Tanaman itu bisa hidup karna ada air yang peduli di sampingnya.
LIMA PULUH EMPAT
❄❄❄Kembali lagi pada masa muda. Kemeja putih dan celana putih lengkap dengan atribut anak sekolah, siswa SMA. Dengan santai, cowok dingin itu memasuki gerbang SMA, Nico menghirup udara anak muda pada awal harinya masuk sekolah. Nico Devano, deretan huruf itu melekat di kemeja putih depan dada sebelah kanan lengkap dengan bendera kebangsaan, sebelah kiri.
Nico mengacak acakan rambutnya asal. Bukan Nico namanya kalau tidak mendapat banyak tatapan mata yang tertuju pada dirinya.
"Tuh anak barunya, gantengkan?" tanya seorang gadis kepada temannya.
"Yaelah, gue sih kenal." balas gadis berambut panjang.
"Masa sih? Katanya dia pindahan dari Jerman lho, setau gue lo nggak pernah ke Jerman." sahut gadis yang disebelahnya.
"Nggak percaya? Gue panggil Nih." gadis berambut panjang itu menarik nafasnya untuk mengeluarkan suara keras. "WOI NICO DEVANO!"
"Vio, Ssst... Malu maluin tau nggak lo?" gadis di sebelah Viola menyenggol lengan gadis itu untuk menyadarkan Viola akan teriakan maut.
Merasa dirinya terpanggil, Nico mencari pemilik suara itu dan mendapati gadis berambut panjang yang sedang melambaikan tangannya ke arah Nico. Cowok dingin itu malah memasang aerphonenya, tapi ia tetap berjalan mendekat ke arah Viola.
"Kenapa?" tanya Nico setelah mendekati Viola. Walaupun menggunakan Aerphone tapi Nico masih bisa mendengar.
"Gue mau ngucapin selamat datang ke SMA Nusantara 1." balas Viola. Dan gadis yang berada di samping Viola masing menganga jelas.
"Udah gitu doang? Nggak usah pakai teriak bisa? Kalau bisa, nggak usah panggil nama gue juga." tinggal Nico, seperti biasanya sikap dingin Nico tetap melekat pada dirinya. Dan ini awalan ia masuk sekolah baru, dimana statusnya masih anak baru.
Sialnya, Rianto memasukan Nico ke sekolah yang paling tidak di suka Nico setelah tau ada siswa yang paling membuat Nico kesal setiap kali melihat siswa itu. Siapa lagi kalau bukan Angga? Nico mengutuk dirinya sendiri, mulai menjaga jarak pertemanannya terhadap siapa saja. Termasuk Viola, si gadis cantik primadona sekolah ini. Nico ingin meluruskan sekolahnya, sampai setahun kedepan. Bahkan sama orang yang tiba tiba berada di hadapannya sekarang.
"Oh, udah berani masuk kandang singa, kirain gua kucing rumahan kayak lo nggak berani." serobot Angga tiba tiba. Tangannya di lipat depan dada, seperti biasa wajah tengilnya tidak bisa kondisikan.
Nico sama sekali tidak peduli dengan ocehan Angga. Ia memilih untuk melangkah meninggalkan posisinya tapi Angga mencegah langkah Nico dengan teriakannya.
"Inget ya, apa yang lo janjiin sama gue waktu di Bandung!" teriak Angga seraya menunjuk ke arah Nico.
"Apaan sih, Ga!" omel Viola, "dia nggak suka di teriakin gitu."
Nico tetap melanjutkan perjalanannya menuju ruang guru untuk hari pertamanya. Meninggalkan Viola dan Angga di pagar Sekolah. Sama sekali Nico tidak berniat untuk bertemu dengan dua orang itu di hari pertama masuk sekolah barunya.
"Dia nggak suka sama lo, bukan di teriakin." toyor Angga ke kepala Viola. Angga juga meninggalkan posisinya tapi arahnya berbeda dengan kepergian Nico. Angga lebih memilih kantin untuk pagi harinya.
❄❄❄
"Eh ya, mana pernah sih gua percaya sama omongan lo, ka." oceh Tassia seraya menyedot es susu yang menjadi minuman terfavoritnya di kantin sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Ficção Adolescente[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...