/28/

1.8K 127 3
                                    

"Eh, halo..." Leon berkata dengan ragu kepada seseorang yang mengangkat panggilannya

"Ya?"

Leon berpikir dengan ragu kemudian menutup kembali panggilan itu. Dan lalu menatap bayangan dirinya di depan cermin. "Sadarlah, Leon. Apa yang baru saja kamu lakukan... Come! Bring your ass out of here"

Kemudian diirinya keluar dari restroom dan menuju ke dalam salah satu ruangan vvip di restaurant langgangan keluarganya.

Jesara menatap Leon dan melirik ke arah dasinya kemudian kembali menatap piringnya yang sudah lumayan cukup bersih karena sedari tadi dia hanya makan dengan tidak tenang

Di depan mereka sudah ada Laura, Arthur, Oktavia dan Christian menatap mereka dengan tajam dan menginginkan penjelasan

"Kami akan menikah dengan atau tanpa restu dari kalian..." kata Jesara lalu memotong beberapa sayuran dan disuapkan ke mulutnya

Laura yang terkejut lantas menatap marah pada Leon, "Apa yang kamu lakukan, Leon?"

"Kan aku sudah bilang, aku kenal Jesara sejak di London dan aku pikir kami..." Leon menyadari sikutan pada lengannya lalu melanjutkan kembali kata-katanya, "Menurut kami, kami cocok... Dan lagi pula kami memang sudah waktunya untuk menikah"

Arthur yang sebenarnya sama sekali tidak mempermasalahkan alasan kenapa anaknya ingin menikah dengan keponakannya hanya bisa tersenyum

"Arthur!" Panggil Laura sambil menoleh pada laki-laki yang sudah menatapnya dengan bingung, "Ngomong sesuatu dong...!"

"Apa? Kan bagus menghindari zinah..."

Kedua anak muda di depan mereka menelan ludah mendengar ucapan Arthur, apa jadinya kalau mereka mengatakan akan menikah karena Jesara hamil

Leon sudah meminta pada Jesara untuk tidak mengatakan pada para orang tua kalau dirinya hamil. Karena sudah jelas mereka akan menentang segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan mereka

"Bagaimana sih ceritanya kalian bersama? Tidak ada perempuan lain apa? Kamu juga Jesara?!" Omel Clarissa dan memijit keningnya

"Apasih, Ma? Aku mau nikah masa gak boleh? Pah... Gimana sih? Kemarin kata Mama boleh..."

Christian menghela nafas kemudian memandanga Arthur. "Aku sebenarnya tidak ada masalah tapi..." kemudian melirik Clarissa dan Laura yang tampak tak setuju dengan pilihan kedua anak itu, "Kapan rencana kalian menikah?"

"Apa?! Kamu ngijinin mereka?! Enak aja!" Bentak Laura pada adiknya

Crhistian yang merasa tidak terima diperlakukan seperti itu lalu menyerang kembali kakaknya dengan kata-kata yang sama pedasnya, "Hakmu apasih Laura? Mereka yang menikah dan menjalani kehidupannya bukan kamu. Tolong ingat sedikit perbuatanmu ya. Lagi pula aku ini kepala keluargaku sendiri. Kalau kamu mau ikut campur, urusi Leon saja sama suamimu"

Laura menatap Arthur sampai Arthur menghela nafas dan akhirnya berkata, "Ini urusan mereka Laura, apa salahnya memberi izin anak yang memiliki niat tulus..."

"Tulus kamu bilang? Aku yakin mereka punya tujuan lain di balik tampang mereka. Lihat saja..." potong Clarissa sambil menatap Jesara dan Leon bergantian

"Kalau kalian menikah, tidak ada kami, tidak ada acara megah yang kami buat, tidak ada resepsi atau semua bantuan dan..."

"Laura!" Bentak Arthur kemudian menatap tajam istrinya untuk memberikan sedikit penekanan pada perempuan itu, "Sudah... Kalau kalian menikah, menikah saja... Papa sangat berterima kasih karena sudah memberi tahukan niat baik kalian ke kami..."

"Apa kalian mau bertunangan dulu?" Tanya Christian

Masih tidak terima, Laura dan Clarissa berusaha bicara hanya saja mereka selalu berhasil di tahan dengan decakan suami mereka masing-masing

Leon yang merasa tenang tersenyum lalu menjelaskan dengan tenang kepada dua laki-laki di depannya, "Kami rasa kami akan menikah sederhana, kami sudah menyiapkan semuanya beberapa bulan ini. Jesara sudah pesan gaun dari Monique siapalah itu..."

Christian mengangguk, "Pantas lama di London..."

"Pantas Leon mau pulang..."

"Entah kenapa aku mencium kebohongan disini.." komentar Laura

"Kalian bisa tanya Dany atau teman-teman Jesara..." kata Leon meyakinkan

Jesara yang dari tadi hanya diam kemudian bangkit berdiri dan memberikan senyum setulus mungkin, "Sudah, kan? Kalau begitu minggu depan ya kalau ada waktu kosong. Ayo Leon..." dan meninggalkan semua orang menuju parkiran karena dirinya merasa begitu pusing untuk tetap duduk dan mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari Laura ataupun Clarissa

Leon berpamitan dan mendengar kekehan dari Crhistian maupun Arthur. Mereka tampak tidak terganggu dengan sikap Jesara. Dia menyusul gadis itu dan menemukan Jesara sudah memejamkan matanya di kursi penumpang sementara supir mereka menunggu dengan tenang

Jesara berdehem pelan sampai Leon menariknya hingga bersandar pada dada bidang laki-laki itu dan Leon berkata pelan, "Kamu cuti saja sampai beberapa bulan..."

"Jangan peduli-peduli amat sama aku Leon..."

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang