Leon baru saja memberikan beberapa vitamin pada Jesara yang sibuk di taman belakang bermain dengan kolam ikannya. Wanita itu bahkan sudah beberapa kali menyuruh Leon mondar-mandir lantai atas untuk mengambilkannya sesuatu
Jesara hanya senang memperalat Leon karena akhir-akhir ini laki-laki itu tidak ada kerjaan dan memilih menemaninya dirumah. Mereka baru saja akan pergi keluar ketika Laura datang membawa sebuah proposal di tangannya
"Duduk saja, kalian anak muda" ucap Laura lalu duduk di sofa panjang agak jauh dari Leon dan Jesara
"Siapa juga yang mau berdiri..." gerutu Leon, "Dan ada apa kemari?"
"Makam Ibu kamu..." Laura mendesah kemudian menatap raut wajah tidak suka Leon padanya, "Okay, jujur saja Jesara tante kecewa sama kamu karena kamu menikahi anak ini. Tante bilang sama dia, dia boleh memindahkan makam ibu kandungnya itu kalau dia sudah menikah dan kamu malah mempermulus jalannya Leon..."
Jesara tidak menggubris perkataan Laura lalu duduk dengan posisi menghadap kolam ikan karena terlalu malas menatap Laura
"Kenapa makam kakak saya tidak dipindahkan juga?" Tanya Leon kemudian mengingat dua orang kakaknya yang meninggal
"Arthur wants to keep them"
Leon mengangguk kemudian, "Jadi dia mau keep anaknya tapi membuang mantan istrinya? Ya, ampun. Menyedihkan sekali"
"Kay yang akan bantu kamu. Ya, aku sudah bilang sih jangan bantu anak tidak tau diri seperti kamu tapi kenapa dia masih keras kepala juga. Jadi, Leon. Jangan racuni otak anak saya sama kata-kata kamu..."
Leon dan Jesara menoleh bersamaan, dan kemudian berkata pelan, "Memang anaknya sudah waras apa?"
Leon mengedikkan bahunya dan berbisik pada Jesara, "Mungkin. Kay kan sudah gak waras dari dulu"
"I hear you, children" tegur Laura
"Iya, kan? Masa dia naksir sama adik aku tante. Mereka kan saudaraan" kata Jesara dan kemudian tertawa penuh arti
Laura tahu kalau dia berlama-lama disini, akan berakhir dengan pengusiran Leon dan mengadukannya pada Arthur atas apa yang dia perbuat.
"Anda bisa saja memiliki lubang kubur di kompleks pemakaman itu, tante. Tapi aku sudah bilang kan kalau akan membuat kuburan itu jadi milikmu dan anakmu secepatnya?"
"Oh..." Laura tertawa lagi, "Kamu mau apakan Kay? Dia jauh lebih pintar dan berkuasa dibanding kamu Leon"
Jesara menguap kemudian berkata menanggapi Laura, "Tapi Kay masih suka halusinasi kan, tante? He stole my beloved one, dia ngerusak pernikahan orang tante..."
Leon mengangguk, "Persis seseorang. Aku tidak menyangka kalau sifat itu menurun mengikuti darah..."
"Itu bakat alami, Leon. Kita harus hati-hati sama orang kayak gitu..."
Laura mengepalkan tangannya tak mempedulikan ucapan kedua anak itu lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka
"Gila. Bisa darah tinggi aku lama-lama ngadepin tante Laura" komentar Jesara dan menghela nafas, "Kamu ada masalah apa sama dia? Kenapa bawa-bawa makam segala?"
Leon mengedikkan bahu dan melihat surat-surat kepemilikkan lahan makam yang baru saja Laura berikan padanya, "My mom. Yang aku pernah bilang. So, yeah perempuan bodoh yang sudah meninggal itu ibu kandungku Jesara. Dan Laura bilang aku belum bisa menjadi Delano kalau aku belum menikah..."
"Jadi supaya tante tetap bisa mengontrol kamu pakai keluarga kita?"
Leon mengangguk, "Exactly. Makanya aku langsung memilih kamu menikah sama aku..."
"Yah, aku strong sih kalau buat membalas mereka. Lagi pula tante Laura sudah gak pernah bermulut manis sama aku dari dulu..."
Leon memandang Jesara dengan tatapan bingung, "So kenapa kamu sama mereka tidak akur?"
"Euh, mungkin karena aku ini bukan anak yang Clarissa inginkan..."
"Maksud kamu?" Leon bertanya sekali lagi
Jesara menghela nafas kemudian terdiam beberapa lama, "Anak kandung Clarissa itu meninggal lalu aku sempat ditukar dulu. And she find out dan benci sama aku. Just like drama but yeah, it's true"
"Tapi Christian sayang sama kamu seperti anaknya sendiri..."
"Because he is a kind person, Leon. Dallas sama Dias saja disayang banget sama Papa. He is a good person. Dan aku heran kenapa Papa bisa bertahan sama Mama"
Leon mengambil jarak cukup dekat dengan Jesara, "Mungkin, mungkin karena kalian membutuhkan sosok seorang ibu"
"Well, i don't karena Clarissa selalu benci sama aku... Aku dulu terobsesi pengen jadi anaknya, so i played that game. Kamu tau kan?"
Leon mengangguk karena Jesara memang sudah menceritakan mengenai permainannya setelah permainan itu berakhir beberapa minggu lalu.
"I was obsessed. Tapi waktu aku kenal Inge. Aku tau kalau i was nothing. Inge sama Dallas punya lebih banyak masalah dibanding aku. So, yeah tapi mereka begitu..."
"So tell me why you want to settle with me? Mau tebus kesalahan kamu atau..."
Jesara menyela ucapan pria itu kemudian berkata dengan pasti, "Aku cuma gak mau anak ini bernasib sama seperti Jevlyn, seperti Malia, seperti anaknya Nuha. Dan aku maunya kalau dia lahir nanti dia bisa lihat seberapa kita berusaha buat dia..."
"Tapi kita kan, you know what i mean..."
Jesara mengangguk kemudian, "But yeah Leon, kita berbeda dari mereka. Maksud aku, kita sama-sama tau kalau kita gak butuh menikah seperti ini jadi kita menikah tanpa terikat..."
"Oh, iya. Kita menganggap santai pernikahan ini itu kan yang kamu maksud?"
"Exactly. Kita bukan menganggap pernikahan ini beban jadi itu yang bikin aku gak keberatan waktu kamu ngajak nikah..."
Mereka tertawa kemudian Leon mengangguk, "Tapi kalau aku nanti date with other girls..."
"I'll let you karena kita menikah tidak untuk membebani masing-masing kan? Asal nanti kalau anak ini sudah lahir mending kamu jaga sikap aja..."
Leon mengernyitkan keningnya, "I don't understand you woman..."
"Trust me, me neither"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortuity
ChickLit5 deadly sins of relationship Level 4: Cheating Mature content 18 + Mengandung unsur ena-ena #ygtautauaja Casts: ...