/48/

1.4K 125 5
                                    

Pendeta mempersilahkan mempelai pria untuk mencium mempelai wanitanya. Dan tentu saja, Fabian sudah mendekatkan wajahnya ketika Elle tidak kunjung membuka selubung penutup wajahnya dan malah membeku ketika laki-laki itu mendekatkan wajahnya,

"Saya mau langsung ke kamar habis ini, Pak Fabian"

Fabian menoleh pada pendeta yang sudah menunggu mereka dengan cukup bingung lalu menatap Elle lagi sambil memberikan jarak sedikit pada wajah mereka agar tamu undangan mengira mereka sedang berciuman, "Mau saya gendong..."

Elle mendesis dengan geram kemudian mendorong dada bidang laki-laki itu yang terlalu dekat dengan tubuhnya, "Saya gak sanggup kalau harus ketemu sama bos saya disana. Dan keluarga anda..."

"It's okay. Saya juga gak mau kamu ketemu sama mantan calon istri saya dan suaminya yang sekarang..." kata Fabian lalu kembali mendekatkan wajahnya sementara pendeta sudah berdehem menegur mereka

"Why don't you kiss each other? Stop doing that conversation, just kiss already. I'm tired watching you guys doing debate since this morning..." kata Pendeta itu dengan setengah berbisik.

Elle menghela nafas lalu melirik tajam pendeta yang notabene adalah kerabat suaminya itu, "What kind of priest are you..."

Para tamu yang penasaran dengan adegan ciuman mereka mulai berbisik-bisik cukup lama sehingga Fabian mendengar kembali pendetanya berkata, "Kalian kelamaan itu tamunya pada berisik kan..."

"Pura-pura tidur Elle..." bisik Fabian lalu mengeratkan rangkulannya pada pinggang Elle seolah menyangga perempuan itu

"Apa?"

Fabian tidak langsung menjawab dan malah berteriak ke arah tamu sambil menggendong Elle dengan sigap, "Maaf atas ketidaknyamanannya, tapi istri saya sedang dalam kondisi yang tidak stabil..."

Elle tidak mempunyai pilihan lain dan akhirnya mendalami aktingnya untuk pura-pura pingsan sementara suaminya segera membawanya ke kamar milik mereka. Tentu saja.

Jesara yang datang bersama Leon hanya berbisik pada Jessica yang duduk di sebelahnya, "What happened? Kenapa Abi tiba-tiba buru-buru ke dalem?"

"Maybe he kissed her too rough..."

Mendengar jawaban adiknya, Jesara memandang bingung sekelilingnya lalu menarik lengan Leon, "Itu tadi kenapa, Le?"

Leon menatap kedalam gelasnya dan hanya menjawab seadanya, "I was busy with my cocktail..."

Jesara yang tidak mendapat jawabannya meninggalkan mereka memasuki gedung hotel dan kemudian mencari ruangan yang digunakan Fabian dengan istrinya. Begitu dia sampai di depan pintu, Jesara mendengar sayup-sayup suara Oktavia berkata dengan cukup keras

"Good choice. Sekarang kolega saya tidak perlu kenal siapa kamu..."

Kemudian ada suara perempuan lain yang berkata dengan pelan, "Bisa saya istirahat sekarang?"

"Mama disini aja..."

"I'm out... Bilang sama pelayan kalo butuh sesuatu. Use them as much as you want, saya sudah bayar mahal buat pelayanan hotel ini..."

Segera setelah mendengar langkah kaki mendekati pintu dan pintu itu terbuka, Jesara tidak menghindar sama sekali lalu menatap tajam pria yang tampak tidak terkejut sama sekali dengan kehadirannya,

Fabian tidak memedulikan Jesara yang sudah mengikuti langkahnya

"She's fine dan kamu bawa dia masuk?" Cerca Jesara dengan nada menuntut

"Kamu bilang kamu gak bisa dateng. I see you lied to me..." Kata Fabian

Jesara berhenti di hadapan pria itu lalu menatap Fabian dengan marah, "Apa sih maksud kamu sama semua ini?"

"I've moved on, Yara. Di dalem sana tadi ada istri aku, you got what i mean?"

"Kamu mau nunjukkin sama aku kamu bisa lupain aku dan dapet lebih baik..."

Fabian menghela nafas dan kembali menjelaskan pada Jesara, "Kamu terlalu sensitif, Yara. Aku cuma ngundang kamu dateng sebagai sahabat aku, gak lebih. Aku cuma mau berbagi hari bahagia aku dan kamu nuduh aku yang enggak-enggak..."

"Ya, ampun Abi. Kamu mau pake topeng kamu sampe kapan sih? Aku udah liat semuanya. Kamu ini lagi bales dendam sama aku, kan?"

Fabian tertawa dengan sinis lalu kembali menghela nafas, "Yara, kamu lagi mikir negatif sama aku, kan?"

Jesara mengedikkan bahunya lalu mencekal lengan pria itu, "Bi..."

"Kamu cuma berharap aku kayak gitu karena kamu masih membutuhkan aku atau karena kamu bener-bener cinta sama aku Yara?"

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang