"Lo udah setengah berjuang buat orang itu. Jangan bikin perjuangan lo sia sia. Karena perjuangan bukan akhir penyesalan tapi proses buat kedekatan. Dia nyuruh lo buat ngejauh? Terus lo lakuin? Sama aja lo nyerah. Lo bantah omongannya dia, lo ikutin semua kata hati lo. Kalau lo harus berjuang sampai dimana lo nemuin titik finish lo."
-Lio ArlandoDELAPAN BELAS
❄❄❄Mobil jeep army terparkir pas di depan gerbang sekolah, pemiliknya meloncat keluar dari kursi pengendara. Memakai setelan santai tapi memperlihatkan tubuh atletisnya. Kaca mata hitam yang berjengger di hidung mancung sang pemilik mobil di lepas begitu melihat perempuan berambut terurai melebihi bahu dengan rawut wajahnya yang tanpak murung.
Sedari tadi memang kharisma Lio sudah menyebar kemana mana sampai membuat siswi siswi yang masih berada di gerbang sekolah terkejut oleh pesona dirinya.
"Hai," Lio memang bukan seseorang yang mempunyai kepribadian dingin seperti Nico, dia beda seratus delapan puluh derajat. Lio mempunyai keperibadian yang terbuka terhadap siapa saja. Dan yang pastinya juga penggoda para wanita.
Senyum Lio mengembang melihat siswi siswi berteriak histeris setelah di sapanya.Mendengar teriakan heboh itu, Tassia langsung mengangkat wajahnya dan melihat ke sekitar. Hampir saja matanya keluar dari tempat melihat siapa yang membuat kerusuhan ini. Ternyata cowo itu adalah sahabatnya dulu, bukan Lious Arlando namanya kalau tidak membuat siapapun cewe berteriak histeris digodanya.
Tassia berlari kecil langsung memeluk melepas ke rinduan pada sahabatnya ini. Sudah satu tahun mereka terpisah pulau, Lio menetap tinggal di Bali dengan kedua orang tuanya. Mungkin sekarang dia ke Jakarta karena masa liburan dikit lagi dimulai.
"Eh gila, gue gak bisa napas." Ocehan Lio sendiri tapi mebuat Lio membalas pelukan itu yang terjadi hanya sebentar. "Kok lo pendek, cha?"
"Masih ngeselin kayak dulu," Tassia mengerucutkan bibirnya mebuat Lio merasa dirinya sudah menang dalam pertengakaran pertamanya dengan Tassia setelah lama tidak bertemu.
"Jangan ngambek sih, kan gue baru dateng." Lio berhasil membuat siswi di sekitar yang sedang memperhatikan mereka iri kepada Tassia. Tangan Lio mengacak ngacak rambut Tassia dengan gemas. "Es krim?"
"Ayoo!" Semangat 45 Tassia kembali lagi setelah tadi hancur dengan Fachri di tambah Nico yang tidak datang. Tapi tidak apa, tergantikan oleh kejutan Lio yang datang ke sekolah Tassia. Tassia langsung meloncat masuk kedalam mobil jeep milik Lio. Sementara, Lio berjalan memutar dan menebarkan senyum kepada semuanya sebelum pada akhirnya dia masuk ke dalam mobil dan membelah jalan protokol.
"Itu tadi bukannya Tassia? Sama siapa ri?" Tanya Alfi yang masih melongo. "Bukan Nico kan?"
"Nggak tau, pacar barunya kali." Fachri berucap cuek mencerminkan kecemburuannya. "Cabut, fi. Nongkrong."
"Ah, masih aja sih cemburuan." Alfi dan Fachri melanjutkan langkahnya ke warung tempat nongkrong yang tidak jauh dari sekolah.
❄❄❄
Rumah Tassia sudah lebih nyaman dari sebelumnya, di tambah kehadiran Lio yang juga menjadi tetangganya. Tassia makin betah berada di rumah yang cukup luas ini walaupun ayahnya masih suka keluar kota untuk masalah pekerjaan.
Tassia dengan semangat menggandeng tangan Lio sampai ke ruang tamu rumahnya. Ibu Tassia asik menonton berita infotaiment lengkap dengan keripik kentang yang berada tidak jauh dari jangkauannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Teen Fiction[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...