"Pak David sama Pak Sebastian kemana Elle?"
Elle menghela nafas, melirik Caesar yang sedang berjalan kearahnya dan mengedikkan bahu pada salah satu pegawai bawahan David. "Gue sama Caesar pergi dulu ya, Ais"
Aisyah, gadis berkerudung yang mengobrol dengan Elle meninggalkannnya setelah Caesar berdiri di dekat mereka. "Ganti baju dulu apa gue entar? Gak enak juga kalo begini"
"Udah... Berarti nanti ada Pak Fabian dong?"
"Sar, ini tuh orang lagi berduka. Lo masih sempat-sempatnya bahas gituan..." Elle menggelengkan kepalanya
Mereka memasuki lift dan gadis dengan stiletto hitam itu menekan tombol G dan selanjutnya menghela nafas
"Kasihan ya, adiknya Pak David"
Caesar mengangguk menyetujui. "Gue pikir, anak orang kaya hidupnya bahagia selama ini. Gak nyangka aja Inggrita yang sukses dan asistennya Pak Mikail itu ternyata adiknya Pak David. Pantes aja punya hubungan gelap sama Mikail Delano..."
Elle menghela nafas, "Hus. Orangnya baru aja meninggal. Pak David pasti sedih banget..."
"Seems so. Kelihatannya terpukul berat, Pak Sebastian juga" Caesar memainkan jemarinya. Mereka kembali melangkah setelah pintu lift terbuka dan mereka memasuki blok parkir yang cukup luas.
Masuk ke dalam mobil sahabatnya, Elle segera melepaskan stilettonya dan mengganti dengan flatshoes. "Meninggal kenapa katanya? Pendarahan ya?"
"Hm. Katanya gitu. Dan ternyata dia sahabatan sama Jesara Salvia, Nuhasya Rajwani, Julian Salvia, Arjuna Gentala, Albian Singgih, Dias Hugo dan yah itu-itulah, kolongmerat itu... Fix ada Pak Fabian disana..."
"Oh, My God. Perlu lo sebut dia terus? Pak Fabian pasti berduka banget dan gak ada waktu buat notice kita. Pak David aja kayaknya gak bakalan ngeh kita dateng..."
Caesar menggigit bibirnya, "Habis gue penasaran banget. This funeral seems quite, Elle. Dan... Kaget gue kalo Pak Sebastian punya anak sekaliber Inggrita..."
"Kasihan Inggrita. Pasti Bu Anita sedih ya..." ucap Elle pelan memandangi jendelanya yang menampakkan langit mendung
...
London. 27 Jam sebelumnya.
"Fabian..."
Fabian memgernyitkan keningnya. Suara ini familiar di telinganya. Mencoba mendekatkan ponselnya dan berdiri agak jauh dari Jesara yang sedang duduk di dekatnya tadi, "Dallas..."
"Abi... Lo bisa ambil penerbangan paling cepet ke Jakarta sekarang?"
"Kenapa?"
Dallas menghela nafas diujung sambungan telponnya dan Fabian tahu ada yang tidak beres terjadi di belahan bumi yang jauh di tanah kelahirannya, "She's gone. Dan lo harus kesini. Sama anak gue"
Fabian membeku. Pandangannya mematok satu bangunan di depannya dan terdiam cukup lama. "Man, jangan bercanda. Siapa yang pergi?"
Dallas menelan ludah, "Inge meninggal dunia..."
"What?!" Pekik Fabian hampir tanpa suara
Jesara menangkap pergerakkan gelisah Fabian mulai mendekati lelaki itu dengan tidak tenang.
"It's not funny Hugo. What bullshit are you offering me? I won't buy it" Tanya Fabian masih tidak percaya
"Just, come with my daughter. Ambil penerbangan paling cepet. Sorry udah ngerepotin lo tapi gue butuh anak gue buat ngeliat ibunya terakhir kali..."
Ketika sambungan telpon itu terputus, Fabian mengubungi Stefan dan lelaki tua itu segera menjawab panggilannya, "Pa, what's going on there?"
"Inggrita meninggal dunia, Fabian. Beberapa menit yang lalu..." Stefan menghela nafas, "Kamu..."
"Ya, aku perlu penerbangan sekarang Pa. Aku bisa minta asisten aku siapin... Thanks, Pa. Maaf menelpon dengan keadaan kayak gini" masih dengan ketegangannya, Fabian memutus panggilannya dan menatap Jesara yang kebingungan di dekatnya. "Yara..." kemudian menarik perempuan itu ke dalam dekapannya
Jesara yang bingung hanya pasrah dan diam ketika laki-laki itu memeluknya dengan hangat. Mencium puncak kepalanya dan membelai punggungnya dengan pelan, menenangkan. Tapi tidak ketika kata-kata berikutnya yang keluar dari bibir laki-laki itu membuatnya terkejut setengah mati
"Inge meninggal dunia..."
Jesara menarik tubuhnya menjauh. Menegang dan menatap dengan nyalang. "Apa?! Jangan becanda kamu!"
Laki-laki itu memejamkan matanya, menghela nafas dan menenangkan Jesara pelan. "Look, we need to go back. Yara..."
"Stop! Gimana mungkin Inge bisa meninggal?! Are you fucking kidding me?" Mata Jesara sudah mulai berair ketika Fabian menarik kembali perempuan itu dalam pelukannya. "Gimana bisa si kecil itu meninggal?! Mana mungkin?! No, way! Kalian gak bisa jaga dia apa?! Just let go of me! Fabian!"
Tidak melepaskan Jesara yang meronta di dekapannya, Fabian memeluk perempuan itu sampai akhirnya tubuh Jesara bergetar dalam dekapannya. "She's gone. She's gone..."
"What?!" Tanya Jessica tanpa suara, "Baru kemarin dia... Inge... Malia... Gimana sama Malia?" Jesara menangis dalam pelukan prianya. Mengeratkan cengkramannya pada kemeja laki-laki itu.
...
Leon mengangkat telepon di dekatnya kemudian mendengar suara Danny yang sedang menghela nafas berat.
"Hai, Le..."
"Yeah. Ada apa, Dan?" Leon menaikkan satu kakinya ke atas meja kerjanya dan menyeruput kopinya
Danny terdengar lebih lelah dari biasanya, lelaki itu menghela nafas lagi. "Jesara sepertinya akan mengakhiri kontraknya dengan kita dalam jangka waktu dekat"
"Yah, memang kontraknya tidak terlalu panjang sih. Partnernya kan banyak disini. Lagi pula, krunya yang kita kontrak selama enam bulan..."
"Bukan begitu buddy... Jesara sepertinya akan kembali lebih cepat..."
Leon mengerutkan dahinya, "So, why?" Dia sama sekali tidak ada masalah jika Jesara meninggalkannya lebih cepat
Danny kembali menghela nafas dan menelan ludah, "Her bestfriend just passed away..."
"Hm. Aku turut berduka kalau begitu..."
"Tapi dia seseorang yang aku kenal. Aku juga akan berangkat ke Jakarta for a couple days"
"Yeah, take your time..."
"Thank you, man"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fortuity
ChickLit5 deadly sins of relationship Level 4: Cheating Mature content 18 + Mengandung unsur ena-ena #ygtautauaja Casts: ...