67 | Terimakasih

1.9K 65 2
                                    

I love you that much.
In my dream,
I can catch you.
I can hold you anymore.

ENAM PULUH TUJUH
❄❄❄


Mereka telah selesai mengisi perutnya masing masing.

Tassia masih diam semenjak kejadian tadi. Hatinya masih saja belum setenang apa yang ia mau. Tassia harap detak jantungnya tidak dapat di dengar oleh Nico. Ia memasuki kembali mobil milik anak muda ini. Menyedot cola yang sempat ia bawa dari tempat makan cepat saji tadi.

"Gimana? Udah kenyang?" tanya Nico, menyalahkan mesin mobil.

Tassia mengangguk. Matanya tidak berani melihat ke arah si pengemudi mobil. Pipinya masih saja memerah.

"Sebenernya gua nggak nyaman, ngomong lo gue kayak gini. Cuman..."

Tassia memotong omongan Nico. "Lo boleh ngomong kayak dulu lagi, malah gue lebih nyaman sama dulu."

Nico diam.

Tassia diam.

Lelaki itu terkekeh. Ia menghentikan mobilnya. "Emang dulu lo senyaman apa sama gue?"

Tassia tidak menjawab, padahal ia mendengar jelas pertanyaan Nico. Namun ia menyibukan dirinya membuka sabuk pengaman. Ia cukup kesulitan. Gadis kecil itu melirik ke Nico, berharap bantuan segera datang.

Lelaki dingin itu tersenyum simpul, cukup manis, cukup membuat hati Tassia berdebar lagi.

Nico menjadi semakin dekat.

Tassia menahan napasnya.

"Udah nahan napasnya?" tanya Nico, berhasil membuat Tassia terkejut dan suasana menjadi lebih hening.

Tassia meluruskan pola bernapasnya.

Nico memecahkan keheningan. Lelaki itu keluar dari mobil dan langsung menikmati semilir angin malam di sini. Ya, di tempat sepi hanya beberapa orang saja yang tahu.

Masih tetap sama, banyak lampu tumblr disana yang menggantungkan cahaya kuning tenang. Keindahan malam yang selalu saja bisa membuat siapapun melupakan masalahnya sejenak.

Nico lebih memilih duduk di atas mobil. Gadis manis itu keluar dan menatap Nico. Dalam diamnya ia berkata.

I hope, time will be frozen so that I can feel his smile longer...

Tassia terpaku akan keindahan di atas sini, apalagi dengan adanya Nico. Matanya mengedarkan ke segala arah melihat betapa tenangnya ia disini.

Disini, tempat Nico memperkenalkan dirinya.

Disini, tempat dimana Tassia mengenal Angga.

Disini, tempat Tassia memendam rindu dan mengubur tangis.

Im always fine.

Tidak dirasa, satu tetes air mata mengalir dari sudut mata Tassia yang indah ia mengingat. Betapa bodohnya Tassia saat itu, berbicara sendiri bersama angin malam dan selalu mengucapkan yang tidak seperti hatinya rasakan. Dulu terlalu pahit dan ngilu ketika ia mendengar nama Nico di telinganya. Namun sekarang, lelaki itu sedang duduk di atas mobil memperhatikan Tassia yang masih mematung, seolah ialah penyembuh luka yang dulu ia buat sendiri.

Coldest Senior✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang