/76/

1.4K 120 17
                                    

"Hey, Fabian..."

Fabian menoleh ketika Leon memanggil namanya, sesaat kemudian kembali berkutat dengan proposal yang dibawa laki-laki itu padanya

"Aku tahu istri kamu dan istri kamu tahu aku" Leon menunggu beberapa saat berharap Fabian merespon, namun sayangnya laki-laki itu sama sekali tidak menanggapinya, "Dan aku yakin kamu tau apa yang terjadi antara aku dan istri kamu"

"Hm..."

"It's a swing, isn't it?"

Fabian menganggukkan kepalanya dan kemudian berkata tanpa melepas pandangannya dari proposal didepannya, "Karena aku pikir aku mau menikmati istri kamu, in return i give you my wife. Adil kan, Marvelino?"

Leon menggelengkan kepalanya tidak menyangkan ada manusia seperti Fabian dengan pola pikir sangat berbeda dari biasanya "Kapan mau lepas Elle, Fabian?"

"Mimpi terus, Leon. Proposal kamu masih banyak yang harus di perbaiki" kemudian laki-laki itu beralih menatap laptopnya

"Kamu tau kan kalau keluarga kamu tidak suka sama dia?"

"Kamu pikir kamu bisa dapat dia dengan keadaan kamu?"

"Aku artis, tau? Tau pasti. Aku bisa bawa Elle pergi, sayangnya si tua bangka itu bilang dia istri kamu. Apa-apaan..."

Fabian menutup laptopnya, memandang santai Leon yang sudah menatapnya tajam, "Memang, karena calon istri aku melarikan diri waktu itu. Dan Elle hamil, jadi aku nikahi saja. Tidak rugi juga"

"Lucu" kata Leon lalu mendengus, menghempaskan dirinya ke sandaran kursi, "Elle tidak hamil Fabian"

"Belum. Tapi akan... Dan itu anak aku, jadi kamu silahkan jauh-jauh"

"Jadi kamu benar-benar mau mengurung dia ya?"

Fabian mengedikkan bahu, "Ide bagus" lalu pria itu memikirkan bagaimana cara mengurung istrinya dengan tanpa membuat perempuan itu curiga

Leon mendengus sekali lagi dan memutar-mutar dirinya di kursi kerjanya, "Kalau Elle melahirkan, bagaimana?"

"Belum aku pikirkan"

"Jesara?"

"Kamu dan dia kapan bercerai? Akan aku pertimbangkan kalau misalnya Elle tidak jadi hamil"

Leon menatap menyelidik, menyipitkan matanya lalu menghela nafas, "I see, kenapa sampai sekarang Elle masih begitu. You haven't touch her yet. Dan kamu selalu kasih pil itu kan?"

Fabian mengangguk, "Ya? Why? Tau juga kamu" kemudian dia terkekeh

"Tapi aku tetap akan mempertahankan Jesara. Sorry but, yeah. Thanks for your wife"

"It's okay. Yara akan selalu tau jalan pulangnya. Hanya jangan menyesal kalau nanti menemukan Elle menangis-nangis di depan rumah laki-laki ini" tunjuk Fabian pada dirinya sendiri

Leon menggertakan giginya ketika Fabian meninggalkannya di ruangan itu. Bagaimana mungkin seorang Fabian Wijaya bisa bersikap sangat brengsek hanya untuk seorang perempuan. Leon semakin tidak menyukai kemana semua ini mengarah.

Sementara Fabian sudah menerima ratusan pesan masuk ke dalam ponselnya dan mengerutkan keningnya ketika membaca pesan yang tertera pada layarnya

Ketika akhirnya dia memasuki mobilnya, Fabian sekali lagi memperjelas tampilan layarnya dan menggumamkan kata-kata yang tertera pada layar benda pipih itu

Pada sambungan ketiga, Fabian tidak bisa tidak berteriak ketika Jesara mengangkat panggilannya setelah sebelumnya mereject panggilan itu berkali-kali

"What are you thinking you're doing to me?!" Fabian berteriak dan tidak memedulikan supirnya yang meliriknya dari spion kaca

"Hell freaking me out, Bi. Apa kamu harus teriak-teriak begitu?!"

"Ngapain kamu mabuk-mabukkan di tempat Dias dan kamu habis berantem disana Yara?"

"Leon yang harusnya marah sama aku, Bi. Kenapa jadi kamu? Who are you? Kamu harusnya perhatian sama Elle. That woman, i slap her until she fell down. Dan daritangga, Bi. Maksud aku, dia istri kamu kan... Kamu harusnya khawatir sama dia"

"Know what Yara? I don't give any seconds in my life worrying about other woman but you. Kamu satu-satunya yang aku tahu di dunia ini..."

"Bi, please. Aku mau berhenti jadi slut yang mencintai suami orang yang idiot..."

"..."

"I Love you, Bi. But this horrible things we made... I can't stand it anymore"

Fabian menutup dengan kasar teleponnya dan kemudian menggeram, "Pak, ke kemang"

"Kemang?"

"Iya, kemang. Jemput Yara"

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang