EMPAT BELAS
❄❄❄Rinai hujan di awal pagi, senin. Membuat sebagian kain rok putih milik Tassia basa. Hanya bermodalkan payung yang hanya bisa melindungi kepalanya dari setiap tetesan air hujan. Ah pagi yang membuat Tassia teringat akan kejadian tempo hari, pulang bersama Nico 'si pemilik hati Maya'. Tassia melipat payungnya dengan rapih kembali lalu beranjak dari koridor menuju kelas yang masih terbilang sepi. Mungkin, pagi hari ini dengan cuaca yang dingin membuat sebagian murid betah dengan kasur empuknya dan segelas coklat panas.
Tassia menyelusuri koridor, melihat lihat ke kelas senior setelah tasnya tadi sudah tergeletak di atas meja tempatnya tadi. Ini adalah petualangan paling menegangkan, dimana kita mengelilingi kelas kelas singgahan kakak kelas di pagi hari apa lagi sekarang cuacanya seperti di film horor belum lagi di tambah kilat yang cepat hanya memancarkan cahayanya.
Langkahnya ringan seperti kapas yang terkena angin. Seperti kelas kelas lainnya, hanya ada beberapa murid yang sudah ada di kelas. Tassia menghentikan langkahnya ketika melihat cowo berbadan tegap dengan rahangnya terlihat kokoh di pandang dari samping sedang asik dengan aerphone yang menyantol di kedua telinganya. Siapa lagi kalau bukan Nico.
Jendela jadi pelampiasan pandangan Tassia. Benar benar berkah pagi hari, melihat seperti ini gratis seperti mendapat pahala yang banyak.
Hati Tassia tenang memandangi lelaki itu, satu dalam pikirannya yang lewat.
Ka Nico dateng pagi? Pagi banget? Emang itu bener dia?
Tassia mengedipkan matanya berkali kali dan kembali lagi melihat ke arah Nico, ternyata usahanya tadi tidak merubah apa apa, lelaki dengan earphone di sana masih sama dalam posisinya yang duduk membungkuk melihat ke arah ponselnya. Berharap kalau dia yang lagi duduk bukan hantu di film film horor yang sering Tassia tonton.
Tassia menghembuskan napas lega.
Tiba tiba ada sesuatu di kepalanya yang tertarik, Tassia yakin sesuatu itu adalah rambutnya yang terikat buntut kuda. Memberanikan diri menoleh kebelakang dengan mengerang kesakitan. Dahi Tassia mengernyit bingung, sejak kapan Maya berada di belakangnya memperhatikan Tassia?
"aw, sakit," ringis Tassia berusaha mempertahankan rambutnya yang hampir ingin rontok semua. Tidak, itu terlalu lebay kalau rontok semua. Sedangkan Maya masih terus menarik rambut Tassia sampai kepala Tassia terasa berdenyut kencang. "aw, kak kak berhenti kak sakit,"
"sakitan mana sama gue, yang cowoknya di liatin sama adek kelas perusak kayak lo?"
sakitan gue bego!
Fachri berlari dari kejauhan masih dengan tas punggungnya yang di sampirkan di sebelah bahu. Entah dari mana dia tau kalau saat ini Tassia sangat membutuhkan pertolongan ekstra karna paling sebentar lagi komplotannya Maya akan segera membantu dan malah akan memperparah keadaan.
"eh udah udah," pisah Fachri seraya tangannya yang membentang memberi jarak antara Tassia dan Maya sehingga maya melepaskan tarikannya tadi dan sukses dengan memberi denyutan pada kepala Tassia. "lo pada mau tawuran?" Fachri memgalihkan pandangannya ke Maya, "Jangan pernah nge bully adik kelas,"
Fachri menekan kalimatnya yang terhakhir dengan pandangan mata yang tajam ke arah Maya. Kalian harus tahu, saat ini mereka bertiga menjadi tontonan masa. Akan menjadi topik hangat hari ini untuk bahan gosip para cewek cewek sekolah.
"oh jadi lo mau belain cewek yang jelas jelas udah nolak lo mentah mentah? Huh!"
Kring! Untungnya penanda masuk sekolah sudah mengisi sampai seantero sekolah membuat Fachri Maya dan Tassia behenti melakukan perkelahian yang di mulai oleh cewek berambut ikal di bawah, Maya.
"tenang, pembullyan ini akan berlanjut." bisik halus penuh ancaman Maya di telinga kiri Fachri seraya memasuki kelasnya yang berdekatan dengan kelas Nico. Anehnya perkelahian tadi Nico masih sibuk dengan ponsel dan aerphone-nya, tanpa terganggu sama sekali.
❄❄❄
Nico menyilangkan kedua lengannya di atas meja dengan kepala yang menunduk untuk tidur nyenyak ke alam mimpi. Sekarang ini lelaki yang hampir berusia tujuh belas tahun sedang berada di dalam kelas dengan dongengan merdu dari guru sastra Indonesia. Telinganya masih asik mendengarkan lantunan musik EDM seolah itulah yang bisa membuatnya tidur nyenyak.
Peduli setan, yang penting hutang tidurnya semalam harus terbayarkan! PS 4 harus mengganti semua kebosanan Nico nanti sore.
Drrrrttt...
Ponsel milik Nico bergetar menghentikan lantunan musik dan membiarkan Nico bangun dari mimpi indahnya. Pesan singkat dari Grup Osis.
Yaelah, kirain dari siapa.
Nico mendengus malas setelah tahu kalau nanti sepulang sekolah harus wajib mengikuti rapat untuk mengadakan hari guru yang jatuh pada dua hari kedepan. Iapun kembali tertidur mendengarkan dongeng lagi. Kalau tanya soal catatan buku Nico? Setiap ada catatan ada Alfi yang selalu siap sedia menyatat di buku Nico tapi dengan imbalan, makan di kantin gratis.
"koh?" Alfi menyenggol Nico dengan sikutnya seraya lengannya yang masih sibuk menyatat apa yang ada di papan tulis. "lo tau berita tadi gak?"
"yang mana?" suara parau ngantuk dari Nico walaupun matanya yang masih menunduk tidur.
"Tassia berantem sama Maya, doi lo ngejambak dia!"
"ada yang mati gak?" ini pertanyaan macam apa.
"nggak lah. Lu ngelantur ya?," balas Alfi diikuti dengan arah pandang matanya yang langsung manatap Nico bingung.
"alhamdulillah," Alfi hanya bergeleng dan kembali lagi melanjutkan menyatat walaupun tulisannya tidak serapih Nico. Tapi tidak ada yang pernah memuji tulisan Nico.
Alfi kembali melanjutkan ucapannya masih dengan tangan yang sibuk menyatat.
"Fachri temen sekelasnya yang waktu itu nembak dia terus di tolak, dan katanya Tassia pernah suka sama Fachri. Yang anggota Osis tapi suka ca
but kayak lo, tau gak?""nggak usah di perjelas, nyet!" halus tapi mencekik. Lalu, Nico mengulet bangun dari tidurnya karena terasa terganggu oleh ocehan Alfi. "kenapa?"
"dia ngeberhentiin Maya sama Tassia, kayak jadi super hero gitu deh buat Tassia" Nico hanya menguap dan langsung menyabet buku catatannya lalu berpindah alih jadi Nico yang menyatat, termasuk 8 keajaiban dunia.
"dan gue gak perduli," sebenarnya info tadi tentang Maya yang menarik rambut Tassia di depan kelasnya sudah di ketahui Nico. Pasalnya cepat banget informasi tentang kelakuan Maya dari cewek cewek penggemar Nico. Tanpa Nico minta informasi tersebut. Tapi, kalau tentang Fachri, Nico sama sekali tidak mendapat informasi apa apa. Baru tadi di beri tahu sama Alfi.
"sama sekali," lanjut Nico dan kembali sibuk dengan catatannya sedangkan Alfi meyatat ulang di buku tulisnya sendiri.
Nico semakin yakin kalau Tassia menyukai dirinya, tapi keyakinan ini akan di buktikan dengan niat Nico yang akan menanyakan kepada Tassia sendiri, Empat mata! Nico menyeka pikirannya tentang pertanyaan itu untuk di simpan pada waktu yang tepat.
_____________________
A/N
Huehue, maafkan autor karna jarang bikin lanjutan CS ini, di karenakan aku hanya boleh megang hp malem malem dan cerita ini bikinnya juga malem malem.
Maapkeun aing,
(bacok aja authornya,)
Yain aja duluNext next
Happy reading!luvluv!
🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Teen Fiction[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...