/58/

1.4K 124 14
                                    

"I believe they had a meeting right now..."

"Siapa?"

"Leon..."

"Sama siapa?"

"Istri aku"

"Hah?"

"..."

"What's your plan, Bi?"

"Nothing"

"Terus maksud kamu apa mereka ketemu?"

Fabian memutar tubuhnya untuk melihat Jesara yang sudah menatapnya dengan bingung, "I said meeting. Mungkin urusan pekerjaan. Leon hired staff from Diva's. Karena kebetulan David yang handle jadi mereka pasti akan sering ketemu..."

"Jelas sekali meeting kamu dan meeting aku beda. And the first meeting you'd mentioned was not what i'm thinking about..."

Fabian tersenyum. Baru saja dia akan bicara, ibunya masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk sama sekali dan melirik ke arah Jesara

"Mama gak tau, kata-kata sibuk kamu justru sibuk sama jalang satu ini..."

Jesara menaikkan satu alisnya, "God, if i am a whore, then what is your daughter in law madam..."

Oktavia hanya menaikkan satu sudut bibirnya dan kembali berkata pada Fabian, "Sayang, Mama ada perlu sama kamu..."

"Mama lagi baik sama aku? Papa minta mama bicara? Clearly got your point since your first step to my room, Mom. Aku masih menikah sama Elle dan aku sama Yara cuma temen..."

Jesara menambahkan dengan sedikit menaikkan volume suaranya, "Indeed... Lagian yah tante, saya punya kriteria sendiri untuk laki-laki yang akan saya jadikan selingkuhan. Unlike you..."

Oktavian hanya berdehem kemudian, "Sekalian saja. Mama mau kamu cerai kalau memang kamu masih menikah sama Elle dan kamu masih berteman sama perempuan ini. Mama pilihkan calon yang benar buat kamu..." Kemudian dia menyerahkan beberapa lembar surat ke arah putranya dan kembali berkata, "Siap bercerai Fabian. Well, dua bulan lagi. Jangan lama-lama. Kamu gak mau calon besan Mama kecewa kan? Mereka udah terlalu marah karena kamu menikah. I said to them kalau kamu cuma menikah karena paksaan kalau perempuan itu pura-pura hamil dan mereka ok..."

"You said what?" Tanya Fabian pada ibunya kemudian berdiri dari duduknya, "Enough, Ma. Aku masih tidak akan menandatangani surat itu kecuali Elle sendiri yang meminta..."

"Aku pikir sebentar lagi istri kamu bakal bilang dia mau cerai. Karena yah, you're just too crazy for her..." Jesara menyela kemudian memandang Oktavia, "Jelas sekali menyedihkannya istri Stefan Wijaya ini. Aku tahu tante sama sekali gak punya calon besan because you're just too busy being a slut... Coba aja om Stefan gak menikah sama tante ya? Gelandangan mungkin keluarga tante sekarang..."

"Well, kalau kamu masih mau adu mulut sama saya, ayo kita bicarakan keluarga kamu juga Jesara..."

"Berhenti kalian berdua. Tidak ada perempuan yang boleh bertengkar di ruangan aku. Dan kalian berisik sekali. Oh, God. Woman. Bisa sekali kalian akur?"

Oktavia dan Jesara mendecih bersamaan. Mereka benar-benar tidak merasa nyaman berada di ruangan yang sama. Terlebih Jesara yang sudah akan muntab dengan kelakuan Oktavia. Menurutnya, ibunya dan perempuan ini sama saja.

"Kalau tante berniat membuat Fabian dan Elle bercerai. Saya yang akan menggantikan Elle. Bagus kan tante? Thank you loh sudah menyingkirkan menantu tante yang gak berguna itu..."

"Nah, saya sama sekali gak memasukkan kamu ke dalam daftar calon menantu saya, Jesara. We need to choose the best out the best but you. Saya kasihan sama Laura, punya menantu seperti kamu"

"Saya pikir tante tahu dong, tante Laura bukan mertua saya? Dia bukan ibunya Leon, loh tante..." Sahut Jesara dengan santainya memandang perempuan itu penuh kemenangan

Oktavia menyipitkan matanya lalu memandang Fabian kemudian, "Two months. Mama tunggu dua bulan ini..." Lalu meninggalkan ruangan putranya dan membuat Jesara mendengus

"See that coming? Aku bahkan gak ngerti kenapa kamu panggil wanita itu, Mama..."

"Karena dia memang ibu aku, Ya"

"Terserah apa kata kamu..."

"Berarti aku cuma punya waktu satu bulan buat mendapatkan kamu lagi"

Jesara sudah akan protes ketika akhirnya Fabian melingkarkan lengannya ke pinggul perempuan itu dengan posesif dan mencium tengkuknya, "Kenapa kita gak bercinta di sini?"

Fabian menggelengkan kepalanya lalu menjawab setelah mencium bibir Jesara, "Kamu tau kenapa aku gak pernah tidur sama kamu?"

"Hm?" Kali ini giliran Jesara yang mencium laki-laki itu dengen lembut dan meninggalkan bekasnya sebanyak mungkin di leher jenjang pria itu

"Karena kamu yang terakhir, Yara. Satu-satunya dan perempuan terakhir..."

Jesara tersenyum kemudian mengecup kilat bibir pria itu dan berkata lembut, "Man, I love you too"

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang