/60/

1.4K 125 9
                                    

"Mereka pergi makan malam, katanya satu geng..." Jelas Elle ketika menemukan Leon berada di salah satu meja restaurant dengan mengenakan kemeja hitam yang membuat laki-laki itu menarik banyak perhatian, "Hallo. Maaf terlambat, saya..."

"Kamu terlambat, sayang. It's okay. Aku mengerti..." Leon tersenyum kemudian mempersilahkan Elle duduk di hadapannya

"Maaf... Saya... Aku... Ah. Do we have to do this?"

"Iya, kalau kamu mau menyiksa Fabian di pernikahan ini..."

Elle menarik kain di sebelahnya lalu meletakkannya di pangkuannya, "Bukannya ini berarti menuruti maunya Pak Fabian?"

"Nah, karena itu aku mau kamu melakukan sesuatu sayang..."

Elle memandangi Leon dengan lekat-lekat karena laki-laki itu sudah tersenyum seolah-olah memiliki rencana dengan pasti. "Aku punya teman. He's one of the best drummer i've ever know. Tenang aja dia aslinya gay, but nobody knows. Jadi kamu dan dia akan berkencan sebelum kita benar-benar memulai kencan kita"

"Apa?" Tanya Elle masih dengan kebingungannya.

"Dia datang. Aku panggil khusus untuk rencana kita. Jadi yang harus kamu lakukan adalah, menjadi lebih perhatian ke Fabian dan menjadi lebih cantik. Tentu saja sudah cantik tapi kita perlu tambahkan kesan kalem dan menggoda..."

"You sound exactly like Caesar right now..." Puji Elle kemudian tersenyum dengan sinis pada laki-laki itu

"Shall we begin with a glass of wine?"

...

Keesokkan harinya, Elle terlihat sedang menyiapkan pakaian suaminya dengan sedikit bersenandung. Asisten pelayannya membantu dengan menyiapkan sepatu yang akan dipakai laki-laki itu lalu menaruhnya di kamar milik Fabian.

Elle menyibakkan tirai yang menjulang dan mendapati Fabian sedang tertidur dengan menghadap jendela. Akhirnya dia mendekat dan memandang dengan jarak yang cukup dekat

Melihat Fabian yang cukup tenang dalam tidurnya, Elle mengulurkan tangannya untuk membelai rambut laki-laki itu.

Fabian sempat merasa tidak nyaman namun akhirnya kembali terlelap dan Elle masih tidak melepaskan belaiannya. Sesekali dia bersenandung dan raut wajah Fabian menjadi lebih tenang.

"Kalau begini, bapak gak kelihatan serem sama sekali..." Lalu dia menghela nafas dan menjauhkan tangannya.

Baru saja Elle akan beranjak pergi, tangan Fabian menahannya dan laki-laki itu menatapnya, "Kamu menikmatinya?"

Elle yang salah tingkah dan bingung mau berbuat apa hanya menahan nafas

Fabian sudah bangkit dari tidurnya dan duduk berhadapan dengan Elle, "Kamu bisa biru lama-lama kalo masih tahan nafas, Elle..." Kemudian laki-laki itu menyisir halus rambut Elle dengan jemarinya, "Kamu mau pindah ke kamar ini?"

Elle yang sudah berhasil mengendalikan dirinya kemudian menjauhkan tubuhnya. Hampir saja dia terjungkal ke belakang jika saja Fabian tidak berhasil menangkapnya, "Euh, eh. Saya habis siapkan keperluan Bapak... Saya harus pergi..."

"Kantor kamu baru buka jam delapan Elle, dan otoritas kamu bisa datang jam 10. Karena kebetulan David sedang liburan sama keluarganya, kamu tidak harus datang pagi-pagi..."

Elle berusaha melepaskan Fabian yang sudah mengurungnya, "Eh, eh... Eh Pak, tapi..."

Kemudian Fabian mengikuti arah pandang Elle menuju pintu kamarnya. Dua orang pelayannya sedang tersenyum memandangi mereka berdua dan Fabian terkekeh karenanya, "Begini, nyonya sepertinya sudah gak mual deket saya ya? Bisa tolong ditinggal berdua?"

Kedua pelayan itu mengangguk dan memberikan ruang kepada mereka berdua.

Kembali, Elle merasa tidak nyaman diperlakukan benar-benar seperti wanita hamil padahal sebenarnya tidak. "Sampai kapan anda mau membohongi semua orang tentang kehamilan ini?"

"Sampai bosan..."

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang