TIGA PULUH SATU
❄❄❄Suasana berbeda, sangat berbeda dari biasanya. Sepi, damai, aroma teh dan senja kini sebaliknya ramai, liar, dan aroma wine dimana mana. Semua orang berjoget mengikuti hentakan lagu EDM yang di putar Dj berambut ombrey hijau dengan headset di lehernya. Lampu berwarna gelap, bau asap, sempit itu sebabnya dari dulu Nico tidak menyukai tempat setan ini. Tapi sekarang, Nico nekat mencari suasana liar seperti ini yang di luar kebiasaanya.
Bartender menuangkan satu gelas wine. Nico menatapnya tidak berani menyicipi minuman penghangat ini kalau di Jerman.
"Orang baru?" Tanya bartender yang aneh melihat Nico karena tidak segera minum. "Nggak tertarik dengan minumannya?"
"Sama sekali nggak." Jawab singkat Nico sambil memperhatikan orang orang yang berjoget. Tapi Nico penasaran. "Butuh berapa gelas untuk kehilangan kesadaran?"
Bartender muda itu tertawa cengengesan, bahkan sampai menahan perut yang sepertinya sakit karena tertawa. "Ayolah, lo baru pemula. Masih harus bersabar nungguin wanita wanita itu."
Nico memicingkan matanya heran. Yang dia mau menghilangkan kesadaran bukan ingin wanita gila disana. Lagian selera Nico bukan Wanita penikmat club. Wanita di luar club sana banyak yang tergila gila oleh Nico. Disini Nico melampiasnkan semua kekecewaan, kekesalannya, bukan kembali lagi main wanita.
"Tujuan gue kesini bukan itu." Katanya datar. "Ini tempat yang lumayan untuk melampiaskan pikiran gue."
Bartender itu mengangguk mengerti. Nico bukan orang yang dari tadi dia pikirkan. "lima gelas, lo akan kehilangan kesadaran."
Nico membuka dompetnya dan langsung memberikan sepuluh lembar uang bernominal seratus. Tanpa menunggu kembali atau apapun, Nico tidak tahu berapa harga dari semua gelas gelas ini. Langsung saja Nico meneguk sampai habis dan dilanjutkan dengan gelas gelas berikutnya, berikutnya dan berikutnya sampai dia benar benar hilang kesadaran.
Pemikirannya mulai ngaco, jalan yang biasanya cool kini sedikit sempoyongan. Mulutnya bukan lagi beraroma teh melati kini berganti jadi aroma wine yang menyengat. Matanya mulai sedikit buram. Kepalanya terasa berputar terus berputar membuat Nico merasakan mual. Ini baru pertama kalinya dia minum dan langsung dalam jumlah banyak.
Tubuhnya sedikit terbentur pintu saat keluar dari club. Menabrak orang jalan dan langsung di tinjunya. Padahal orang itu sama sekali tidak bersalah dan Nico yang sebenarnya bersalah karena telah menabrak pejalan kaki tersebut.
"Lo gila?" Langsung pejalan kaki itu tidak terima dan membalas tinjuan Nico.
Nico ingin membalas lagi tinjuannya memukuli siapapun di depannya sampai babak belur. Tidak peduli siapun di dihadapannya. Tapi seketika rasanya tangan Nico tertahan melayang, tidak sampai meninju pejalan kaki tersebut dan hanya meninju angin malam.
Nico mencari orang yang menahan tinjuannya tadi. Meninju apapun di depannya dan akhirnya tepat meninju pipi orang yang menahannya tadi. Matanya semakin panas. Pemikirannya semakin kacau. Emosinya semakin bercamour aduk. Setelah tahu siapa orang yang menahannya.
Tangan Nico meninju sisi lain dari orang itu. Tidak peduli dia siapa. Buk! Pipi orang itu sedikit memar dan Nico terhuyung ke kiri nafasnya tidak beraturan. Orang tersebut membalas tinjuan Nico dengan keadaan lebih kuat sambil sesekali meneriaki Nico bodoh.
Buk! Tinju orang itu. "Lo nggak seharusnya kayak gini."
Nico menghiraukan semua omongan orang itu. Dia menendang kencang meninju lagi namun tertahan. Jadilah perkelahian di depan club yang membuat orang sekitar memperhatikan mereka. Namun tidak ada yang berani ikut campur karena orang itu tidak membolehkan siapapun mendekat.
Orang berbaju abu abu polos itu kembali meninju Nico di bagian pipi buk! Bibir Nico sedikit robek mengeluarkan darah segar. Matanya lebam biru keunguan. Pipinya memar.
"Dan lo nggak seharusnya ngatur hidup gue. Bangsat!" Buk! Satu tinjuan lagi dari Nico tapi orang itu cepat menangkis dan mendorong Nico sampai jatuh terlentang. Dada bidang Nico naik turun darah di robekan bibirnya mulai berjalan sedikit. Rambut yang tadi tersisir rapih sekarang berantakan.
Orang itu duduk berlutut memperhatikan Nico. Nafasnya juga cepat, menahan Nico meninju dan meninju balik Nico. Itu melelahkan. "Kalau lo emang kesel sama gue. Bukan begini caranya."
"Bukan cuman lo." Jawab Nico, payah. Keadaannya masih terlentang di pinggirjalan mengatur nafas dengan lebam di daerah wajahnya. "Nggak usah ikut campur!"
Orang itu tertawa sinis. "Jadi anak umur tujuh belas tahun ini udah punya banyak masalah?"
Nico berusaha bangun, "bukan urusan lo, brengsek!" Langsung meninju wajah orang itu dengan tenaganya yang masih sedikit tersisa. "Nggak usah selalu ikut campur dengan apa yang gue lakuin!"
"Sejak kapan lo jadi anak bandel yang nongkrong di club? Apa papa ngajarin kita begini?" Tanyanya. "Kepergian mamah sia sia kalau lo kayak gini, van!"
"Bangsat!" Teriak Nico dan berhasil meninju pipi Rendy sampai Rendi sedikit terlempar kekanan. Kepalan Tangan Nico mengeras siap untuk meninju Rendy lagi. Tapi tenaganya berkurang.
Rendi memegangi pipinya sendiri yang lebam dan menghilangkan darah dari robekan pipi. Nico ingin meninju lagi tapi berhasil ditahan rendy. "Lo begini karena adik kelas lo?" Ucap Rendy dengan banyak penekanan di setiap katanya.
Nico tersenyum kecut menahan denyutan bibirnya. Wajahnya sudah berantakan lebam tidak karuhan. Dibagian hidungnya sedikit berdarah, bibirnya robek lebam biru keunguan dimana mana. Apa lagi sekarang Rendy mulai membahas tentang Tassia, Emosi Nico semakin meningkat mungkin juga sudah di ubun ubun.
"Sejak kapan lo tau masalah gue?" Tanyanya kesal.
Rendy melepaskan tangan Nico dengan hentakan kasar. Lalu terseyum kecut penuh arti. Mendorong Nico kasar lalu berjalan menjauh dan meninggalkan Nico.
"Jangan pernah ikut campur semua masalah gue!" Teriak Nico, kesal. Masa bodo orang melihatnya seperti orang gila. "Termasuk masa lalu gue!"
Rendy terus jalan menjauh menghiraukan semua amukan emosi teriakan Nico. Lalu masuk kedalam mobilnya dan kembali membelah jalan protokol yang terlihat sedikit lenggang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Jugendliteratur[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...