/63/

1.4K 123 11
                                    

"Hellena, mau kemana pagi-pagi begini?"

Elle memutar tubuhnya dan melihat Oktavia bersama Stefan sudah berjalan menuju kearahnya. Oh, mereka tampak bahagia di umur yang sudah tidak muda dan membuat Elle berpikir apa yang salah dengan keluarga ini sehingga Fabian sangat agresif.

"Jawab, girl. Ketika Mama kamu bertanya kamu harus menjawabnya, dengan jujur..."

Elle terpana dengan bagaimana cara Stefan menghargai istrinya. Mertuanya membuat Elle benar-benar mengagumi sebuah ikatan pernikahan. "Hm, jalan-jalan..."

Stefan mengangguk kemudian melirik Oktavia yang sepertinya kurang setuju dengan ide jalan-jalan pagi. "Bisa kamu jalan hanya di taman saja? Sepertinya Mama tidak suka ide ini..."

"Ya..." Oktavia menyetujui ide suaminya, "Mana Fabian? Kenapa kamu masih belum tinggal di kamar Fabian?"

Elle ingin mengatakan pada mereka kalau sebenarnya dia tidak ingin berada dekat dengan laki-laki itu, hanya saja Fabian sudah sampai di voyer dan menyapa kedua orang tuanya

Fabian melihat Elle akan mengatakan sesuatu yang menurutnya sangat tidak relevan untuk rencananya langsung menjawab pertanyaan Oktavia, "Ngidam..."

"Ngidam?" Oktavia mengerutkan keningnya dan memandang suaminya

"Okay, biasa terjadi di awal kehamilan. Lebih baik dituruti kalau ingin cucu kita baik-baik saja, Ma" Stefan menjelaskan pada Oktavia kemudian memandang Elle dan Fabian bergantian, "Kalian tidak terlihat dekat. Perasaan Papa saja atau..."

"We're fine" potong Fabian lalu merangkul Elle ke sisinya, "Kita gak punya celah untuk mengatakan berpisah, Pa. We're having baby soon" jelas Fabian yang menangkap aura tidak suka papanya. Jelas, seorang Stefan Anindra Wijaya tidak akan menerima menantu seperti Elle. Apalagi pernikahan putranya jauh dari harapannya.

Stefan mengangguk kemudian tersenyum kepada Elle, "Papa sudah lama gak lihat Jesara main kesini. Maybe we should have a dinner..."

Oktavia sudah mendengus kemudian berkata membalas suaminya, "Biarkan perempuan itu sibuk sama kehidupannya sendiri. Kamu, Elle. I'm not suppose to saying this but, i heard rumours about you..."

"Ya?" Elle memandang agak takut kemudian menegakkan pandangannya pada Oktavia

Stefan dan Fabian memandang Oktavia yang masih menatap lurus kearah Elle

"Kita bicarakan kalau kamu mau minum teh sama saya..." Ucap Oktavia lalu menaikkan sudut bibirnya dengan terpaksa

Elle yang sama sekali tidak mengerti dengan maksud Oktavia kemudian hanya terdiam lalu merasakan lengannya di rangkul paksa.

"Jadi, Elle. Have you try to get closer to him?" Tanya Fabian ketika akhirnya kedua orang tuanya meninggalkan mereka

Elle menggelengkan kepalanya kemudian memandang Fabian, "Saya gak mau, dan saya mau bercerai secara biasa saja. Normal"

"Hm..."

"Kenapa saya mau menikah sama Pak Fabian waktu itu?" Tanya Elle hampir seperti bergumam pada Fabian

Fabian menaikkan alisnya kemudian tersenyum, "Ada sih, beberapa cara membuat kamu terpengaruh dengan hasutan saya. Tenang aja bukan hipnotis. Hanya bagian lain dari salah satu materi kuliah saya dulu"

Perempuan itu menatapnya bingung, kemudian mengerjap beberapa kali dan akhirnya tetap tidak membalas ucapan Fabian

"Intinya, kamu menurut sama saya. Jadi bagaimana perkembangan kamu sama Leon? Harusnya kalian sudah dinner sih. Gimana dia? Gigit tidak?"

"Sepertinya bapak yang kelakuannya mirip binatang. Seingat saya, Pak Leon profesional karena kami hanya bahas pekerjaan. Kalau tidak percaya ya tanya saja Caesar..." Jawab Elle tanpa memedulikan Fabian yang mungkin saja tersinggung karena ucapannya

Fabian menyipitkan matanya meneliti perubahan sikap istrinya itu lalu menghela nafas

"Pak David ada kunjungan ke cabang sampai dua minggu. Saya sudah pasti akan berangkat... Mungkin pernikahan kita main-main, tapi seenggaknya saya mau bapak tahu kalau saya ada urusan lebih penting dibanding menjadi wanita murahan seperti perempuan yang bapak puja itu..."

Laki-laki itu kemudian menatap tajam pada Elle dan kembali melihat bagaimana perempuan itu dengan santainya berjalan meninggalkannya

"Oh, iya. Lumayan juga kalau cerai dari keluarga Wijaya ya? Kita tetap bercerai kan, Pak?"

Fabian melihat Elle menunggu jawabannya sambil memicingkan mata, "Kamu hamil dulu baru kita cerai..."

"Anak siapa? Kita tau bapak gak mungkin nyentuh saya kan?"

"Anak siapa lagi, Elle? Anak sayalah. Kamu istri saya. Dan jangan lupa ada cara lain buat bikin kamu hamil..."

Elle menelan ludah dengan kasar kemudian kembali bertanya pada laki-laki itu, "Kenapa sih harus menyiksa saya begini?"

"Kenapa?" Fabian menyapu bibirnya dengan ibujarinya kemudian menatap Elle dengan tajam, "Kalau kita cerai dan kamu masih mengandung anak saya. Keluarga saya punya alasan buat gak bikin kamu tinggal nama aja, Elle... Got it? Dan anak itu nanti bisa menjamin financial kamu..."

"Itu anak punya nyawa. Itu, nyawa manusia yang sedang anda bicarakan..."

"Ya, yang bilang setan juga siapa Elle? Tenang aja, nanti kalo saya gak punya penerus juga anak itu yang jadi ahli waris... Mutualisme ya, Elle?"

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang