/40/

1.7K 125 1
                                    

Kehidupan setelah menikah Jesara, tidak ada bedanya dengan hari-hari biasanya. Hanya saja saat ini dia tidak banyak berhubungan dalam artian berbeda dengan Leon. Mereka seperti perlahan merasa nyaman hanya dengan mengobrol ketika bertemu.

Tidak banyak yang mengetahui perihal pernikahan mereka, jadi bisa di bilang wartawan juga tidak mengendus kabar pernikahan mereka. Lain halnya dengan sahabat-sahabat Jesara yang sangat penasaran dengan tingkah Jesara setelah menikah. Karena seingat mereka Jeaara mengatakan tidak menikah tapi akhirnya menikah juga.

Jessica sedang mengerjakan beberapa laporan ketika kakaknya menghubunginya dan meminta perempuan itu datang membawa salad buah.

"By the way, gue mulai mikir kayaknya gue tau kenapa lo nikah" kata Jessica ketika kakinya sudah berada dalam ruang tamu rumah Jesara

Jesara terus saja berjalan tanpa menolah menuju ruang tengah dan duduk di kursi gantungnya lalu membuka bungkusan yang tadi di berikan adiknya

"Pregnant bukan berarti lo harus nikah, Ra" Jessica duduk tanpa dipersilahkan terlebih dahulu, "And this marriage of yours, bukan berarti lo bisa bikin Mama marah"

"Why? Gue suka sama Leon dan ya udah. Kenapa kalian kesannya gak setuju gue nikah sama dia?"

"Because he's not into you, woman" jawab Jessica dengan santai

"I need him, he needs me. Done. Jadi kenapa gue harus menolak lamaran pernikahan dia dari pada menunggu laki-laki yang gak bisa menghargai gue..."

Jessica membenarkan jamnya lalu menatap Jesara, "So, yeah. Apa yang lo cari dari laki-laki kak? His love? his affection? His attention? His maturity? His money? His pride? His dignity? His life?"

"I..."

Jessica memotong ucapan Jesara terlebih dahulu, "Lo masih gak tau kan?"

"Gue belom selesai ngomong, sialan. What do you want, J? Apa lo masih gak terima ada cewek lain yang dapet apa yang dia mau sementara lo masih juga bingung sama apa yang lo mau?"

Jessica menggelengkan kepalanya, "I won't say anything cause you are sister of mine. Tapi Yara, lo seenggaknya harus tau apa yang bikin lo mau bertahan sama satu orang seperti Leon"

"Who are you to judge me?" Kesal Jesara

"Nope. I'm saying this for good. Lo itu gak cocok sama Leon. I can see why. Dan kalian menikah hanya untuk status anak kalian and that's bad. Kalian hanya mengulang kesalahan orang tua kita yang beranggapan anak di luar nikah itu haram dan tidak bisa diterima masyarakat dan ngerusak image keluarga"

Jesara menyuapkan anggur kedalam mulutnya sambil menatap malas adiknya

"You said lo gak bisa menunggu laki-laki yang gak bisa menghargai lo. Let me guess, lo selama ini digantung sama dia?"

"Damn you little sister. Gue menyesal udah terlalu deket sama lo..."

Jessica menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Jadi bener... Mungkin Abi juga capek sama kelakuan lo"

"What is that?" Tanya Jesara dengan tidak terima karena Jessica mengetahui dengan siapa selama ini dia berhubungan, "Are you spying on me?"

"Nebak" jawab Jessica santai, "Lo cuma gak bisa menghargai Abi yang bener. Coba kalo lo setia sama dia dan..."

"Shut your fucking mouth, cunt" bentak Jesara lalu menatap tajam Jessica, "Gue udah berusaha setia sama dia. Tapi dia gak pernah tuh bilang ke orang-orang kalo dia punya gue. He never said he loves me. Dan lo tau apasih tentang gue sama Abi? Don't judge me, slut. Lo sama aja sama gue. Hati lo kemana sekarang? You dumped him before, J? Lebih bego siapa, gue apa lo?"

"Jangan ngomong gitu ke gue. I was wrong dan gue mau memperbaiki diri gue. I'm not running away like you. Pembelaan amat sih bilang nikah sama yang udah siap. Cerai nanti tau rasa"

"Oh you slutty little sister. Mending jangan ikut campur ya sweetheart. I love you but i can hurt you like damn i've ever did to everyone" kata Jesara memperingati adiknya

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang