L I M A . D U A
❄❄❄Aku menadangi tangan dibawah rintikan hujan. Nampaknya gerimis kali ini juga dapat membuat seragamku basah. Sekarang aku kembali melipat kedua tangan di depan dada sambil menunggu hujan. Hampir semua anggota osis sudah pulang selesai rapat tadi, termasuk Andi dan Hani. Mereka berdua tega meninggalkan aku sendiri disini bersama senja yang tertutupi warna hitam gelap, hujan.
Bruk! "Aw.." aku menjerit kesakitan karena tubuhku yang sedang berdiri tertabrak oleh setan kelas. Siapa lagi kalau bukan Fachri ketua basis belakang di kelas yang biang rusuh! "Kalau jalan liat liat dong!"
"Upss.. sorry, gue gak sengaja tuh. Lagian lo juga ngapain sih ngalangin gue jalan?"
"Ngalangin lo bilang? Nih liat emang sebesar apa sih badan gue sampai nutupin jalan lo!?" Tanganku merenggang.
Fachri memberikan senyum kecutnya. "Bawel banget brisik tau gak!"
"Bukannya minta maaf lo!"
Kini wajah Fachri seperti wajah geli melihatku. "Dih bukannya lo yang salah ya? Malah gue yang minta maaf."
"Jelas jelas lo yang salah!" jari telunjukku terus mengarah tepat di depan wajah fachri yang masih bisa nyolot.
Satu orang berjalan santai melewati depan aku dan Fachri yang sedang adu mulut ini. Si pemilik parfume acqua kelihatannya dia tidak perduli, dia terus menggunakan aerphone-nya melewati kami. Nico menerobos hujan. Sudahlah jangan pikirkan dia dulu, sekarang ada jelmaan setan di depanku yang sudah mengibarkan bendera perang duluan.
"Kenapa? Kok berhenti ngomel ngomelnya? Ada cowo jadi pencitraan dan gak mau keliatan galak? Cowo juga jijik kali kalau ngeliat lo!" Spontan keluar dari bibir busuk Fachri.
Demi apapun, gue pengen bordir mulut Fachri
Wajahku berwarna merah padam. Kesal dan terkejut mendengar perkataan Fachri yang sekarang lebih mengarah penghinaan. Sejijik itukah dia dengan aku? Aku salah dulu pernah suka dengan dia, tapi aku beruntung sudah tidak perjuangin dia lagi.
Aku mendengus kasar, "udah ngehinanya? Sekarang minta maaf deh mendingan!"
"Maaf!" Ucap Fachri Seraya pergi meninggalkan aku.
Akhirnya jelmaan itu pergi setelah mengucapkan maaf yang kayaknya gak ikhlas juga keluar dari mulutnya. Emang dasarnya jelmaan setan, mana mau sih bikin orang seneng? Yang ada setan kayak dia tuh bikin sengsara!
Dapat mimpi apa aku ini? Bisa ngomong dengan jelmaan setan kayak Fachri yang pastinya kalau berantem dengan dia tidak akan ada ujungnya. Fachri si jago bacot. Sial, lenganku sakit karena tadi ditabrak dengannya sedikit kencang. Aku mengusap ngusap lenganku sesekali meringis kesakitan.
Hujannya tidak terlalu deras jadi Aku melanjutkan perjalannku menuju gerbang. Dari pada aku menunggu hujan yang kelihatannya juga tidak akan berhenti. Dari pada aku pulang sore lebih baik aku menerobos saja. Baru sampai di gerbang bajuku sudah sedikit basah.
Motor ninja hitam berhenti di sampingku, membuat aku berhenti melangkah. Pengendara motor ninja itu turun lalu membuka jok motor. mengeluarkan satu setel jas hujan. Lalu dia memberikannya kepadaku.
Aku mengambil jas ujan itu dan aku masih bingung. Kenapa orang ini memberikan jas hujannya kepadaku, tapi dia sendiri tidak menggunakan jas hujan. Satu pertanyaan di pikiranku, dia siapa?
Pengendara itu masih menggunakan helm dan menunggu aku untuk memakai jas hujan yang dia berikan. Aku sudah selesai menggunakan satu setel jas hujan yang dia berikan.
Pengendara itu membuka kaca helmnya dan aku melihat wajah dan mata cokelat terang itu. Mataku membulat sempurna melihat Nico.
"Naik!" Suruhnya.
Seakan dia mendikte tubuhku. Aku langsung menaiki ninja hitamnya. Nico tidak mengenakan jas hujan. Dan jas hujannya di berikan kepadaku.
Mimpi apa aku semalam? Yang awalnya benar benar retak sekarang pulih karena bisa berboncengan dengan nico. Suhu dingin tubuhnya bercampur dengan dingin rintikan hujan yang bersatu dengan angin.
Nico membawa motornya dengan kecepatan rata rata. Jantungku masih naik turun. Dan terus mencubit diriku sendiri, berharap kalau saat ini bukan mimpi. Ya memang bukan mimpi, bahkan wangi acqua membuatku semakin percaya ini nyata.
Nico menuruniku tepat di depan gerbang rumah. rintikan air hujan masih bisaku rasakan di kulit telapak tangan. Saat aku ingin melepaskan jas hujannya. Tanpa basa basi, Nico bergegas pergi pulang kerumahnya. Tubuhnya sudah basah kuyup dan aku masih menggunakan jas hujan miliknya.
Sesampainya di depan pintu utama, baru saja melepas jas hujan dan baru saja ingin memasuki rumah, ponselku bergetar. Dua pesan masuk.
Aku rasa perasaanku lebih menyenangkan sekarang.
❄❄❄
A/n
Hai? Jangan lupa buat ninggalin jejak kalian yah habis membaca.
Gua revisi ulang cerita ini karena menurut Gua yang kemarin itu bener bener berantakan gak jelas, sampe gua tuh baca baca lebih banyak lagi dan itu bisa buat gua plong. Heheh maklum masih amatiran dan pemula.Ehmm... di part yang ini terlalu pendek yah?
Oke NEXT part selanjutnya aja yuk ⏩
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Teen Fiction[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...