34 | Luka masa lalu

4.3K 156 0
                                    

TIGA PULUH EMPAT
❄❄❄

Sesekali Nico menoleh kebelakang.
Si kacamata sudah hilang dari pandangannya. Mungkin cowo berkacamata itu sudah pergi meninggalkan tempat tadi. Pandangan Nico memdapati dua orang yang sangat dia kenal. Dua orang yang menemaninya di Jakarta. Dua orang yang berbeda, sahabat dan cinta.

Mata hitam pekat Tassia tertangkap oleh pandangan dingin Nico. Masih dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya yang lebam. Sial, kenapa dua orang yang dihindari Nico sekarang malah mengejar? Apa Nico kurang menyamar?

Dengan terburu buru, Nico membuka pintu, menunduk dan masuk kedalam mobil sedan hitam mengkilap yang sedari tadi terparkir rapih di pinggir jalan besar. Sekali lagi dia melihat dari kaca spion mobilnya, gadis manis sedang mengambil napas. Ini saatnya Nico menancap gas agar dirinya tidak ketahuan.

Rasanya sedikit tenang terhindar dari temannya dan... ada rindu yang terselip diantara penglihatan sekejapnya tadi. Rambut hitam legam Tassia terurai lembut, mata hitam pekat Tassia mengganggu pikiran Nico, matanya sempat bertabrakan mulus dengan cokelat terang Nico. Membuat Nico rindu akan pandangan teduh Tassia.

Nico melepaskan kasar maskermya dan menaruh kesembarang arah di samping kirinya yang kosong. Pikirannya kacau, berantakan. Rencananya hampir terbongkar begitu saja, kemungkinan... Tassia mengincar si kacamata itu besok. Arghh... sial. Tidak fokus untuk berkendara, Nico membanting stir ke kiri sedikit menabrak pengendara di depannya.

Mampus gue! Kenapa hari ini sial banget sih?

Nico hendak ingin keluar dari mobil. Tangannya sudah meraih pembuka pintu tapi niatnya diurung setelah tahu siapa yang dia tabrak.

Ah tai! Kenapa gue sial banget!

Mungkin sekarang Nico sudah keringatan di dalam mobil berAc. Detang jantungnya kali ini tidak karuhan, bukan karena ada perasaan cinta kepada si pengendara yang ditabraknya. Tapi ini lebih ke arah horor, pengendara itu.. mendekat mengetuk ngetuk kaca mobil milik Nico.

Nico mencari maskernya yang tadi dia pakai. Ajaibnya, masker tadi tidak ada mungkin terselip atau jatuh kemana yang pasti pengendara itu mengetuk kaca dengan lebih kasar. Seperti harimau yang belum diberi makan. Ini lebih menyeramkan.

Pandangannya terpaku ke benda putih dan hitam yang menggeletak di depan stirnya.

Akhirnya gue beruntung kali ini

Dengan napas yang sedang diatur agar tidak terlalu terlihat mencolok, Nico keluar dari mobilnya menghadap pengendara vespa itu.

"Ada apa ya?" tanya Nico berusaha agar perkataannya tidak terasa terlalu dingin.

"Sok banget iya lo bang!" Sapa balik Fachri dengan nada kesal. "Lo liat sini sini, nih pecah, plat nomor gue penyok."

Dari balik kacamata hitamnya, Nico menatap sebal orang yang ada dihadapannya sekarang. Lebih tepatnya Fachri, ingin sekali Nico meninju wajah cowo itu, menendang dan memukul habis habisan sampai rasa cemburu Nico kembali dingin mengingat kejadian dua hari yang lalu.

Nico menahan emosinya yang mungkin sudah mencapai ubun ubun. Karena saat ini dirinya tidak ingin ketahuan dengan siapa siapa, termasuk orang yang sudah membuatnya seperti ini. Fachri alasan kenapa Nico ke club, Fachri alasan Nico berani berantem di jalanan. Fachri alasan Nico meninggalkan semua rencananya untuk lebih mendekati Tassia. Gara gara Fachri!

"Ganti rugi! Bukan bengong kayak ayam!" Bentak Fachri sambil menunjuk nunjuk.

"Cuman kayak gitu. Harus ya gue ganti rugi?" Kata Nico datar. "Vespa tua."

Coldest Senior✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang