/95/

2.2K 148 31
                                    

"Hai, Pa"

Stefan menghentikan langkahnya dan menemukan Fabian, satu-satunya putra yang dia miliki sedang melangkah menuju dirinya. "Oh, kamu bebas hari ini ya?"

"Jangan banyak tanya, Pa" kata Fabian lalu menatap marah pada ayahnya, "Papa yang jeblosin aku ke penjara busuk itu, sekarang Papa sembunyikan istri aku?!"

Pria tua itu terkekeh dan kemudian menepuk bahu anaknya, "Bagus sekali salam kamu ke Papa kamu ya? Fabi..." Pria itu menajam kemudian, "Papa rasa ingatan kamu perlu Papa segarkan lagi. Kamu sudah menyiksa Elle sampai Elle keguguran dan kamu itu sudah bercerai dari Elle. Jadi Fabi, Elle bebas pergi kemanapun dia mau tanpa harus kasih tau ke kita"

"Jadi Papa bener yang bikin Elle kabur dari aku? Mana dia?"

Stefan tidak menjawab putranya dan hanya duduk dengan tenang lalu menghel nafas, "Mama kamu sudah nunggu kamu di rumah"

"Pa..."

"Pulang ke rumah di hari pertama kamu bebas dan minta maaf sama Mama kamu. Besok kamu mulai urusi proyek di Metro. Mulai semuanya dengan benar Fabian. Papa rasa sudah saatnya Papa pensiun dan kembali jadi dokter..."

Melihat Papanya sama sekali tidak peduli pada pertanyaannya, Fabian kemudian duduk di hadapan pria itu dan bertanya dengan nada lebih tenang, "Pa, oke. Aku akan lakuin semua kata Papa"

Stefan melirik putranya kemudian bertanya dengan tidak yakin, "Mau apa kamu? Masih belum berubah ya Fabian? Yah, Papa mengerti kenapa banyak orang dipenjara tidak banyak berubah. Apalagi yang sudah termakan ego seperti kamu. Penjara bukan tempat kalian tapi sepertinya nasib buruk yang harus kasih kalian pelajaran. Jadi kita tunggu aja nasib jelek kamu. Semoga gak bawa-bawa harta Papa karena kamu sama sekali bukan orang yang bekerja keras buat membawa nama Wijaya setinggi ini"

Fabian menelan ludah. Kemudian kembali memikirkan alasan yang tepat kepada pria di hadapannya. Dia harus meyakinkan pria ini kalau dirinya sudah berubah atau semua akan sama. Fabian akan hidup dibawah Papanya selamanya. "Pa. Aku sudah berubah. Ini serius. Ini terakhir kalinya Papa kasih kesempatan ke aku"

"Fabi. Papa sudah menggunakan semua cara supaya kamu berubah tapi masih aja kamu bikin ulah. Sekarang apa? Apa kamu mau berubah setelah Papa sama Mama mati dulu hah?!"

"Pah. Bukan maksud aku begitu..." Fabian menghela nafas kemudian menatap kembali pria dihadapannya, "Pa aku sudah selesai sama Yara. Aku sadar kebodohan aku selama ini dan aku mau istri aku..."

"Istri?" Stefan menyela lalu tertawa kemudian. Ketika dia melihat Fabian menatapnya dengan terluka, Stefan menyadari ada yang salah dengan putranya, "Kamu benar-benar Fabian Theodore Wijaya anak saya kan? Seingat saya, anak saya gak punya belas kasihan begini"

Fabian memejamkan matanya sesaat. Kemudian menatap kembali pada Stefan yang sudah menunggunya untuk bicara, "Pa. Setiap hari selama disana aku sudah pikirkan. Semuanya kesalahan aku. Aku yang bikin Yara seperti sekarang dan aku mau minta maaf untuk itu..."

Pria paruh baya itu menunggu kemudian

"Juga untuk Elle, karena aku sudah terlalu kasar sama dia..."

"Terakhir kali kamu bicara begini, Papa lihat Elle masuk rumah sakit dan kamu masuk penjara bikin malu keluarga kita" sela Stefan

Fabian mengangguk kemudian menunduk mengingat semua kesalahannya. Kepada Jesara, satu-satunya perempuan yang dia rusak untuk pertama kali ketika mereka masih pelajar. Karena menyakiti perempuan itu selama bertahun-tahun dan membuat perempuan itu menikah lalu bercerai. Karena membuat Jesara sebagai pelariannya. Karena membuat Jesara seperti dirantai agar tidak pergi dari sisinya. "Aku nyesel karena aku, Yara jadi harus tinggal di luar negeri jauh dari orang tuanya. Aku malu ketemu Mama karena selama di penjara, Mama selalu berusaha dateng buat lihat aku walaupun aku tau Mama cuma hanya sebentar"

Stefan mengernyitkan keningnya, "Tunggu, Fabian. Kenapa kamu bisa menyesal begini? Ini terlalu..."

"Pa. Aku menyesal karena sudah menyia-nyiakan Elle"

Detik berikutnya tidak ada yang bicara diantara mereka. Stefan yang masih tidak yakin dengan penjelasan putranya hanya menatap menyelidiki Fabian. Sementara Fabian yang masih memikirkan bagaimana cara menjelaskan pada ayahnya kalau dia menyesal dan benar-benar ingin tahu dimana keberadaan mantan istrinya itu.

Stefan melihat kembali putranya dan kemudian menghela nafas. Tidak mengerti apa yang harus dia lakukan untuk menghadapi satu-satunya putra yang dia miliki.

"Jadi, Pa. Dimana Elle? Aku harus ketemu dia. Setiap hari aku kebayang sama Elle. Maksud aku, aku dihantui rasa bersalah aku, Pa..."

Stefan tidak menjawab kemudian kembali bertanya, "Fabi. Apa kamu benar-benar berubah? Karena Papa gak yakin bisa kasih kamu jawaban yang kamu mau. Kenapa kamu mau ketemu Elle? Kalau kamu masih siksa Elle mending kamu..."

"Bukan, Pa. Ada hal lain. Dan aku cuma mau tau Elle dimana. Terakhir aku diseret ke tempat itu, aku gak tau kabar apa-apa lagi soal Elle"

"Karena lebih baik begitu..."

"Pa... Tolong bilang dimana dia. Aku janji ini yang terakhir..."

Stefan yang masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan putranya dan raut wajah Fabian yang sudah putus asa

"Aku yakin Papa atau Mama yang sembunyikan Elle. Aku sudah cari kemanapun tapi..."

Stefan berdecih lalu tersenyum dengan sinis, "Kamu tau Fabian? Kamu belum mencari kalau sampai sekarang gak ketemu. Itu urusan kamu karena Papa sama Mama tidak ada hubungannya sama semua ini" Stefan menghela nafas, "Lupakan Elle dan kembali jalani hidup kamu. Kalau nanti memang waktunya tiba, kalian pasti ketemu

"Pa tolong..." Fabian sudah tidak mengerti lagi bagaimana meyakinkan ayahnya untuk menemukan perempuan itu, "Pa aku harus tau..."

"Sudah. Kamu keras kepala sekali... Kenapa kamu masih mencari Elle? Kamu pikir Papa gak tau kalau pengacara kamu itu bilang kamu cari dia. Kita sudahi ini Fabian..."

Fabian yang masih tidak terima dengan penjelasan ayahnya lalu kembali menyela, "Karena Pa, Elle bawa anak aku pergi!"

Stefan menatap tajam putranya kemudian, "Sudah gila kamu..."

"Pah, aku yakin Elle dan kalian semua bohong soal keguguran itu. Aku punya feeling kalo aku punya anak..."

"Sudah. Lupakan Fabian. Sebaiknya kamu pulang terus istirahat"

"Pah, tolong..." Sekali lagi pria itu memohon pada ayahnya

Stefan kemudian menghela nafas dan berkata pada putranya. "Sudah. Semuanya, gak ada yang tau Elle kemana karena kami semua gak ada yang mau tau. Jadi kamu, mending lupain semuanya"





...

1 part lagi dan tamat. HORE!

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang