/21/

2.3K 149 2
                                    

Leon menatap kakaknya yang sedang berbicara di telepon entah dengan siapa menyebutkan nama seseorang dengan berbunga-bunga. Kemudian melangkah mendekati ayahnya dan mulai berbicara, "How long he's been like this?"

Arthur menyentuh dagunya seolah berpikir, "A month maybe"

"And you let him become like this?" Tanya Leon sambil menujuk Kay yang sedang tertawa pelan

"Hm... Yeah, gak sengaja sih. Tapi mau diapain lagi kan, ya? Daripada nangis teriak-teriak. Pop kan gak tega..." ucpa Arthur dan memberikan sedikit nada sedih diakhir penjelasannya

Leon menjaga jarak pada Ayahnya, sampai akhirnya dia berteriak cukup kencang, "Stop!" Kemudian memandang ayahnya dengan sedikit seram ketika laki-laki tua itu hampir saja memeluknya, "Aku sudah datang, ya. Tidak ada acara ramah tamah seperti itu. Okay? Aku disini sampai si..." lalu menunjuk Kay dengan sengaja, "Sampai dia waras"

"Ah, Marvellino. Kenapa kamu kejam sekali sama Pop? Kamu kan sudah lama tidak Pop..."

"Ieuh. Enough already" potong Leon dengan cepat lalu berjalan menghampiri kakaknya

Kay, sedang sibuk bergumam sampai dia melihat Leon datang dan menepuk bahunya cukup kencang, "You, came!" Girangnya lalu memeluk Leon yang mati-matian berusaha melepaskan dirinya dari cengkramannya

"Ya. Ya what happened? Kenapa kau kehilangan setengah, ouh seperdelapan otakmu begini?" Katanya sambil mengingat-ingat kapan terakhir kali dirinya bertemu Kay

"I'm getting married, bro!"

Baik Leon maupun Arthur sama-sama menepuk kening mereka lalu berpandangan satu sama lain. Leon akhirnya mengambil jarak yang cukup dekat dengan kakaknya sehingga laki-laki itu menatapnya dengan serius

"Dengar. Sinting. Kalau ini bagian dari rencanamu untuk membuat aku tinggal disini, akan kupastikan kau menyesal" kata Leon setengah berbisik dan menatap tajam Kay

"Anything to bring you home. Plus... She will marry me. Kau adikku..." kata Kay lalu menyentuh pundak adiknya, "Kau juga akan menikah, kan?"

Leon menggelengkan kepalanya, "Kau pasti jadi gila lagi kalau tau siapa yang akan aku nikahi" gumamnya sambil melepaskan diri dari Kay yang sudah menaik-naikkan alisnya pertanda bahagia

...

Jesara menunggu Leon dengan bermalas-malasan di rumahnya sendiri. Bukan rumah orang tuanya, melainkan salah satu rumah mewah yang ia beli dari artis cantik yang sedang hamil muda dan membutuhkan uang untuk melarikan diri keluar negeri agar kehamilannya tidak diketahui publik. Yah, hitung-hitung membantu sesama dan Jesara berharap dia tidak perlu menikah ataupun melahirkan anak karena itu adalah hal paling terakhir yang dia inginkan saat ini. Tentu saja hal pertama yang dia inginkan adalah melihat wajah Leon. Lalu kemudian memaki laki-laki yang berada 3 tahun dibawahnya itu, barulah mendengar penjelasan yang ditawarkan Leon padanya.

"Mbak Yara..." panggil salah satu asisten rumah tangga Jesara dan gadis itu berbalik menatap asistennya, "Ada Mas Leon di depan"

"Ya suruh masuk ajalah. Bilang ditungguin dari tadi..." ketusnya lalu art itu keluar dari ruangannya. "Gitu aja pake laporan segala. Heran deh ART jaman sekarang. Kebanyakan kursus kilat tuh, pada lemot semua!"

"Nikah sama aku kamu bisa dapet butler kamu sendiri sebanyak apapun yang kamu mau..." ucap Leon yang tiba-tiba sudah mengambil duduk tepat di sebelahnya, tak lupa mengalungkan satu lengannya pada Jesara dan mendaratkan kecupan singkatnya di pipi wanita itu

Jesara menjauhkan Leon dari dirinya kemudian berteriak kasar, "I'm not on my mood right now so stop that disgusting attitude"

Leon mengangguk dan mengangkat kedua tangannya lalu duduk di kursi yang berbeda dengan Jesara, "My bad. Sorry. Jadi, Jesara..."

"Enough with bullshit Leon. Ayo cepat mau bilang apa?"

"Kamu sudah putus dengan Fabian, kan?"

Jesara memutar bola matanya, "Menurut kamu bagaimana kelihatannya?"

"Oke" Leon tertawa sesaat sampai akhirnya dia kembali dalam mode seriusnya untuk meyakinkan Jesara. "Aku tau kamu cukup pintar, Jesara. Kamu tau kan kalau Fabian tidak pernah mengatakan pada siapapun kalau dia mau menikahi kamu?"

"Ya?" Jesara tampak tidak tertarik dengan obrolan yang ditawarkan Leon

Berbanding terbalik dengan Leon yang sudah sangat antusias dengan tawarannya, "Marry me instead. Mau atau tidak, kamu juga tidak boleh menggugurkan anak aku. Kasihan dia. Memangnya kamu mau dicekik di surga sana sama anak kamu yang kamu bunuh? Yah, kalau ketemu sih..."

"Please, Leon. Tidak mungkin ada adegan kekerasan di Surga..." ucap Jesara malas

"Oh peduli setanlah. Ayo kita menikah saja. Aku muak dengan ibu tiriku, yah dia tantemu sih. Tapi yang aku dengar, kamu bermusuhan dengan Mama kamu"

Jesara mendelik hebat kearah Leon, "Yah, tapi bukan begitu caranya Leon..."

"Dengar ya Jesara. Kalau kamu mau membuat Mama kamu marah, Papa kamu tidak atur-atur hidup kamu, dan Fabian cemburu. Kamu harus menikah..." Leon menghentikan ucapannya ketika melihat Jesara semakin marah padanya

"Kamu ketularan gila kakak kamu, ya?"

"Shit, Jesara. Jangan sebut si sinting itu ya. Maksud aku, aku benar-benar orang yang pas yang bisa membuat mereka marah..."

"Punya maksud lain ya Marvellino?" Tuduh Jesara

"Yah, ada motif dibalik semua ini tapi percayalah. Kita menikah sebentar saja. Sampai, sampai kapan kamu mau..."

"Deal"

Marvellino terdiam mendengar jawaban datar Jesara, dan menatap perempuan itu dengan bertanya

"Oh, bukan Leon. Aku cuma kepikiran sama artis yang aku beli rumahnya ini. Dia juga hamil tapi si laki-laki malah memilih menikah dengan wanita lain..."

Leon menyandarkan dirinya, "Apa?"

"Aku tidak mau ya ikut prosedur aborsi. Menyakitkan tau? Dan kalau sampai Papa tau aku aborsi dan ternyata hamil anak kamu, semakin ilfeel dia sama aku. Mending begini kan, ya?"

"Ya, ampun. Aku benar-benar mengencani seorang iblis ternyata..." gumam Leon kepada dirinya sendiri

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang