"Jangan biarkan keegoisanmu menghancurkan hati orang lain."
ENAM PULUH TIGA
❄❄❄Lelaki berpakaian rapih. Suit lengkap dengan kemeja hitam di dalamnya. Nico duduk di kursi sebelah pengemudi, ya, malam ini Lucas yang menyupir. Malam ini bukan hanya pertemuan keluarga hangat, Rianto bilang ini ada pertemuan bisnis yang bisa melibatkan Nico dan Rendy.
Mobil sedan hitam mengkilap berhenti tepat di depan hotel mewah bintang lima. Nico turun dengan wibawa dan kharismanya yang langsung memuncak. Siapa yang tak kenal anak dari Rianto salah satu pemilik merek mobil terkenal?
Selain sebagai monster es sekolah, Nico yang terkenal dengan dingin ini memuncak setelah murid tau kalau ia adalah anak Rianto.
Nico menjejakan kakinya masuk kedalam hotel mewah. Menuju tempat makan malam hari ini. Nico menghentikan langkahnya di depan pintu ruangan, ia melihat ada keluarga yang lain duduk bersama di kursi makan. Rendy, sudah berada disana. Nico melanjutkan langkahnya dan segera duduk di kursi kosong. Lelaki itu tersenyum ramah.
"Lo bilang ini pertemuan bisnis?" bisik Nico kepada Rendy yang berada di sebelahnya.
"Ini yang namanya bisnis keluarga." sahut Rendy sama pelannya.
Nico berdesis seraya merapihkan posisi duduknya. Ada dua anak perempuan di sebrang meja sana melirik Nico dengan manis. "Ini sih kayak perjodohan."
Selanjutnya diisi dengan obrolan hangat antar dua keluarga. Nico sibuk dengan dirinya sendiri berkutik dalam pikirannya tentang Tassia. Gadis itu berubah sejak ia di jogja, atau perasaannya mulai tidak ada?
"Perkenalkan ini putra ke dua saya. Nico Devano." ucap Ranto. "Jadi kapan acara lamarannya?"
Mata Nico membelalak bukan main, pasalnya papah sehabis memperkenalkan Nico langsung membahas lamaran? What the hell? Nico melirik Rendy, tapi Rendy seolah olah malah menertawai dirinya.
"Jangan sok kaget gitu sih. Lamaran itu buat gue. Nah sama kakaknya sintia yang namanya sendy. Itu yang pakai gaun abu abu." kata Rendy pelan dan berhasil menenangkan pikiran Nico.
"Sepertinya ada yang nggak mau lepas pandangan." lelaki paruh baya itu menyenggol pelan lengan putrinya yang Nico tau bernama Sintia yang memang dari awal tidak melepas pandangannya dari Nico.
Rinanto tertawa. Ia menepuk pundak Nico dengan pelan. "Maaf ya Sintia, Nico sudah punya pilihannya sendiri. Lagian anak ini terlalu jelek buat kamu."
Nico memperhatikan ucapan Rianto tadi. Ada keajaiban apa sampai sampai Rianto mengakui hubungan Nico dengan Tassia? Kedua sudut bibir Nico terangkat, bibirnya tersenyum manis. Apa ini yang namanya lampu hijau?
Disaat seperti ini hubungan Nico dan Tassia malah merenggang seakan tidak ada lagi jalan untuk meluruskannya. Nico tidak bisa menyalahkan Angga lagi, lelaki itu sudah ia maafkan dan Nico tidak ingin membawa nama Angga dalam hubungannya bersama Tassia.
❄❄❄
"Jadi gimana?" tanya Alfi sembari menyeruput kopinya yang masih sedikit panas. Lelaki dua ini lagi lagi bolos sekolah. Walaupun Alfi dan Nico sudah beda sekolah tapi yang namanya bolos bisa sehati.
"Apanya yang gimana?" sahut Nico yang masih berkutik dalam pikirannya. "Gue nggak bisa nyalahin siapapun."
"Kata lo, kemarin Tassia sama Angga, berarti lo bisa nyalahin Angga kan?" ucap Alfi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Teen Fiction[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...