Mencintaimu, rasanya sampai larut malam. Sampai mimpi tetap mencinta. Bagaimana bisa aku mencintai dirimu, sampai seperti ini?
-coldest seniorLIMA PULUH TUJUH
❄❄❄Menyisir rambutnya asal kebelakang menggunakan buku buku jarinya, memandang wajahnya di depan cermin. Lebamnya sudah sedikit hilang tapi masih tersisah bekas, alhasil wajahnya bisa jadi pusat perhatian sekolah lagi. Nico mendengus kasar, apa harus ia menutup lukanya ini dengan make up? Masker? Lebay! Tapi jujur Nico sama sekali tidak mau menjadi pusat perhatian lagi, apa lagi di sekolah barunya.
Nico menyampirkan tasnya di salah satu pundak. Ia menatap untuk yang terakhir lebam di wajahnya.
"Nico lama banget anjaaaaay!" teriak Fachri dari luar kamar Nico. Karna peraturan yang Nico buat untuk Fachri, jadinya Fachri tidak bisa masuk ke dalam kamar Nico.
"Sabar!" balas Nico sama kencangnya. Cowok dingin itu sudah selesai dan berjalan untuk keluar kamar. "Sabar apasih jadi orang."
"Lo lama banget."
"Kalau gue lama kenapa lo nggak berangkat duluan aja?"
Fachri malah memamerkan giginya di depan Nico. "Vespa gue lelah, hari ini gue pulang pergi sama lo dulu ya?"
"Nggak." tolak Nico mentah mentah seraya meninggalkan Fachri.
Fachri mengejar ketertinggalannya. "Plis, yaelah sama temen, masa nggak mau nganterin gue dulu ke sekolah terus jemput lagi gitu?"
Nico menghentikan langkahnya. Ia berbalik badan mendapati Fachri dengan wajah memohon. "Lo kalau pulang sama gue, emangnya mau jalan kaki sendiri? Mending bawa vespa lo."
"Lah emangnya lo nggak pulang?"
"Pulang." tinggal Nico lagi menuju pintu utama rumah.
Fachri gemas sendiri, pasalnya belum selesai ia berbicara tapi sudah ditinggal mulu oleh tuan rumah. "Emang lo mau kemana?"
"Gue ada urusan."
"Pasti lo balik kerumah dulu kan?"
Nico mendengus kesal, Fachri tidak mengerti apa itu urusan bagi Nico. "Gue baliknya malem, lo mau nungguin gue jemput di sekolah?"
"Yaelah." runtuk Fachri. "Mau ngapelin Tassia lo ya?"
"Bukan urusan lo." Nico masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Fachri yang masih mengoceh.
Lagi lagi Fachri gemas dengan temannya yang satu ini. Bisa bisanya Nico meninggalkan Fachri yang sedang mengoceh panjang lebar nggak karuhan. Malah Nico masuk ke dalam mobil dan hilang setelah keluar dari pagar rumah.
"Oke Vespa, emang lo doang yang ngertiin gue." Fachri memaksakan semangatnya kepada Vespa antik miliknya.
Nico mengendarai mobilnya dan berhenti tepat di depan kediaman Tassia. Lagi lagi ada Tiar yang sedang duduk di depan pintu, ditemani dengan koran dan secangkir kopi hitam. Tiar melihat Nico sekilas dan tersenyum ramah. Padahal Nico sangat malu ketika wajahnya masih lebam dimana mana tapi ia malah bertemu dengan Tiar.
Cowok dingin itu memarkinkan mobilnya di depan gerbang. Dan turun dari mobil lalu menyapa hangat Tiar di teras sana.
"Pagi, Om." sapa Nico sopan seraya menundukan kepalanya sekejap.
"Oh mau bareng Tassia ya? Sebentar ya Tassianya lagi sarapan."
"Iya om nggak apa apa,"
"Sini masuk." suruh Tiar ramah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior✔
Dla nastolatków[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu bertolak belakang. Tassia menyukai keramaian, heboh dengan dirinya sendiri, selalu punya teman bany...