/47/

1.4K 129 1
                                    

Sebuah undangan dengan kertas cantik berwarna biru muda bertengger di meja kerja Jesara dengan tidak kalah mengejutkannya dengan laki-laki yang mengantarnya

"Apa ini?"

Laki-laki itu adalah Fabian Wijaya yang sedang mengisi waktu luangnya untuk mengantarkan beberapa kartu undangan resepsinya pada sahabatnya

"Abi... Kamu mau balas aku bukan begini caranya"

"Gimana? Menikah sama adik sahabat aku? Jessica bukannya lagi ngejer Juna ya?" Fabian kemudian bersedekap di hadapan Jesara dan tersenyum, "Please, come. Kamu harus liat calon istri aku..."

"Dia perempuan yang kamu bawa ke resepsi aku?"

Fabian menggeleng kemudian berkata kembali dengan tenang, "Oh, ini beda orang Yara. Orangnya sederhana banget dan yang pasti gak bakalan habisin duit 200 juta cuma buat beli tas sama sepatu..."

"Kamu kawin sama orang miskin? Anak pak ustad? Apa orang kampung yang gak tau fashion?" Berondong Jesara yang tidak terima dengan sindiran Fabian

"Ibu dari anak aku, benernya gitu. Dia lagi hamil jadi tolong jangan kasar-kasar nanti sama istri aku..."

Melihat Fabian yang dengan santainya berkata begitu membuat Jesara menyipitkan matanya, "How far is she?"

"Let's say, it's a secret. Come, dan kamu lihat sendiri betapa adorablenya perempuan yang aku nikahi"

"Kamu bukan Abi, ya? Abi gak mungkin bikin anak orang bunting dulu baru dikawinin"

"Kamu pikir aku anak yang hidup di jaman apa Yara?"

Jesara kembali menyipitkan matanya lalu membuka undangan itu, "Kamu gila, Bi. Fix. Kamu itu bukan manusia pada umumnya. Kamu apakan dia sampe mau nikah sama kamu?"

"Dipaksa dikit doang... Lumayan juga kan anak perawan... Kamu tau sendiri kalau anak perawan itu polosnya kelewatan..."

Jesara menggelengkan kepalanya lagi. Tidak mengerti kenapa dia malah kecewa dan berharap laki-laki itu akan mengajaknya kabur saja dibanding menikah dengan perempuan lain

"Tolong kasih aku desain buat rumah yang nyaman gak terlalu besar buat minimalis, itu kado kamu ke aku..."

"Stupid Lamb, aku gak bisa dateng karena Leon pasti ada acara lain dan kamu tau kan dia sedang ada persiapan buat bikin Album baru. So the conclusion is we're not coming"

"Sure. Kirim duit kalo gitu. You know kan maksud aku? Kita bikin hubungan mutualisme disini. Kamu gak bisa dateng so send me the gift..."

Jesara yang jengah kemudian menatap Abi malas dan menghela nafas, "Abi what i've done to you itu sudah jadi masa kemarin, so stop talking about that..."

"I said what Yara? Aku mau kamu kirim hadiah karena kalian gak bisa dateng. That's it. Buat nunjukkin sama calon istri aku kalo aku sama mantan calon istri aku sudah menutup lembaran lama kami..."

Jesara menatap laki-laki itu dengan menyipitkan matanya kemudian berdiri dari duduknya, "Oh, My freaking God. I knew you would do this Abi. Apa yang kamu mau perbuat sekarang, Bi? Making me jealous?"

Fabian mengedikkan bahunya, "Now, you're jealous?"

"I will always jealous. Dan ya, aku selalu iri sama perempuan yang bisa bikin kamu kayak gini. Tell me who is she!"

Fabian hanya terkekeh tidak menjawab pertanyaan Jesara dan membuat perempuan itu gemas sendiri dengan kelakuannya

"Do i know her?"

Fabian membuang pandangannya menuju ruangan Jesara yang sudah tertata rapi dan tidak seperti biasanya karena beberapa foto di ruangan itu merupakan foto pernikahan milik Jesara dengan Leon

"Kamu kenal dimana sama dia? Sudah sejak kapan kalian kenal?"

"Funniest fact in here, Yara. Aku kenal dia sebelum kamu kenal Leon, dan aku juga sudah deket sama dia sebelum kamu jalan sama Leon..."

Jesara diam, mencerna maksud dari ucapan Fabian yang mengatakan sesuatu padanya secara tidak langsung, "Maksud kamu, kamu selingkuh sebelum aku selingkuh?"

"Bukan begitu. Tapi..."

"Aku gak nyangka psikolog terkenal kayak kamu bisa bego juga, Bi"

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang