EMPAT PULUH TUJUH
❄❄❄Saat ini, atmosfer lebih terasa dingin. Jantung Tassia terasa lebih aneh. Nico tersenyum singkat terlihat dari layar putih yang menayangkan video.
Hai? Apa kabar cha?
Lelaki itu menghela nafas sambil tersenyum miris.
Maaf sebelumnya saya nggak ngasih tau kamu kalau saya balik lagi ke Jerman.
Saya berusaha supaya kamu lupa sama saya. Kamu udah keluar dari sifat kamu yang asli. Jadi dingin, itu bukan kamu.
Cha, tolong. Kali ini berjuang untuk lupain saya. Anggap kalau saya ini cowo paling jahat yang kamu kenal. Kamu boleh benci saya, saya harap begitu.
Di Video Nico terlihat menarik nafas hebat dan menghembuskannya pelan.
Nico terkekeh miris, sangat miris.
Saya benar benar nggak pernah bikin kamu bahagia. Maaf, sekalipun saya rasa kamu nggak pernah bahagia dengan saya.
Kamu sudah cukup jauh melangkah, cha. Saya mau melihat senyum kamu lagi, kerusuhan kamu, menyebalkannya kamu, tawanya kamu. Tapi saya rasa, kalau kamu tetap sama saya, kamu nggak akan pernah kayak gitu. Lagi.
Saya suka melihat senyum kamu. Miss fucking your smile.
Di video itu Nico berhenti sejenak. Memberikan jeda untuk pembicaraannya.
"Nggak." jawab Tassia pelan. Ia berusaha menahan sekuat mungkin bendungan air matanya.
"Karna gue nggak bisa, dan gue nggak tau caranya berhenti perjuangin Nico." Tassia menutup wajahnya. Belum selesai video yang diputar. Tassia tidak bisa menahan cukup lama lagi bendungan air matanya, dan akhirnya air mata sukses terjun melewati pipi yang tadinya di poles rapih.
"Ka... Harus? Saat gue ulang tahun lo malah nyuruh gue buat ngebenci lo?"
Saya yakin kamu capek. Berhenti, cha.
Berhenti perjuangin saya, saya nggak pernah pantes di perjuangin sama perempuan se tulus kamu.Kita selesai ya, cha. Sorry. Saya mau lihat kamu senyum lagi. Walau itu bukan karna saya.
And the last... Happy birthday.
Selamat tujuh belas tahun. Manis.
Tassia terdiam masih ingin menatap wajah Nico ingin lama. Tanpa di sadari, Tassia memang benar benar rindu dengan diri Nico. Tapi yang datang hanya video yang bisa membuat hatinya sakit. Kabar yang membuat Tassia berusaha menahan tangisnya. Namun tetap saja tidak bisa.
Layar itu kembali putih tanpa gambar.
Pikiran Tassia benar benar kosong kali ini. Entah apa yang dilakukan Nico tadi berhasil membuat Tassia membenci Nico hanya kali ini. Tadinya Tassia sangat berharap ini adalah video ucapan ulang tahunnya dari Nico, tapi nyatanya berbanding terbalik. Bukan kesenangan yang Tassia dapat, tapi air mata yang tidak ada hentinya membuat jalur di pipi Tassia.
Kedua telapak tangannya menutupi wajah. Harusnya di ulang tahunnya ini dia bahagia, tapi Nico merebuah semuanya. Memberi kejutan yang benar benar memang tidak pernah di duga.
"Cha, lo nggak apa apa?" Tanya Rega panik melihat wajah Tassia yang kini sudah berantakan, make upnya juga sudah tidak serapih tadi. "Tassia?"
Tassia menjauhkan telapak tangannya dari wajah. Ia mengangkat wajahnya pelan. "Its not bad. Gue nggak apa apa kok." Tassia tersenyum manis, walaupun masih banyak luka dihatinya yang harus iya tutupi dengan senyum manisnya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/96208080-288-k337293.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Fiksi Remaja[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...