46 | Hadir lagi

2.6K 115 16
                                    

EMPAT PULUH ENAM
❄❄❄

Hari ini, cahaya lebih unggul dari biasanya. Warna emas mendominasi serangkaian hampir seluruh benda di halaman belakang kafe kecil yang di sewa Tassia untuk hari istimewanya. Semuanya berkumpul bahagia. Berbicara dengan ramai, menumbuhkan senyum dan tawa hangat dari teman teman Tassia yang diundang.

Tujuh belas tahun Tassia merangkai puzzle hidupnya. Dan baru kali ini ia merasa jantungnya seperti kehilangan kendali sekarang. Ia lebih merasa gugup malam ini.

Berbeda dari biasanya, Tassia terlihat lebih feminim sekarang. Wajahnya diberi sedikit polesan, tambah mempermanis dirinya.

Dilain hal, semua yang diundang Tassia berkumpul senang. Sebagian ada yang saling bertukar pengalaman dan ada juga yang menikmati acara ini.

"Loh lo dateng, emangnya diundang sama Tassia?" sapaan dari Fachri yang menyelonong mendekati Alfi. "Sama rega? Jomblo apa homo?."

"Diundanglah, enak aja!" sahut Alfi sehabis meneguk minuman di gelasnya.

"Sombong banget yang nggak jomblo." lanjut Rega di samping Alfi.

"Lo tau nggak, Ga?" tanya Alfi yang pandangannya beralih ke Rega. "Dulu lagi acara kayak gini, katanya ada..."

Bahu Alfi langsung di pukul singkat dengan Fachri. Masalahnya Alfi mencoba untuk membuka masa yang lalu Fachri. Di hari ulang tahunnya Kemal dulu.

"Aduh. Apaansih? " ringis Alfi. "Lucu banget masa si Fachri nembak Tassia."

"Ka Alfi yang terhormat. Tolong jangan dibahas lagi ya, saya udah punya orang soalnya. Takut ngamuk orangnya." jelas Fachri.

Rega masih menunggu lanjutan dari cerita Alfi. "Terus? Lanjut Fi ceritanya."

"Lo berdua seneng banget ngecengin gue ya?"

"Emang." jawab kompak Alfi dan Rega.

Alfi terkekeh. "Abisnya lo tuh paling pantes buat di cengin." lanjut Alfi sambil tertawa.

"Udah fi, kasian. Nanti kita yang di serbu pacarnya." saran Rega.

Fachri hanya diam merasa dirinya telah terpojoki oleh dua orang kaka kelasnya ini.

"Pengalaman lo ya berantem sama Hani?"

Rega mengangguk semangat dilanjutkan dengan tawa hangat diantara mereka bertiga. Mereka terhanyut dalam obrolan tidak tahu bahwa yang di tunggu tunggu belum juga terlihat di sepanjang acara ini.

Sang tuan rumah masih belum terlihat.

"Tassia mana?" tanya Fachri yang baru memyadari tidak terlihatnya Tassia. "Yang punya acara malah nggak keliatan."

"Nah itu dia." tunjuk Rega mengarah ke arah jam tiga tempat mereka berdiri.

Tassia tampil sangat berbeda dari biasanya. Gaun yang melekat di tubuhnya sangat cocok di pakai. Hari ini Tassia terlalu mempesona. Bukan main, gaun dengan warna pastel yang sangat berbeda dengan warna keseluruhan acara ini membuat Tassia lebih menonjol diantara yang lain.

Wajahnya benar benar dipoles rapih. Dengan senyum manisnya, Tassia sangat lebih manis dari biasanya.

"Ada aja ya orang yang nyianyiain dia. Bego itu orang" ucap Fachri tanpa sadar.

Rega dan Alfi saling melirik satu sama lain. Lalu tersenyum sendiri mendengar ucapan Fachri. Padahal yang pernah menyianyiakan juga Fachri.

"Kan dia duluan yang nyianyiain." kata Alfi pelan.

Coldest Senior✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang