Leon sudah bekerja sebagai direktur cabang untuk perusahaan Delano. RDY grup membuatnya memegang salah satu real estate lengkap dengan beberapa pusat perbelanjaan dan menjadikannya lelaki yang agak sibuk akhir-akhir ini. Tapi tidak menyurutkan perhatian laki-laki itu dari satu-satunya istri yang dimilikinya di dunia ini.
"You're back..." Sapa Jesara dan menyambut Leon di ruang makan mereka
"Jelas, aku balik..."
"Kay ke kantor aku. He said something about your mother..."
Leon menghentikan pergerakannya dan menyipitkan matanya ketika Jesara mengatakan hal itu, hal selanjutnya yang dilakukan Leon adalah bersedekap dan menatap Jesara seolah bertanya apa saja yang sudah disampaikan Kakanya yang gila itu pada istrinya
"Kamu mau kita buat acara peringatan atau..."
"Jangan bikin permainan keluarga sama aku, Jesara. We both know kalau kita gak butuh yang seperti itu" Leon menyela dengan menyipitkan matanya, "Lagi pula gak ada untungnya buat kamu bikin acara peringatan. Mereka sudah mati dan tidak perlu diistimewakan dengan cara begitu"
"You're right. Tapi aku mau kasih lihat ke tante Laura kalau aku becus mengurus keluarga kita so let's make this happen" ucap Jesara dengan tegas dan menekankan pada kata keluarga hanya agar laki-laki itu tidak salah menanggapinya
Leon menghela nafas lalu memegangi pinggiran meja dengan kesal, "Apa yang Kay bilang jangan kamu dengar. For a while, he would act like he care but he didn't. He doesn't have a fucking damn time for us. Dia sibuk mencari uang dan memojokkan orang-orang. You knew it" Leon melonggarkan dasinya kemudian melanjutkan kalimatnya dengan nada sarkas yang dapat Jesara artikan sebagai kemarahan, "He's your bestfriend afterall"
Perempuan itu menatap dengan seksama kemudian berkata dengan sama sarkasnya pada laki-laki itu, "Aku tau kamu sudah dapat yang kamu mau, Leon. Tapi aku mau kamu tau ini, you won't have any chances to let this marriage off. Setelah aku operasi..."
"Jadi ini semua tentang itu? About that fucking surgery?" Sela Leon.
Ada keheningan yang kemudian membuat mereka diam sampai akhirnya Leon kembali melangkahkan kakinya mendekati gadis itu. Meraih tangan Jesara dan mengecup punggung tangan Jesara yang memandangnya dengan curiga
"Aku yang pilih kamu jadi istri aku. You know why? Karena aku tau kamu bisa menghadapi semua hujatan orang tentang siapa aku. Jesara, i won't let you go that easily..."
"Oh, Me either..."
...
"Haven't been busy lately jadi gue sengaja jalan-jalan begini..."
Fabian menatap Mikail yang mengunjungi kantornya di Phillos siang ini. Laki-laki itu membawa beberapa bungkusan ditangannya dan Fabian yakin Kay memiliki sesuatu yang disembunyikan, "Mau apa lo kesini? Urusan kita kelar semenjak salah satu member kita ada yang mati begitu aja..."
Kay meletakkan bungkusannya ke meja di dekatnya lalu menatap Fabian dengan kekehan sebentar, "Sorry, Bi. Tapi bukan salah gue juga. Oke salah gue..." buru-buru laki-laki itu mengoreksi kalimatnya ketika Fabian menajamkan matanya, "Gue kesini mau kumpul-kumpul sama temen gue. Am i wrong? Mungkin diantara kita ada yang bakal meninggal dalam waktu dekat kan kita gak tau..."
"Dias rencana kapan bunuh diri? Dalam waktu deket gak? Atau lo yang mau ada rencana nekat nyusulin your wild dreams wife?" Tanya Fabian sambil menyandarkan tubuhnya
Melihat tanggapan Fabian yang santai, membuat Kay akhirnya menatap laki-laki itu dengan kesal dan menghela nafas seakan-akan telah memikul beban yang sangat berat
"Oh, let me guess. Nuha? Karena akhirnya lo gak terima buat balikan sama dia?" Fabian menggelengkan kepalanya kemudian berkata kembali, "Sarap sih lo berdua..."
"Beneran lo sama Yara sama aja dinginnya. Heran gue kenapa bisa akur sama kalian..." Gerutu Kay kemudian mendekati meja pria itu, "Lo nikah sama siapa sih, Bi? Gue denger dia sekertaris atau apalah..."
"Hm. Bukan urusan lo. Back to your bussiness deh, Kay. Gue tau lo cerdas but please, Phillos lagi butuh kestabilan which is you..." tunjuknya pada Kay lalu kembali melanjutkan kalimatnya, "Lo yang mimpin kita kan, lo ketua geng"
Kay menghela nafas dan menatap sahabatnya sambil menggelengkan kepalanya, "Bi, gue bilang gue mau menghabiskan banyak waktu sama sahabat-sahabat gue karena gue takut ada yang mati lagi diantara kita kan kita gak tau... Yeah, even lo sama Yara sekarang kayak gini, gue masih pengen kita tetep berhubungan baik..."
"Intinya apa sih, Kay? Dari gelagat lo, lo kayak mau ngomong sesuatu tapi sengaja muter-muter..."
"Gak salah emang lo jadi psikolog" Kay menganggukkan kepalanya kemudian, "Jadi, Bi. Yara mau operasi tumor kecil-kecilan..."
"WHAT?!" Fabian menatap Kay yang sudah berjengit mundur menatapnya dengan bingung, "Wait, maksud lo apaan? Yara bukan manusia jadi gue yakin dia gak mungkin sakit..."
"Faktanya adalah she's human..." Jawab Kay datar dan kemudian meletakkan salah satu tangannya pada dadanya seolah-olah sedang menahan sedih yang amat sangat, "Kasian kan? Tumor, Bi. Don't you think it's cruel?"
Sialan Mikail Delano dan berita yang dibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortuity
ChickLit5 deadly sins of relationship Level 4: Cheating Mature content 18 + Mengandung unsur ena-ena #ygtautauaja Casts: ...