"Ketika kita lagi jalan bersama, apa masih ada rasa gemetar?"
ENAM PULUH LIMA
❄❄❄Alfi sudah berdiri di depan meja minuman bersoda dengan setelan suit abu abu lengkap dengan rambut di tata rapih dengan pomade. Alfi tidak sendiri, ia bersama Vanny yang berada di sebelahnya dengan menggunakan gaun anggun. Mereka berdua terlihat serasi malam ini.
Fachri baru saja datang dan disambut ramah oleh Rendy. Rendy mengetahui ini adalah teman satu rumah dengan Nico. Rendy tau bagaimana bisa Fachri berada di rumah Nico. "Maaf ka, agak telat."
"Santai aja kali, ri." Rendy menepuk pundak Fachri seolah olah mereka berdua sangat akrab. "Tokoh utama malam ini juga belum muncul kok."
"Lho, kirain gue, gue telat dan bakal kehabisan makanan."
"Ya nggak lah." Rendy menyahuti hangat tawa bersama Fachri.
Begitu banyak yang datang pada malam ini. Seakan kesepian hari hari Nico telah tenggelam termakan oleh acara ini. Ya, mungkin diantara banyak tamu undangan ada beberapa yang hanya memanfaatkan makanan saja. Tapi Nico tidak mempedulikan itu. Menurut Nico, ini awal yang baik untuk dia memulai bersosialisasi lagi dengan banyak orang.
Tokoh utama malam ini masih berada di dalam kamar dengan setelah suit maroon dan tatanan rambutnya yang di sisir rapih. Nico berdiri di depan kaca dengan kedua tangan di masukan ke dalam saku celana yang serasi dengan warna suit maroonnya.
Ia sangat mengharapkan kedatangan Tassia, tapi sampai saat ini tanda tanda kehadiran gadis itu tidak terlihat. Angga yang membantunya juga tidak tahu keberadaan Tassia. Pasalnya saat Angga ingin menjemput Tassia untuk berangkat bersama Viola dan dirinya, namun gadis itu telah pergi.
Kali ini Nico mencemaskan Tassia.
Nico sudah berpenampilan rapih, dengan kemeja putih di dalam suitnya sengaja dua kancing di buka untuk memperlihatkan betapa dewasanya anak Rianto yang telah menginjak umur delapan belas tahun.
Sudah waktunya, Nico tidak ingin membiarkan tamu yang telah datang ke rumah kediaman Rianto ini menunggu lama. Ya, acara ini diadakan bukan di rumah besar Nico, namun di kediaman Rianto. Rianto ingin anaknya lebih dekat lagi dengan keluarga. Dan memperkenalkan teman teman Nico dengan keluarga.
Nico menarik napasnya untuk membuka pintu.
Matanya langsung bertemu pucuk kepala anak gadis yang telah berdiri di depan kamarnya dengan senyum yang mengembang begitu manis. Tassia begitu anggun malam ini, dengan rambutnya yang dibiarkan terurai dan polesan tipis diwajahnya. Siapa sangka, dihadapan Nico sekarang seperti bidadari muda yang manis.
Nico menarik masuk Tassia kedalam ruangannya. Ia begitu senang sampai reflek memeluk Tassia dengan tiba tiba. "Saya pikir kamu nggak akan datang."
Tassia tidak membalas pelukan Nico. Membiarkan lelaki ini melepaskan rindunya dengan sendiri.
"Selamat ulang tahun." ucap Tassia begitu manis.
Nico melepaskan pelukannya. Telinganya tidak salah dengar, ucapan begitu manis masuk kedalam pendengarannya. "Kok kamu bisa disini?"
"Ceritanya panjang."
"Jangan singkat gitu." sahut Nico yang masih risih dengan jawaban singkat Tassia.
"Mau gimana?"
Nico tersenyum, ia begitu bahagia. Langkahnya mengendurkan Tassia. Gadis itu berubah menjadi waspada. Pasalnya Nico mendekat dengan wajah yang tidak biasa. Membiarkan pintu tertutup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Novela Juvenil[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...