiri di dekat Lio yang sedang menikmati segelas sirup yang sudah di suguhi Sovie sejak tadi.
"Sumpah ya, lo bilangnya mau keluar negeri, kenapa lo kesini?!"
"Oh jadi lo nggak suka gue ke Jakarta, jahat."
Tassia berkaca pinggang. "Abisnya lo sendiri bohongin gue."
"Semarah itukah di bohongin sama gue?" Lio mengacak acak pucuk kepala Tassia. "Gimana kabar sahabat gue yang satu ini? Masih mengejar cintanya yang tidak terbalas?"
"Gini lho, kalau lo mau ngeledekin gue mendingan kembali ke rumah omah lo aja sana."
"Ngusir?" bibir Lio mengerucut sedikit, wajahnya benar benar tengil. "Gue udah ganti cewe dua kali, lo masih ngejomblo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Fiksi Remaja[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...