/79/

1.4K 115 4
                                    

"Kamu sudah betah, Je?"

Jesara menggelengkan kepalanya lalu memotong omeletnya dan menyuapkan potongan kecil itu. Sama sekali tidak ingin berbicara dengan Leon untuk saat ini

"I can take you somewhere kalau kamu mau"

"Kemana? Paling juga ke cafe atau ke tempat-tempat romantis yang menjijikkan itu kan?" Jesara memainkan garpunya, "Mending di rumah. Aku suka potongan atap kamu dibawah, mau aku buat tempat minum teh"

Leon mengangguk lalu menyeruput kopinya, "My life gets better after we moved. Aku pikir si tua bangka akan marah karena kita pindah, tapi ternyata tidak"

"Yes" Jesara setuju dengan Leon kemudian tertawa pelan, "Lucu sekali lihat mereka kaget kita mau pindah kesini. Kayak kehilangan kontrol soal anaknya"

Suaminya mengangguk lalu pria itu terlihat lebih tenang dari sebelumnya

"Kenapa kamu lakuin itu, Le?"

Leon memalingkan wajahnya yang sebelum Jesara memanggil, dirinya sedang berkutat dengan lembaran lirik di depannya. "Lakuin apa? Moving on?"

"Bukan. Bukan, Le. Kamu tahu apa maksud aku"

"Apa?" Sekarang Leon tidak mengerti apa yang sedang Jesara coba katakan kepadanya, karena perempuan itu tidak langsung mengatakan keinginannya seperti biasa

"Us. Aku, kamu, Fabian dan Elle. Kenapa kamu jadi bayangan aku dan mencoba menyelamatkan pernikahan Elle. Karena Le, aku tahu kamu gak butuh aku dan pernikahan ini buat berjalan lebih lama. Dan Le, kamu itu gak punya cukup hati buat menyelamatkan pernikahan orang lain"

Leon tidak langsung menjawab dan hanya menatap istrinya selama beberapa saat. Tahu karena Jesara pada akhirnya akan menanyakan hal ini. "Jawabannya sih biasa saja, Je"

Jesara mendecak kemudian, "Jangan bilang karena kamu kasihan sama perempuan itu, atau parahnya lagi kamu jatuh cinta. We both know, cinta itu gak ada dalam kamus kehidupan kita berdua"

Mereka berdua sama-sama tersenyum penuh arti kemudian. Tahu jika Jesara akan terus menuntutunya seperti ini kemudian pria itu balik bertanya, "Je, have you ever think about yourself?"

"I dedicate every second in my life to my own happiness. Kenapa kamu bodoh banget nanya hal gak penting kayak gitu, bukannya jawab pertanyaan aku, Le"

"That's my point, Je" Leon kemudian menatap lurus perempuan itu dan kembali melanjutkan ucapannya, "Kalau kamu bener-bener berusaha membuat diri kamu bahagia. Kenapa kamu berusaha mati-matian dapatin perhatian Fabian. It hurts you, and you know. The things i've done, cuma membuat kamu sadar kalau sikap Fabian ke kamu bukan menunjukan he cares or he loves you like a crazy..."

Detik berikutnya Jesara terdiam dan tidak menemukan bantahan yang tepat untuk dia berikan pada laki-laki itu karena pada dasarnya apa yang dikatakan Leon adalah sesuatu yang benar.

"Bagaimana aku berusaha bersikap seperti kamu hanya akan bikin kamu berpikir seperti Fabian karena pada dasarnya sifat kalian itu mirip" kemudian Leon menghela nafas dan kembali berbicara seolah-olah Jesara benar-benar mendengarkannya, "Jadi, kamu tahu kan kalau laki-laki itu tidak menginginkan kamu?"

"Tahu. Terus apa hubungannya sama kebahagiaan aku, Le?" Jawab Jesara seolah sama sekali tidak tersakiti dengan ucapan pria itu

"Ada. Karena dia sama sekali gak menyayangi kamu, Jesara"

Jesara menaikkan satu alisnya lalu tertawa dengan nada yang cukup mengejek pada laki-laki itu, "Terus kamu gitu yang sayang sama aku? Terus kamu bisa gitu bikin aku bahagia? Don't talk bullshit, i won't buy"

Leon menghela nafas dan mengangguk menyetujui ucapan perempuan itu kemudian kembali menatap dengan serius pada perempuan yang sama sekali tidak memiliki hati untuk menyadari apa yang salah dari hubungan mereka semua, "Je. Kamu yang hanya akan tersiksa kalau akhirnya Fabian jatuh cinta. Benar-benar jatuh cinta sama perempuan lain dan kamu yang akan ditinggalkan begitu saja"

"Nope. Yang penting adalah sampai kapanpun dia masih membutuhkan aku. Aku sama Fabian memang gak butuh cinta. Buat apa cinta kalau kita berdua sama-sama ada buat bikin bahagia? Cinta itu cuma permainan otak. I don't believe that thing, jadi kamu mending punya alasan lain"

Leon tidak membalas ucapan Jesara yang masih terus menentangnya dan kemudian kembali menanyakan hal lain "Terus kenapa kamu mau ikut aku pindah?"

Jesara tersenyum menatap suaminya yang sudah berdiri dari duduknya, "Karena aku mau, Fabian merasa kehilangan atas aku"

"So, you still want him?"

"Gak"

Leon kembali bingung dengan ucapan datar yang Jesara ucapkan padanya, "Terus maksud kamu? Kamu tidak mau dia tapi kamu mau dia mengejar kamu terus? Itu maksudnya apa?"

Jesara melirik sejenak dan menghela nafas, "Buat kesenangan pribadi aku"

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang